Senin, 30 April 2012

Dra. ASMIDA, M. Pd. Artikel Isu-isu penting didalam penyelenggaraan pendidikan tinggi


ISU-ISU PENTING DIDALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI

TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH: MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI
Dosen: Prof.Dr. MUCHLIS R. LUDDIN, MA



Oleh:
ASMIDA
NomorRegistrasi: 7617101479



PROGRAM STUDI DOKTOR (S3)
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012

ISU-ISU PENTING DIDALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI

Oleh:
ASMIDA / 7617101479/ S-3 MP UNJ
HP: 08127620849


Menurut pendapat saya isu yang paling penting dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah tentang inovasi. Berbicara inovasi, berarti kita juga berbicara mengenai kreativitas, berpikir kritis,  problem solving.

INOVASI
Menurut Prof. Azis (http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/inovasi pendidikan/diakses 15 januari2012 ). Inovasi berarti mengintrodusir  suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan. Inovasi dapat berupa  ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Contoh bidangnya adalah : Managerial,   Teknologi, Kurikulum.
Dengan demikian inovasi kemampuan seseorang untuk melakukan suatu penemuan (bukan penemuan yang benar-benar murni baru), tapi penemuan yang berawal atau terinspirasi dari penemuan sebelumnya sebagai landasan. Hasil konstruksi yang diperolehnya dapat dipergunakan dalam berbagai kegiatan misanya: salah satu cara guru untuk menarik minat siswa didalam belajar geometri.
Guru dapat mengkonstruksi pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan realistic. Dimana guru dituntut kemampuannya untuk mengkaitkan materi geometri kedalam masalah nyata yang sudah dikenal oleh peserta didiknya.
KREATIFITAS
http://nadhirin.blogspot.com/2009/03/manajemen-perserta-didik-dalam.html diakses 14 jan 2012. Menyatakan bahwa: kebutuhan akan kreativitas tampak dan dirasakan pada semua kegiatan manusia. Perkembangan akhir dari kreativitas akan terkait dengan empat aspek, yaitu: aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Kreativitas akan muncul dari interaksi yang unik dengan lingkungannya. Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan mengujinya.           
Menurut pendapat saya, dalam mewujudkan proses kretivitas yang paling penting adalah dimulai dari diri sendiri sesuai kapasitas yang dimiliki. Namun untuk itu diperlukan kemampuan personal yang belum tentu semua orang memilikinya. Disinilah letak peran guru untuk mendorong kemampuan peserta didiknya sesuai dengan kapasitas mereka, sehingga diharapkan menimbulkan kreativitas.
Seperti yang diungkapkan utamimunandar dan imam musbikin, dalamhttp://www.aryesnovianto.com/2010/12/pengertian-kreativitas-menurut-utami.htmldiakses 15 januari 2012 menyatakan:
Walaupun ada pengakuan ilmiah terhadap pentingnya kreativitas, namun hingga kini hanya sedikit sekali penelitian yang telah dilakukan. Hal itu disebabkan adanya kesulitan metodologi dan karena adanya keyakinan bahwa kreativitas adalah suatu faktor bawaan individual sehingga hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk mengendalikannya.
Menurut Utami Munandar kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan menurut Imam Musbikin, kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu di jawab.
BERPIKIR KRITIS
http://izzaucon.blog.uns.ac.id/2011/12/04/mewujudkan-siswa-yang-berpikir-kritis-dan-kreatif-melalui-pendekatan-problem-solving/diakses 15 januari 2012 memaparkan tentang berpikir kritis sebagai berikut: Berpikir kritis merupakan suatu proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan siswa.
            Dari pengertian berpikir tersebut dapat diambil kriteria berpikir kritis, yaitu (1) Berpikir terbuka, menghindari pemikiran sempit, membiasakan mengeksplorasi opsi-opsi yang ada; (2) Rasa ingin tahu intelektual, ditunjukan dengan kebiasaan bertanya, merenungkan, menyelidiki dan meneliti; (3) Perencanaan dan strategi, menyusun rencana, menentukan tujuan, mencari arah untuk menciptakan hasil; (4) Kehati-hatian intelektual, adanya upaya mengecek ketidak akuratan atau kesalahan, bersikap cermat dan teratur.
Salah satu cara pendekatan dalam pembelajaran untuk dapat mewujudkan siswa dapat berpikir kritis dan kreatif yaitu dengan pendekatan problem solving.
PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)
Pendekatan problem solver merupakan sebagai proses pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, dimana problem yang harus diselesaikan tersebut bisa dibuat-buat sendiri oleh guru, dapat pula masalah yang sudah dialami siswa dan adakalanya fakta nyata yang ada di lingkungan kemudian dipecahkan dalam pembelajaran di kelas, dengan berbagaicara dan teknik.
Menerapkan pendekatan problem solver memerlukan aspek-aspek yang dipenuhi.(1) keaktifan siswa, karena keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat menumbuhkan konsep-konsep pengetahuan yang dipelajari. (2) kreatifitas, dengan berkreatifitas dapat menghantarkan daya pikir kritis dalam memecahkan masalah. (3) metode dan teknik pembelajaran, hal ini akan mempengaruhi keberlangsungan pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pembelajaran.
            Adapun cara yang ditempuh dalam pembelajaran problem solving diantaranya: (1) Identifikasi masalah, mencoba mengelompokan dan mengerti masalah yang dihadapi oleh siswa; (2) Mencari solusi alternatif, mencoba menemukan solusi bersama siswa (guru pertama memberikan contoh sebagai pancingan supaya siswa dapat berpikir kritis) (3) Mengambil keputusan, membandingkan solusi yang terbaik kemudian mengambil keputusan solusi yang tepat bersama siswa (guru sebagai pembimbing supaya yang mencari solusi adalah dari siswa sendiri, hal ini untuk siswa supaya dapat berpikir kritis). (4) Mengimplementasikan solusi dan pembuktian, mencoba mempraktekan solusi yang sudah disepakati bersama.







