Selasa, 25 Desember 2012

Dra. ASMIDA, M. Pd;Menghadapi Anak Autis Memasuki Masa Remaja: Sekilas Catatan di Seminar Autis


Menghadapi Anak Autis Memasuki Masa Remaja: Sekilas Catatan di Seminar Autis
Oleh: 
Dra. ASMIDA, M. Pd
Staf Bidang Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru.

Beberape catatan menarik saat penulis hadir untuk menggantikan Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, untuk memberi sambutan dan sekaligus membuka acara seminar Autis yang diadakan oleh Yayasan Insan Peduli Autis (YIPA), di hotel Akasia Pekanbaru tanggal 15 Desember 2012.  Saat memasuki ruangan tiba-tiba seorang anak yang penulis tebak ini pasti anak autis berjalan dan berdiri dihadapan penulis,  seperti biasanya penulis biasanya tersenyum, namun sianak hanya melihat penulis lame…..juga tersenyum menggerakkan badan dan mengeluarkan suare kira-kira aaaa….mmmm perlahan menggerakkan badan, matanya penulis lihat tidak fokus, dia tidak bergeming terus menatap padehal penulis akan melalui jalan tersebut untuk lewat.  
Entah mengape biasenye penulis akan memegang bahu anak sambil tangan kanan bersalaman dan sebagainye saat kegiatan lapangan ke lembaga kelompok bermain maupun saat acara baru-baru ini yaitu anak dengan kecacatan (adk). Namun saat itu penulis bingung agak beberape saat mau diapakan sianak autis tersebut, mau penulis sentuh seperti biasenye, sianak bisa aja mengamuk dan orang tuanya akan marah atau tersinggung, sebab menurut berbagai sumber maupun pengamatan langsung penulis terhadap teman yang anaknya autis secara umum mereka dengan dunianya sendiri dan menurut penulis memang benar adanya. Akhirnye setelah memandang dan tersenyum pada anak tersebut penulis berbelok berjalan menuju kursi yang telah disediakan didepan. 
Dengan berbagai pertimbangan, bukan tidak sayang, seperti yang penulis ungkap diakhir acara[1] pada beberape adik-adik mahasiswa dan beberape orang tue yang anaknye autis yang ikut dalam acara tersebut, walau pendapat tersebut agak berbeda dengan nara sumber yang kire-kire penulis simpulkan dari kejadian tersebut, kitelah  yang menguasai lingkungan sianak, yang dicontohkannya dengan mendorong salah seorang anak autis yang asik bergerak kemana-mana yang mulai sulit dikontrol salah satu sebabnya mungkin ruangan seminar yang semakin panas[2],  kekursi untuk duduk namun kejadian tersebut menurut pandangan penulis terulang lagi malahan pada contoh berikutnye karena sianak tidak mau juga diatur, setelah mendorong untuk duduk kembali kemudian dengan menatap mata sianak, nara sumber menanyakan apakah ia mau minum? Sianak tetap lengah dengan dunianya sendiri malahan duduknya sudah semakin kacau, terus diulang oleh nara sumber kemudian nara sumber menyimpulkan mungkin sianak haus, mau minum lalu iapun membukakan sebotol minuman kemasan dan memberikan pada anak autis dan sianak meminumnya, tapi nara sumber mungkin tidak melihat atau tidak menyangka bahwa sianak akan menyemburkan kembali air yang dipaksa untuk diminum tadi ke bahagian tubuhnya sendiri dan kesekitarnye hingga pakaiannya basah. Mungkin nara sumber lupa bahwa anak autis senang dengan air, seperti yang diungkapkan dalam http://forum.kompas.com/medis/15097-penanganan-dini-bagi-anak-autis.html diakses 14 des 2012 tentang anak autis menyatakan bahwa penyandang juga suka bermain air.
Menghadapi anak autis memasuki masa remaja, menurut penulis adalah hal yang sangat menghawatirkan, maaf bicara sedangkan menghadapi anak biasa yang tidak autis saje pendidik dirumah khususnye sangat kerepotan, begitu pule pendidik disekolah atau lingkungan, karena pada masa-masa gejolak ini secara umum anak-anak sangat sulit melaluinya (penulis yakin kite semue hampir pernah mengalaminye), dalam tahap mencari identitas diri tersebut berbagai tingkah polah yang dulu mungkin saja tidak ditemui orang tua akan muncul, namun dengan komunikasi dari berbagai pihak terutama ketegasan pendidik dirumah (orang tua khususnya) dan tujuk ajar semase anak masih diusia dini sampai beranjak remaja serta adanya tokoh idola yang baik, ditambah pendidik disekolah yang bukan hanye mengajar tapi juge mengarahkan sebatas kemampuan pendidik disekolah, biasanya menurut pengamatan penulis sianak sesuai dengan perkembangan pemikirannya akan mampu secara perlahan menyaring akan baik buruk yang ia lakukan.
Pertanyaannya bagaimana dengan anak autis? Kalau mau jujur, hal tersebut tidak mungkin berlaku untuk anak autis, dari beberape sumber dan pengamatan penulis menyimpulkan anak autis pada dasarnya anak yang hidup dengan dunianya sendiri, mereka tidak merespons secara khusus lingkungannya, sebagai contoh saat sianak autis yang penulis ceritekan diawal tadi, mengambil posisi duduk ditengah antara penulis (kalau tak salah) dengan pimpinan YIPA berbincang sesaat acara akan berlangsung, begitu pula saat penulis duduk sendiri dikursi panjang mendengarkan paparan nara sumber yang menanggapi berbagai kasus yang dihadapi orang tua peserta seminar maupun pendidik (guru SLB), sianak autis tadi juga sering duduk disamping penulis, kemudian pergi dan seterusnya[3].
Contoh lain beberape kali nara sumber merangkul salah satu anak autis yang berjalan-jalan didepan dekat nara sumber dan menyuruhnye duduk, tapi tetap terulang kembali, kemudian sianak menghapus yang ditulis oleh nara sumber dipapan tulis, setelah beberape saat nara sumber menulis kembali dan sianak autis tetap menghapusnye, walau sudah dirangkul maupun dipanggil oleh orang tua sianak supaya tidak menghapus tulisan[4]. Setelah bersih die akan pergi kedekat jendela tempat die duduk semula, melihat keluar dan mengeluarkan suara bergumam, semakin lame semakin keras nampaknya berlaku pade semue tingkatan. Namun ada juga anak autis yang suka menonton TV yang berbintik-bintik atau tidak ada sinyal hanya bunyi gemuruh[5].
Melihat kenyataan tersebut, penulis ingin mengatakan beberape hal sebagai bahan renungan:
1.    Buang rasa sedih yang berlebihan (setelah orang tue memastikan anaknye autis melalui tekhnologi kedokteran[6]). Menurut penulis dengan kesedihan yang berlarut-larut yang juge tidak akan dipahami oleh anak autis, lebih baik orang tue memfokuskan pade penanganan terpadu, apelagi anak autis yang tingkat tinggi seperti yang penulis kutip dari berbagai sumber menyatakan akan pentingnye  penanganan terpadu seperti dengan dokter spesialis anak, dokter spesialis saraf, dokter spesialis kesehatan jiwa, guru, juga berbagai terapis. Benar, kata salah seorang yang hadir pada acara seminar autis tersebut, saat kami berbincang diakhir acara, “memang butuh biaya besar”.

