PENTINGNYA KREATIFITAS
DIMULAI SEJAK USIA DINI
Oleh:
Dra. ASMIDA, M. Pd[1]
Tulisan
kali ini saya ingin mengangkat masalah kreatifitas atau berpikir kreatif.
Sebelum melanjutkan tulisan yang sederhana ini saya ingin mengutip apa yang
dikatakan oleh seorang lulusan S-2 Filsafat Universitas Indonesia dan juga
anggota DPR-RI dari fraksi PDIP yaitu Rieke Diah Pitaloka (UI)[2],
dalam menuju Jabar 1 beberapa waktu lalu, berikut penulis ambil beberapa
penggalan pernyataan tentang pendidikan sebagai berikut:
“Pendidikan harus mengedepankan nalar dan
pengertian bukan hapalan sehingga muncul kreatifitas. Sejak orde baru makna
pendidikan bergeser menjadi pengajaran. Pendidikan diartikulasikan sebagai
pelajaran menghapal bukan melatih nalar. Pendidikan harus melahirkan generasi yang
ingin tahu, ingin mengerti bukan generasi yang sekedar memanfaatkan apa yang
ada[3]”.
Hal
tersebut menurut penulis, dapat dimaknai bahwa kreatifitas tidaklah muncul
begitu saja, kreatifitas adalah perjalanan panjang untuk keingintahuan dari
pengembangan nalar dari berbagai kegiatan pembelajaran yang ditampilkan oleh
pendidik, kreatifitas harus dimulai sejak
usia dini melalui pendidikan.
Pendidikan
yang lebih mengedepankan peserta didik untuk mengekspresikan kemampuannya
sesuai perkembangan kognitif yang dimiliki, melalui berbagai media pembelajaran
yang disediakan untuk membiasakan anak sejak usia dini membentuk pola dalam
pikiran mereka. Jadi suatu hal yang mustahil menurut penulis bila pendidik mengajak
anak untuk kreatif sementara mereka tidak pernah diajarkan belajar cara bernalar.
Anak-anak cendrung diajarkan menghapal dan meniru apa yang ditulis atau
dikatakan pendidik. Kadang kadang pendidik (guru, orang tua) suka latah,
menginginkan anak cepat pandai semuanya tapi kering dari makna pendidikan
sebenarnya dan hal ini menurut pengamatan penulis terus berulang.
Baru-baru
ini saat pantauan tentang penilaian Paud Inovatif di salah satu kecamatan di
Pekanbaru, walau secara umum dapat dikatakan cukup baik. Namun dari hasil
pengamatan maupun wawancara tidak terstruktur yang penulis lakukan, misal
pengenalan lingkungan, guru secara umum tidak memaknai akan pentingnya
kegiatan yang dilakukakan tersebut
sebagai wahana pembelajaran anak terhadap lingkungan tempat mereka berada.
Kurangnya kemampuan profesional pendidik akan pentingnya kegiatan tersebut, menyebabkan
kegiatan yang dilakukan terkesan asal jadi, hal tersebut tergambar dari wawancara tidak terstruktur
penulis dengan beberapa guru maupun pengelola paud misal saat guru pendamping
membawa anak kekebun sayur yang tidak terlampau jauh dari Paud, atau ketempat
rekreasi alam mayang, atau ke kantor polisi, atau memasak dan sebagainya.
Kompetensi
profesional pendidik, seperti yang telah penulis simpulkan pada tulisan
terdahulu adalah kemampuan profesional
yang wajib dimiliki oleh pendidik, sehingga para pendidik mampu untuk terus
meningkatkan kualitas diri dalam pekerjaannya,
yang pasti akan berimbas pada proses pembelajaran, dengan mampunya
pendidik untuk mengembangkan potensi dirinya secara kreatif disebabkan
penguasaan materi oleh pendidik menyebabkan ia mampu meramu pembelajaran sesuai
dengan karakter peserta didik.[4]
Hal
tersebut senada seperti yang diungkapkan Stephen P. Robbins dan Mary Coulter diterjemahkan
oleh Harry Slamet, mengatakan bahwa:
kreatifitas merupakan
kerangka pikiran. Lebih lanjut dinyatakan anda harus memperluas
kemampuan-kemampuan pikiran anda artinya membuka pikiran anda terhadap ide-ide
baru. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk memperbaiki kreatifitasnya, tetapi
banyak orang tidak mencoba mengembangkan kemampuan tersebut[5].