SUMBER:


  

Dra. ASMIDA, M. Pd. Kepemimpinan Mutu


            TUGAS ARTIKEL

KEPEMIMPINAN MUTU PENDIDIKAN

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH: MANAJEMEN MUTU TERPADU
Dosen : Prof. Dr. Maaruf Akbar, M. Pd
 

Oleh:
ASMIDA
Nomor  Registrasi: 7617101479


PROGRAM STUDI DOKTOR (S3)
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
KEPEMIMPINAN MUTU PENDIDIKAN
Oleh:
ASMIDA / 7617101479
HP: 08127620849


A.   Latar Belakang Masalah

            Tidak bisa kita nafikan, salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu organisasi atau lembaga pendidikan, terletak pada kemampuan pemimpin sebagai manager yang mengetahui berbagai kejadian dilapangan. Seorang pemimpin harus dapat mengukur sejauh mana output yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan, sehingga konsumen dalam hal ini pelanggan yang menggunakan hasil lulusan lembaga pendidikan menjadi puas. 
Sebuah institusi lembaga pendidikan dimana siswa akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka lembaga tersebut akan menilai sejauh mana kualitas pendidikan dari lembaga pendidikan penghasil lulusan tersebut. Apakah hasilnya sesuai yang disyaratkan oleh lembaga pendidikan lanjutan didalam penerimaan peserta didik baru.
 Para pemakai jasa tenaga kerja akan melihat sejauh mana kualitas lulusan yang dihasilkan oleh sebuah lembaga pendidikan sehingga ketika mereka bekerja akan mampu menghasilkan kinerja yang baik,maka dalam hal ini biasanya pemakai tenaga kerja akan memilih dari lulusan lembaga pendidikan yang sudah terkenal dan berkualitas.
Untuk itulah, karena tuntutan konsumen atau pengguna lulusan lembaga pendidikan semakin tinggi dengan persaingan yang semakin ketat, maka harus diperhatikan kepemimpinan dan mutunya sehingga lembaga pendidikan tersebut akan menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas dan berkembang dengan baik.
Tulisan singkat ini mencoba mengangkat tentang pentingnya kepemimpinan mutu dalam menghadapi persaingan bisnis pendidikan kedepan.