2.    Adakan tukar pikiran dengan orang tua yang anaknye juge autis, walau tidak akan menyelesaikan masalah, namun dapat sedikit menambah pengetahuan cara menghadapi anak autis yang terdiri dari berbagai tingkatan. Misal seperti yang diungkap oleh para peserta tentang perilaku anak autis dikeluarganya yang kira-kira berumur lima tahun, akhir-akhir ini sering menanggalkan celana dan menunjuk-nunjukkkan penisnya. Menurut penulis siapun orang tua akan sangat risau kejadian tersebut. Kalau sianak tidak autis, (biasanya kejadian kalau selesai mandi, dan orang tua lengah memakaikan celana maupun menselempangkan handuk dibadan sianak) saat orang tua atau pendidik menegur atau bilang “malu-malu …cepat pakai celana”, sianak akan menurut dan secara umum tidak akan mengulangi lagi malahan dia sendiri yang mengatakan “malu dan menutup penisnya dengan tangan”[7]. Kekhawatiran tersebut sangat beralasan, apalagi saat membayangkan bagaimana saat sianak autis remaja? Sementara dia tidak tau apa yang dilakukannya karena seperti yang diungkapkan dalam http://forum.kompas.com/medis/15097-penanganan-dini-bagi-anak-autis.html diakses 14 des 2012 menyatakan penyebab autis adalah sel otak tidak sempurna.