B.   Kepemimpinan Mutu Pendidikan

1)    Pengertian Pemimpin
Berikut  beberapa pendapat para ahli  tentang definisi pemimpin yang diambil dari  beberapa sumber antara lain:
1.    http://kepemimpinan fisipuh.blogspot.com/2009/03/definisi-pemimpin.html Diakses 3 Februari 2012,  sebagai berikut:

a.    Jim Collin.
Menurut Jim Collin, pemimpin memiliki beberapa tingkatan, terendah adalah pemimipin yang andal, kemudian pemimpin yang menjadi bagian dalam tim, lalu pemimpin yang memiliki visi, tingkat yang paling tinggi adalah pemimpin yang bekerja bukan berdasarkan ego pribadi, tetapi untuk kebaikan organisasi dan bawahannya.

b.    Rosalynn Carter.
Menurut Rosalynn Carter, “Seorang pemimpin biasa membawa orang lain ke tempat yang ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yang luar biasa membawa para pendukung ke tempat yang mungkin tidak ingin mereka tuju, tetapi yang harus mereka tuju.

2.    Brown (1936)  yang diambil dari http://hutantropis.com/gaya-kepemimpinan-dalam-organisasi Diakses 1 Maret 2012, berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
 
2)    Pengertian Kepemimpinan
Bicara tentang kepemimpinan, tidak bisa dilepaskan  dari gaya seseorang dalam perannya sebagai seorang pemimpin.
Menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002), Lewin dalam http://jurnal sdm.blogspot.com/2009/10/macam-gaya-kepemimpinan-kepemimpinan.html Diakses 1 Maret 2012, menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan yaitu:
1)    Gaya Kepemimpinan Autokratis
Menurut Rivai (2003), kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi. Selanjutnya masih dalam sumber yang sama,
Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan. Lebih lanjut Sukanto (1987) menyebutkan ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis yaitu:
1.    Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
2.    Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas.
3.    Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota.
Masih dalam sumber yang sama, menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (1997), ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis adalah:
1.    Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.
2.    Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.
3.    Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota.
4.    Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya

2)    Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif
Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri (Rivai, 2006)
Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan.
Jerris (1999) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dan kreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam bekerja.
(Sukanto, 1987), dalam sumber yang sama, menyatakan beberapa ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis sebagai berikut:

1.    Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
2.    Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
3.    Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.



Lebih lanjut (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997) menjelaskan  ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis yaitu:
1.    Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi
2.    Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas
3.     Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.

3)    Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)
Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002
Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas sebagai berikut:
1.    Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
2.    Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
3.     Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
4.    Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
Sedangkan (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997) dalam sumber yang sama  menyebutkan ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas adalah:
1.    Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
2.    Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
3.    Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.
Dari uraian diatas penulis berpendapat, dalam memimpin suatu organisasi, seorang pemimpin tidak boleh menggunakan hanya satu gaya kepemimpinan. Pemimpin harus mampu menjadi pemimpin yang dinamis, yang mampu membaca hal – hal yang tersirat  maupun tersurat dalam suatu organisasi. Pemimpin harus objektif dalam melihat berbagai persoalan yang terjadi dalam organisasi maupun diluar organisasi. ,  Pemimpin harus mempunyai keberanian untuk berinovasi untuk kemajuan organisasi yang dipimpinnya.
 Hal tersebut memang tidak mudah, mengingat pemimpin berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, latar belakang keluarga, lingkungan dan sebagainya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan Sondang (1994) dalam http://hutantropis.com/gaya-kepemimpinan-dalam-organisasi diakses 1 Maret 2012, menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :
  1. seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan
  2. bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya
3.    ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.