3.    Perilaku lingkungan khususnye orang tua, yang terlampau memanjakan anak dan sering menganggap anak tidak tau atau masih kecil sehingga tidak tegas memperlakukan anak dan berlarut saat di memasuki usia remaja mengucapakan kata-kata tanpa tau makna yang dikatakan. Misal salah satu contoh saat salah seorang tua menyampaikan keluh kesahnya karena anak antara lain sering mencarut mungkin meniru lingkungan, dia tidak tau lagi apa yang harus diucapkan untuk melarang anaknya, samar-samar terdengar si anak mencarut[8] walau sudah dilarang-larang tetap tidak berpengaruh.

4.    Pisahkan tidur orang tua dengan anak. Kalau penulis sederhanakan ucapan nara sumber, semakin kecil kita memisahkan tidur dengan anak semakin mudah kita mengawasi saat dia remaja, bisa saja anak autis terjaga dan meniru yang dilakukan orang tuanya.

Perlu koordinasi antara orang tua dengan tempat anak diterapi, hal ini untuk menghindari seperti yang dialami oleh salah seorang peserta yang kewalahan kalau dirumah anaknya sudah tidak patuh. Menurut penulis yang disimpulkan dari seminar mungkin orang tua tidak tega memperlakukan sianak yang dalam pikirannya lemah, tapi ingat suatu waktu sianak akan lebih kuat dan tidak bisa lagi dikendalikan perilakunya, dan orang tua semakin lemah apa yang akan terjadi? Pelajari kode-kode tertentu yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak, misal saat anak autis  melakukan masturbasi[9], bapak nara sumber memberikan tanda misal simbol kertas merah yang artinya hanya boleh dilakukan di kamar mandi, begitu pula simbol-simbol lain misal simbol, mana orang tua (ayah atau ibu), atau orang yang diluar lingkungan keluarga.

Dari berbagai kasus diatas menurut hemat penulis, yang paling penting dilakukan pendidik terutama orang tua adalah harus mengetahui tingkat autis anak, sehingga sedikit memudahkan penanganan respon terhadap terapi yang dilakukan selain itu juga sebagai antisipasi awal untuk memantau aktivitas si anak autis saat memasuki usia remaja yang pasti akan lebih sulit, walau sianak nampak tenang saat terapi tapi tidak merupakan jaminan anak tidak melawan[10], hal ini juga mengindikasikan tidak mungkin anak selamanya akan diterapi, kedekatan dan komunikasi orang tua atau orang terdekatlah yang sangat dibutuhkan.
Perlu dicatat bahwa melarang saat anak autis masih kecil memang sulit, tapi…akan sangat sangat entah pangkat berapa sulit, saat mereka memasuki usia remaja, ketegasan orang tua sangat dibutuhkan. Walau tidak menyembuhkan tapi sedikit mengurangi resiko hal yang tidak diinginkan dikemudian hari, ingat anak-anak seperti ini kadang – kadang lebih cepat masa puber dan adanya dorongan seksual, dan ini harus benar-benar dipahami oleh orang tua khususnya atau orang yang dekat dengan sianak autis misal kakak atau abang sehingga ada komunikasi yang dimengerti saat anak autis berubah perlakuannya dari biasa.

Sekianlah, mudah2xan bisa memberi manfaat.

Pekanbaru, 25 Desember 2012 s.d 26 Desember 2012.
Selamat Natal, 25 Desember 2012 dan Selamat menyambut Tahun Baru 2013.