3)    Pengertian Mutu
1.    Juran menyebutkan bahwa mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
2.    Crosby mendefinisikan mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan.
3.    Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar.
4.    Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.
5.    Garvin dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Dari beberapa pengertian mutu tersebut penulis berpendapat, bahwa pengertian mutu lebih tepat dikatakan sebagai suatu proses untuk mencapai suatu hasil, dengan memberdayakan sumber daya manusia yang terdapat di dalam  suatu organisasi atua lembaga pendidikan sehingga menghasilkan output yang mendekati kebutuhan pasar.
Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan pemimpin yang  berpikir maju, pemimpin yang berpikir kedepan. Pemimpin yang berani, tangguh, tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan, untuk melakukan berbagai inovasi untuk kemajuan lembaga yang dipimpinnya.
Selain itu, pemimpin juga harus mengetahui dengan benar kemampuan yang dimiliki oleh bawahannya, sebagai salah satu sub system dari sistem pada organisasi yang dipimpinnya. Hal tersebut sejalan dengan  http://spiritentete.blogspot.com/2008/10/kepemimpinan-mutu-sekolah-dasar.html Diakses 24 Februari 2012, menyatakan dalam rangka perubahan dan transformasi diperlukan seorang pemimpin yang memiliki mental kuat dan prima, mampu mengatasi masalah dan tantangan, memiliki visi, dan berani mencoba inovasi.

4)     Pengertian Kepemimpinan Mutu
http://spiritentete.blogspot.com/2008/10/kepemimpinan-mutu-sekolah-dasar.html Diakses 24 Februari 2012, Kepemimpinan merupakan sumber daya yang paling pokok dalam organisasi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan juga merupakan pola hubungan dan bentuk kerja sama antara orang-orang yang dinamis. Kepemimpinan juga harus mampu memberikan arah rangsangan kepada kelompoknya, demi kemajuan organisasi.
Mutu merupakan kehidupan organisasi atau dengan kata lain tanpa mutu organisasi akan lumpuh dan perlahan mati. Dalam rangka era globalisasi pola-pola kepemimpinan gaya tradisional harus disesuaikan dengan perubahan zaman, dan pola kepemimpinan yang bersifat dinamis ke arah pencapaian mutu harus diterapkan. Dalam dunia pendidikan kepemimpinan mutu yang diterapkan oleh pimpinan pendidikan harus mampu menciptakan iklim sosial yang baik. Keterampilan-keterampilan dalam memimpin sangat diperlukan.
Setiap organisasi pasti dihadapkan pada permasalahan dan perbedaan-perbedaan di dalamnya, misalnya perbedaan antara tujuan perorangan, tujuan organisasi dan manajemen dalam rangka pengembangan organisasi. Pimpinan dikatakan berhasil apabila ia dapat mengupayakan secara optimal pencapaian setiap tujuan yang ada dalam organisasi termasuk prestasi dari pencapaian prestasi organisasi itu sendiri.
Segala upaya yang dilakukan oleh pemimpin tergantung kepada komitmen yang dimilikinya dalam hubungannya dengan organisasi yang dipimpinnya. Kepemimpinan mutu dikatakan efektif dalam suatu organisasi, apabila pimpinannya kreatif. Inovatif dengan berinteraksi pada gagasan-gagasan lain atau lingkungan sosial, hal tersebut berhubungan dengan perilaku kepemimpinan dalam kerangka Total Quality Management (TQM).
5)    Manajemen Mutu Pendidikan

Bermutu atau tidaknya suatu lembaga pendidikan, tidak bisa dilepaskan dari kemampuan pemimpin dalam mengelola organisasi atau lembaga pendidikan yang dipimpinnya untuk terus melakukan inovasi –inovasi dalam rangka membudayakan mutu.  Hal tersebut senada dengan pendapat  Peters dan Austin dalam Edwar Sallis (2011;169:170) yang menyatakan bahwa yang menentukan mutu dalam sebuah institusi adalah kepemimpinan. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa gaya kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan institusi pada revolusi mutu yang disingkat dengan MBWA atau management by  walking about.

Untuk mencapai mutu, perlu dikerahkan semua pikiran, tenaga dan strategi untuk dapat mewujudkan mutu tersebut dalam lembaga pendidikan. Pengelola pendidikan selaku pemimpin pendidikan adalah orang yang bertanggung jawab untuk menggerakan kesadaran semua pihak,  akan pentingnya mutu pendidikan agar output dari lembaga tersebut mampu berkiprah di masyarakat, sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.

Pemimpin tidak bisa berpangku tangan menghadapi persaingan yang dalam hitungan detik bisa berubah. Pemimpin antara lain harus mampu mengatur strategi agar lingkungan belajar mampu menarik minat pelanggan untuk datang. Selain itu lembaga pendidikan harus membuka diri menghadapi lingkungan eksternal agar lembaga pendidikan yang dipimpinnya tetap ada, dan bermutu.

Kegagalan pemimpin setelah melakukan berbagai usaha yang positif, untuk memberdayakan sumber-sumber daya manusia yang berada dalam lingkungan internal lembaga pendidikan yang dipimpinnya, berkemungkinan disebabkan oleh : kemampuan propesional guru, kemampuan siswa (input), kurikulum, sarana dan prasarana, peran orang tua, masyarakat dan sebagainya.

Mutu komponen-komponen tersebut, terutama  kemampuan propesional guru, kemampuan siswa (input) harus menjadi prioritas perhatian pimpinan. Namun pimpinan tidak akan mampu tanpa adanya sikap proaktif dari elemen dalam lembaga pendidikan khususnya untuk saling bahu membahu memajukan mutu pendidikan.

Begitu pula guru, harus mau dan mampu merubah paradigma cara mengajar, sehingga peserta didik (sebagai input ) yang berkemampuan rendah setelah mengalami proses belajar yang baik akan mengalami perubahan dengan kata lain adanya peningkatan dari yang mulanya kemampuannya rendah menjadi sedang, sedangkan yang  kemampuannya sedang menjadi baik.  Itulah sebenarnya menurut penulis yang dikatakan pendidikan bermutu.

Hal tersebut senada dengan http://usmantospdimpd.blogspot.com/2011/04/makalah-kepemimpinan-mutu-pai.html  menyatakan Pendidikan dikatakan bermutu jika input,proses dan hasilnya dapat memenuhi persyaratan yang dituntut bagi pengguna jasa pendidikan. Bila performance-nya dapat melebihi persyaratan yang dituntut oleh stakeholder ( user )maka suatu lembaga pendidikan baru bisa dikatakan unggul

6)    Peran Pemimpin Dalam Mengembangkan Budaya Mutu

http://usmantospdimpd.blogspot.com/2011/04/makalah-kepemimpinan-mutu-pai.html Diakses 15 Maret 2012 menyatakan Apakah peran pemimpin dalam sebuah institusi yang mengusahakan inisiatif mutu terpadu ? Tidak ada satupun yang menyatakan hal itu secara keseluruhan, namun pungsi utama pemimpin adalah sebagai berikut :  

Pungsi utama pemimpin seperti yang diambil dari adalah sebagai berikut :

1.    Memiliki visi mutu terpadu bagi institusi
2.    Memiliki komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu
3.     Mengkomunikasikan pesan mutu
4.    Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek institusi
5.    Mengarahkan perkembangan karyawan
6.    Berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain saat persoalan muncul tanpa bukti-bukti yang nyata. Kebanyakan persoalan yang muncul adalah hasil dari kebijakan institusi dan bukan kesalahan staf
7.     Memimpin inovasi dalam institusi
8.    Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah mendefinisikan tanggungjawab dan mampu mempersiapkan delegasi yang tepat.
9.    Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik yang bersifat organisasional maupun kultural.
10.  Membangun tim yang efektif.
11. Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan

Spanbauer   dalam Edwar Sallis (2011; 175:177) telah menyampaikan pengarahan bagi para pemimpin dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang baru. Dia berpendapat bahwa pemimpin institusi pendidikan harus memandu dan membantu pihak lain dalam mengembangkan karakteristik yang serupa,sehingga sikap teresebut mendorong terciptanya tanggungjawab bersama-sama serta sebuah gaya kepemimpinan yang melahirkan lingkungan kerja yang interaktif.

Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memandu guru dan para administrator untuk bekerjasama dalam satu kelompok tim,oleh karena itu arahan dari spanbauer dapat diartikan bahwa pemimpin harus :

1.    Melibatkan para guru dan seluruh staf dalam aktifitas penyelesaian masalah dengan menggunakan methode ilmiah dasar,prinsip-prinsip mutu statistic dan control proses.
2.     Memilih untuk minta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana mereka menjalankan proyek dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana seharusnya mereka bersikap.
3.    Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan peningkatan komitmen mereka.
4.    Menanyakan pendapat staf tentang system dan prosedur mana saja yang menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada para pelanggan (pelajar, orang tua dan patner kerja).
5.     Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu para guru tidak sesuai dengan pendekatan manajemen atas kebawah ( Top-down )
6.    Memindahkan tanggung jawab dan control manajemen tenaga professional langsung kepada guru dan pekerja teknis.
7.    Mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu diantara setiap orang yang terlibat dalam sekolah.
8.    Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi dalam rangka menyelesaikan konflik.
9.     Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban dari setiap masalah dan tanpa rendah diri.
10. Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu seperti membangun tim,manajemen proses,layanan pelanggan,komunikasi serta kepemimpinan.
11. Memberikan teladan yang baik dengan cara memperlihatkan karakteristik yang diinginkan dan menggunakan waktu untuk melihat-lihat situasi dan kondisi institusi dengan mendengarkan keinginan guru dan pelanggan lainnya.
12. Belajar untuk berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai bos.Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko.
13. Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi para pelanggan eksternal (pelajar, orang tua dan lainnya) dan kepada para pelanggan internal (pengajar, anggota dewan guru, dan pekerja lainnya).
Dengan demikian, menurut penulis diperlukan pemimpin yang mampu membawa organisasi sebagai suatu sistem, beserta eleme-elemen dalam organisasi tersebut sebagai suatu sub sistem, untuk bersama-sama dalam pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

C.   Kesimpulan

1.    Pemimpin tidak bisa berpangku tangan menghadapi persaingan yang dalam hitungan detik bisa berubah. Pemimpin harus antara lain mampu mengatur strategi agar lingkungan belajar mampu menarik minat pelanggan untuk datang. Selain itu lembaga pendidikan harus membuka diri menghadapi lingkungan eksternal agar lembaga pendidikan yang dipimpinnya tetap ada, dan bermutu.

2.    Kegagalan pemimpin setelah melakukan berbagai usaha yang positif, untuk memberdayakan sumber-sumber daya manusia yang berada dalam lingkungan internal lembaga pendidikan yang dipimpinnya, berkemungkinan disebabkan oleh : kemampuan propesional guru, kemampuan siswa (input), kurikulum, sarana dan prasarana, peran orang tua, masyarakat dan sebagainya.

3.    Mutu komponen-komponen tersebut, terutama  kemampuan propesional guru, kemampuan siswa (input) harus menjadi prioritas perhatian pimpinan. Namun pimpinan tidak akan mampu tanpa adanya sikap proaktif dari elemen dalam lembaga pendidikan khususnya untuk saling bahu membahu memajukan mutu pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://kepemimpinan fisipuh.blogspot.com/2009/03/definisi-pemimpin.html Diakses 3 Februari 2012
Sallis E (2011). Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan Peran Strategis
 Pendidikan di Era Globalisasi Modern. IRCiSoD: Jogjakarta