  


[1]Karena tidak ada perkuliahan dan penasaran penanganan autis saat remaja, penulis tetap mengikuti sampai akhir acara yang  kira2x tak sampai jam 13.00 wib selesai.
[2] Listrik di hotel tempat acara mati kemudian hidup sesaat setelah itu mati selamanya, menyebabkan ruangan  panas  jangankan anak autis peserta dan penulis sendiri gerah luar biasa, selain itu paparan yang seharusnya bisa dilihat dislide tak bisa ditampilkan oleh nara sumber.
[3] Pengamatan penulis dengan anak autis yang beranjak remaja .
[4] Pengamatan penulis sianak autis yang satu ini suka papan yang bersih.
[5] Salah satu kasus dari orang tua peserta seminar.
[6] Secara umum orang tua yang hadir pada seminar telah melakukan hal tersebut, malahan ada yang berkonsultasi denganbeberapa dokter,  baik dokter di Pekanbaru maupun diluar Pekanbaru.
[7] Pengamatan penulis dengan kemenakan dan cucu dari kemenakan dari masa ke masa.
[8] Mengucapkan kata-kata kotor seperti pantek dan sebagainya.
[9] Salah satu contoh yang disampaikan nara sumber, yang menarik anak autis di salah satu daerah ke kamar mandi agar ia tenang. Contoh ini juga disampaikan oleh salah seorang peserta seminar.
[10] Salah satu kasus yang dipaparkan nara sumber, disuatu daerah anak autis terpaksa diperlakukan tidak wajar karena mereka sudah sampai pada tingkat yang sangat menghawatirkan, sianak sangat kuat.

Jumat, 21 Desember 2012

Dra. ASMIDA, M. Pd; Isu Kiamat Suku Maya Untuk Berbenah Diri


Isu Kiamat Suku Maya Untuk Berbenah Diri
Oleh:

Dra. ASMIDA, M. Pd

Staf Bidang Pengembangan PLS Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru


Isu kiamat  meyeruak dari segale penjuru, tak peduli dari kelas ekonomi apepun semue berkomentar “kiamat semakin dekat” hal ini diperkuat lagi salah satunya dengan film layar lebar, yang sangat menghebohkan. Dari anak-anak sampai orang tua, kaye, miskin semuenye berebutan menonton film tersebut, berbagai komentarpun muncul, ada yang percaya begitu saja, ada juga yang tidak, termasuk penulis yang tidak percaye, sesuai keyakinan agama penulis, selain itu juge tidak menonton secare khusus film tersebut.
Berbagai bantahan dari pemuka agama, semakin menambah jayanya film tersebut juga semakin menambah heboh akan adanya isu kiamat, tanggal 21 Desember 2012 hari jumat. Menurut pengamatan penulis, akibat isu kiamat tersebut sedikit sebanyak tanpa disadari, mungkin saja telah mempengaruhi keyakinan kita akan makna kiamat sebenarnya.
Rupanye hari yang disibukkan umat manusia  sedunia  akhir-akhir ini, bertepatan dengan tanggal 21 Desember 2012 hari jumat, berakhirnye kalender suku maya, yang penulis simak dari salah satu tayangan TV swasta, disela istirahat siang dikantor (kesibukan beberape hari ini, kadang-kadang tak sempat lagi melirik koran di rumah yang teduduk manis dekat kursi rebah, jangankan membace sampai rumahpun dah tegeletak penat), berbagai cara manusia mempersiapkan diri untuk menyambut kiamat, seperti yang ditulis http://id.berita.yahoo.com/kiamat-2012-lima-situs-maya-ini-wajib-dikunjungi-052405676.html diakses 22 Desember 2012 menyatakan sebagian orang masih mempersiapkan datangnya kiamat dengan caranya sendiri, mulai dari membangun bungker, membeli masker gas, hingga sedia makanan bertahan hidup.  Tak kalah menarik dari hal tersebut, salah satu warga Cina, Liu Qiyuan seperti yang dikutip dari Haluan Riau terbitan Selasa, 18 Desember 2012 halaman 29, yang menciptakan bola raksasa untuk menghadapi kiamat dan mengklaim bola raksasa tersebut bisa dimasuki 14-30 orang dan tahan hantaman gelombang setinggi 1000 meter.
Penulis tersenyum melihat berbagai ulah tersebut, tapi itulah keyakinan mereka kita harus menghargainye,  walau sebetulnye  kalaulah kiamat yang sebetulnye terjadi yang ditandai datangnye dajal bermate satu seperti yang selalu dikatekan (almh) mak penulis Hjh. Tengku Sribanun, waktu kami kecik dulu, yang penulis simpulkan saat memasuki  usia remaja, tak ade satupun yang mampu diselamatkan, apekah orang tue, anak, kakak beradik, suami, istri, sahabat, orang yang disayangi semuenye akan bercerai berai. Hal tersebut penulis maknai salah satunye adalah, apapun yang kite lakukan, pertanggung jawaban kite pada Allah SWT, sang pemilik jagat raya beserta isinya. Rahasia Allah SWT tidak ada satupun yang mampu menetapkannye, walau die telah memberi tande-tandenye.
Namun terlepas dari hal tersebut, menurut penulis banyak pembelajaran yang dapat kita simak tentang beberape kemajuan peradaban suku maya, yang penulis kutip dari: http://id.berita.yahoo.com/kekayaan-peninggalan-sejarah-suku-maya-033323447.html diakses 22 Desember 2012 sebagai berikut:
Kalender Maya "Long Count" mengatakan sebuah era yang berusia lebih dari 5.000 tahun berakhir pada 21 Desember. Masih dalam sumber yang same seperti yang diungkapkan antropolog Guatemala, Alvaro Pop, anggota United Nations Permanent Forum on Indigenous Issues, kepada AFP,  "Kalender Maya bukan hanya soal perhitungan detik, menit dan jam," juga merupakan model yang menunjukkan "gerakan benda langit dan caranya memengaruhi kehidupan manusia”.
Seterusnye dinyatakan keahlian tersebut  memungkinkan peradaban kuno Maya mendeteksi pengaruh benda langit pada pasang surut air laut, kelahiran dan tanaman, selanjutnya dinyatakan kontribusi peradaban kuno — yang mencapai puncaknya antara tahun 250 hingga 900 — jauh melampaui pemahaman mereka tentang bintang-bintang, menyentuh segala hal mulai dari arsitektur hingga tekstil dan makanan.
Masih dalam sumber yang sama dinyatakan bahwa suku Maya adalah yang pertama menanam jagung sekitar 3.000 tahun lalu, selain itu suku Maya juga menjadi suku pertama yang menggunakan dan mengembangkan kakao dan, menurut beberapa orang, mereka mencetuskan ide membuat permen alami dari pohon daerah tropis dan merupakan pendahulu dari permen karet, keturunan mereka, terutama di Guatemala, juga dikenal dengan kain warna-warni mereka, yang "merupakan ekspresi kehidupan paling indah dan eksplosif di benua ini dan di dunia," peradaban lainnye suku maya memiliki bahasa tulis dan secara total, suku Maya berbicara 36 bahasa sepanjang sejarah mereka dan di daerah berbeda-beda, begitu pule dengan kecemerlangan arsitektur Maya yang dapat dilihat reruntuhan dari perkotaan besar dan pusat-pusat agama seperti Chichen Itza di semenanjung Yucatan, Meksiko, Tikal di Guatemala, Copan di Honduras dan Tazumal di El Salvador berdiri sebagai contoh kecemerlangan arsitektur Maya. 
Kecemerlangan suku Maya mulai dari arsitektur hingga tekstil dan makanan, bile kite simak tidak kalah dari negara kita Indonesia, banyak situs sejarah di negeri ini yang harus dikaji keberadaannya melalui peninggalan sejarah yang ditemukan baik secara langsung maupun tidak langsung (biasenye oleh para petani), salah satu contoh di Provinsi Riau, adenye Candi Muara Takus, begitu pule bahasa melayu yang pengucapannye beragam antare melayu daerah kepulauan dan daratan, selain itu  berbagai jenis makanan daerah seperti makanan dari sagu di Selatpanjang yang hampir tidak diketahui secara umum, seperti sempolet, kepurun yang sangat baik untuk pencernaan sebagai makanan pembuka bagi orang yang makanan pokoknye nasi, maupun untuk makanan pokok.
Dengan demikian khususnye untuk generasi muda yang mau belajar, jadikan moment isu kiamat suku maya untuk berbenah diri sesuai kompetensi masing-masing, dengan berbagai profesi agar negeri ini tidak kosong tanpa makna sebetulnye.

Sekianlah.

Pekanbaru, 21 Desember s.d 22 Desember 2012.
Selamat Hari Ibu Indonesia.

Kamis, 20 Desember 2012

Dra. ASMIDA, M. Pd. Draft Sambutan Seminar Autis



Draft Sambutan untuk Seminar Autis

Oleh:
Dra. ASMIDA, M. Pd. 
Staf Bidang Pengembangan PLS Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru.


 SAMBUTAN
Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Pada Acara Seminar Autis, Pada Hari Minggu, Tgl 15 Desember 2012,  Tempat Hotel Akasia, Jl. Jendral Sudirman.

Bismillahirahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua…

Yang Terhormat,
1.       Bapak pimpinan Yayasan Insan Peduli Autis (YIPA) Foundation
2.       Bapak Nara Sumber: Agus Tri Haryanto, S. Pd
3.       Para peserta seminar Autis   
4.       Para undangan

Pertama-tama saya sampaikan salam dari ibu kabid PLS Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Ibu Dra. Hj. Yettiniza, M. Pd, yang tidak bisa hadir bersama kita pada kesempatan ini.

Hadirin yang berbahagia,
Saya menyambut baik diadakannya seminar autis ini, sebagai salah satu upaya menambah wawasan kita tentang autis, penanganan atau cara menghadapinya saat mereka akan beranjak remaja.

Hadirin yang berbahagia,

Masa remaja inilah hal yang paling rawan hampir pada semua remaja, namun bedanya anak autis tetap melihat segala sesuatu dari sudut pandang dirinya sendiri, saat mereka memiliki kegelisahan dan tidak mampu mengungkapkannya, disinilah anak autis cendrung marah, sedih maupun frustasi.
Oleh sebab itu saya menghimbau khususnya pada orang tua yang memiliki anak autis, harus menjaga komunikasi dengan anaknya, sehingga perubahan sikap, perasaan anak pada masa pencarian jati diri pada masa remaja dapat sediki teratasi.

Akhirnya dengan mengucapkan Bismillahirahmanirrahim “Kegiatan Seminar Autis dengn judul: “ Ketika Individu Autism Beranjak Remaja “ Apa Yang Harus Dilakukan……? dengan resmi saya buka.
               
                Demikian beberapa hal yang dapat disampaikan pada kesempatan ini dan bagi peserta, selamat mengikuti seminar.

Terima Kasih.

Wabillahitaufiq walhidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

                      Pekanbaru, 15 Desember 2012
        Kepala Bidang PLS
Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru

        Dra. Hj. Yettiniza, M. Pd
                                                        NIP. 196506041989032005


Minggu, 16 Desember 2012

Dra. ASMIDA, M. Pd; KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAUD


KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAUD

Oleh:
Dra. ASMIDA, M. Pd
Staf Bidang Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru.

Wibowo (2007;324) mendefinisikan kompetensi sebagai suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukkan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggullan bidng tersebut.
Masih dalam sumber yang sama, dinyatakan bahwa kompetensi juga menunjukkan karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau dibutuhkan oleh setiap individu yang memampukan mereka untuk melakukan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan meningkatkan standar kualitas profesional dalam pekerjaan mereka.
Terdapat lima karakteristik kompetensi seperti yang dikutip dari Wibowo (2007;325), sebagai berikut:
a.    Motif adalah sesuatu yang secara konsisten  dipikirkan atau diinginkan orang yang menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan, dan memilih perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.
b.    Sifat adalah  karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap sesuatu atau informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata merupakan ciri fisik kompetensi seorang pilot tempur.
c.    Konsep Diri adalah sikap, nilai-nilai atau citra diri seseorang. Percaya diri merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir setiap situasi adalah bagian dari konsep diri orang.
d.    Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik. Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks. Skor pada tes pengetahuan sering gagal memprediksi prestasi kerja karena gagal mengukur pengetahuan dan keterampilan dengan cara yang sebenarnya dipergunakan dalam pekerjaan.
e.    Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu. Kompetensi mental dan keterampilan kognitif termasuk berpikir analitis dan konseptual.
Dari uraian diatas penulis berpendapat, kompetensi merupakan kemampuan seseorang untuk mengerjakan pekerjaan yang dilandasi adanya pengetahuan yang dimiliki orang tersebut, kemudian ditambah dengan sikap diri yang telah mulai terbentuk sejak usia dini.
UU No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003,  Pasal 1 butir 14 menyatakan Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Standar Nasional Pendidikan (UUSISDIKNAS NO. 20 TH 2003 Pasal 35), mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan harus memenuhi 8 standar  yaitu standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
Sehubungan dengan hal tersebut, sejak tahun 2009 melalui Permendiknas No 58 tentang standar PAUD yang dikutip dari Netti Herawati (2011: 25) pada Capaian Dan Rancangan Grand Design Program Paud Provinsi Riau, diisyaratkan bahwa seorang guru PAUD selain kualifikasi pendidikannya harus S-1/D4 tapi juga harus memenuhi 4 (empat) kompetensi yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi pedagogik.
Menurut Permendiknas No 58  tahun 2009, Pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran serta melakukan pembimbingan, pengasuhan dan perlindungan anak didik. Lebih lanjut dinyatakan bahwa Pendidik PAUD pada jalur pendidikan non formal terdiri atas guru, guru pendamping dan pengasuh.

Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang standar kompetensi guru PAUD/TK/RA dengan jelas menyatakan Kompetensi Profesional guru adalah:
1.    Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan.
2.    Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
3.    Mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif.
4.    Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
5.    Memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Berdasarkan uraian tersebut, kompetensi profesional pendidik menurut penulis adalah kemampuan  profesional yang wajib dimiliki oleh pendidik, sehingga para pendidik mampu untuk terus meningkatkan kualitas diri dalam pekerjaannya,  yang pasti akan berimbas pada proses pembelajaran, dengan mampunya pendidik untuk mengembangkan potensi dirinya secara kreatif disebabkan penguasaan materi oleh pendidik menyebabkan ia mampu meramu pembelajaran sesuai dengan karakter peserta didik. Dengan kompetensi profesional yang dimiliki,  penulis berpendapat secara otomatis akan berimbas pada kompetensi yang lain seperti kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. 

Sekianlah.
13 Desember s.d 15 Desember 2012


Sumber:
Wibowo (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
            Sistem Pendidikan Nasional
Herawati, N (2011). Capaian dan Rancangan Grand Design Program
            PAUD Provinsi Riau Tahun 2011-2014



Senin, 10 Desember 2012

Dra. ASMIDA, M. Pd; Cerpen Judul: Kepurun juge ade.


Cerpen.

Judul: Kepurun juge ade.

Oleh:

Dra. ASMIDA, M. Pd
Staf Bidang Pengembangan PLS Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru


Lagu my heart wil go on mulai menghiasi ruang kerjeku di Learning Center Asmida, yang masih tahap perbaikan, tibe-tibe dalam bingkai sepi, tak mampu kutepis, sosok wajah orang yang kucintai, kusayangi, menyeruak saat terakhir bersame.  Sedang mengape die sekarang ye? Kubiarkan butir-butir rindu itu mengalir, bagai aliran sungai sail yang hampir tidak pernah sepi dari senyumku, saat melewatinye, melalui jembatan yang lumayan comel, yang dibangun untuk memudahkan orang lewat.
Tadi, sungai sail membuat aku tersenyum lebar, melihat pemandangan yang tak mampu kualihkan tanpa sedikit melirik anak – anak bergembira meloncat dari jembatan, dan hanyut dalam tawa ria seperti kejadian pagi tadi, saat perjalanan meninjau penataan ruang baru “Learning Center Asmida”. Tak mampu ketepis senyumku saat kenangan masa kecil di kota sagu Selat Panjang membayang, yang tak akan terlupakan sampai kapanpun.
Yah.., masih terbayang dilintasan wajahku yang tentunya sudah tak seimut dulu lagi hahaha…, saat menengok air pasang[1] yang tidak seperti biasenye melanda daerah tempat tinggal kami di Selatpanjang, masa yang ditunggu anak-anak sebayaku tanpa tau akibat yang ditimbulkan, tidak peduli penyakit musim pasang yang datang seperti gatal-gatal, kudis dan sebagainya, tak peduli. Bermain sampan yang dibuat dari pelepah pokok kelape, ade juge yang kami buat dari kayu bloti bekas, yang ditancapkan paku dibahagian depannye setelah itu baru dikasih tali.
Sampan buatan sendiri itu, kami heret (bace: henget)[2] sambil berlari lari kecil di sepanjang jalan yang digenangi air pasang, tak peduli air pasang yang bewarna coklat keruh itu, yang telah becampur dengan berbagai bentuk sampah, berlarian tanpe kasut[3]. Semakin deras aliran air pasang menuju tempat yang rendah, semakin gile kami berpetualang, begitu pule saat air pasang mulai surut, sampan yang sudah tidak bisa bejalan lagi, kami bawak ke parit dan mulai berlarian disepanjang tepian parit yang lumayan tinggi ditumbuhi rumput. Tak sampai disitu, kami terus bergerak membuat sampan dari kertas atau dari daun nangke dengan bermacam model, untuk diperlombakan diparit depan rumah, yang airnye lumayan deras. Saat perlombaan tepekik telolong[4]lah mengejo sampan masing-masing.
Kutepikan motor kesayanganku si merah, yang setia di setiap perjalananku di kota panas, yang sudah lama termangu di sudut grase bersame kendaraan lain, saat aku menjelajahi kota kembang Bandung. Kulepaskan pandangan dihamparan air yang mulai meluap dan menyeruak menyapa bibir sungai yang ditumbuhi pohon-pohon kecil, mendekati  pinggiran rumah warga, yang berbaris manis disekitar tepian sungai.
Kubiarkan diri menikmati hawa sungai sail, hujan rintik mulai turun lagi, dari spion kulirik antrian panjang masing-masing manusia berkejaran untuk menghindari hujan, aku tersenyum, dalam hati aku berujar, apakah mereka tidak sadar didepan juge hujan? Entahlah, akhir-akhir ini kesemrautan dalam berbagai bentuk semakin manjadi jadi, tak peduli apepun kelasnye, tak taulah.
Sambil tersenyum aku mulai bergerak perlahan, menerobos kucuran air dari langit, yang memang harus dilalui, kekuasaan Allah sang pencipta jagat raya, pemilik semua ilmu. Kutengadahkan wajah ke langit, terimekasih ya Allah, kau beri aku kekuatan, kecerdasan untuk mengagumi, mempelajari ilmu yang kau bentangkan melalui hamparan lautan ilmu pengetahuan yang kau sediakan.
Kulirik jam tangan merah yang begitu manis ditangan kiriku, hari tidak lagi terlampau pagi, aku harus cepat sampai ke kantor, ade janji untuk program akhir tahun 2012, yang harus kuputuskan, lumayan untuk menyambut tahun baru 2013 di Batam. Kubiarkan saje tubuhku terkene rintik hujan yang mulai lebat, selebat hujan membasahi motorku.  
Lagu melayu pantai solop membuyarkan lamunanku, rupenye ade sms dari bu Dina ketua DPD Ika Boga Riau, “datang ye, kami masak sempolet”, wah…ini die, dah lame betul, aku tak makan makanan khas melayu Selat Panjang, rasenye nak dekat due puluh delapan tahun, semenjak aku tamat SMA. Dengan cepat aku jawab, “iye, lempeng sagu ade tak”?, beberape saat muncul sms balasan “kepurun juge ade.”

Sekianlah
Pekanbaru, 10 Desember 2012



[1] Air pasang kalau daerah perkotaan disebut banjir, merupekan air laut/sungai yang naik kepermukaan yang melebihi kapasitas disebabkan al: hujan yang terus menerus selama beberape hari.
[2] Heret (bace: henget) merupekan bahase melayu Selat Panjang untuk menyatekan tarik.
[3] Kasut bahase melayu Selat Panjang untuk menyatekan sendal.
[4] tepekik telolong merupekan bahase melayu Selat Panjang untuk menyatekan kegembiraan atau rase senang dan biasenye secara spontan.