Pada
dasarnya penulis sependapat dengan
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter tersebut, namun dalam beberape hal
seperti “…….banyak orang tidak mencoba mengembangkan
kemampuan tersebut”. penulis kurang sependapat. Sebenarnya menurut penulis bukan
tidak adenye keinginan untuk mencoba mengembangkan diri tapi mereka secara umum
tidak terbiasa dalam proses
pembelajarannya untuk mengembangkan nalar untuk mencube berbagai cara dalam menyelesaikan
permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang disajikan oleh
pendidik.
Merupakan
kerja keras setiap lembaga pendidikan (sekolah) untuk membiasekan anak-anak
dalam pembelajarannya untuk melatih nalar kalau ingin kedepan kita mau anak-anak generasi penerus ini
menjadi generasi yang terbiasa mengolah pikiran, sehingga diharapkan kelak saat
mereka menjadi bahagian dari sistem masyarakat mereka mampu memunculkan dan
memperbaiki kreatifitas karena sudah dilatih sejak usia dini melalui pendidikan
terutama di sekolah dan ditambah lagi lingkungan dirumah, semuanya butuh proses
dan tidak didapat secara instan.
Hal
tersebut senada yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Utami Munandar yang menyatakan
pentingnya memupuk kreatifitas sejak dini dalam diri anak didik sebagai
berikut:
Kreatifitaslah yang
memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini
kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan
kreatifitas, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru.
Untuk mencapai hal itu perlulah sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif dipupuk
sejak dini[6].
Dengan
demikian kita berharap anak-anak usia
dini ini kelak bukan menjadi generasi yang hanya pandai menghabiskan yang ade
dan tidak tau ape-ape lagi kalau sudah habis karena tidak terbiasa berpikir
kreatif. Almarhumah mak penulis yang mulia Hj. Tengku Sribanun selalu
mengingatkan sejak kami kecil bahwa “gunung emas akan habis bile ditakik
terus”. Semakin besar dan mulai sekolah penulis menangkap perumpamaan tersebut
mengandung makna yang tersirat antara lain sekaya apapun kita atau negara kalau
sumber daya manusianya tidak bersumber daya tidak terbiasa berpikir kreatif semua
akan tinggal kenangan.
Mudah-mudahan
tulisan singkat ini menambah wawasan kita tentang pentingnya kreatifitas
dimulai sejak usia dini.
Sekianlah
Pekanbaru,
6 Maret 2013 s.d 27 Maret 2013
Daftar
Pustaka
Stephen
P. Robbins dan Mary Coulter diterjemahkan oleh Harry Slamet, Manajemen
Edisi kedelapan jilid 1, Indonesia:
PT. Indeks, 2007.
Prof. Dr. Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat:
Jakarta: Rineka
Cipta, 2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Rieke_Diah_Pitaloka diakses
10 Maret 2013. http://www.youtube.com/watch?v=byd5jhrbSMw&list=FL_9MIxuwNus22fv1vOztJig&index=4.
[1] Biodata Singkat.
Dra. ASMIDA, M. Pd adalah Kandidat Doktor Manajemen
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta; S-1 bidang Pendidikan Matematika, FKIP
UNRI, 1988; S-2 bidang Pendidikan Matematika, UPI Bandung, 2009; Sekarang
Bertugas Sebagai Staf Bidang Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah Dinas
Pendidikan Kota Pekanbaru; Pemilik dan Pendiri L2PTS; Hobbi menulis cerpen dan
dongeng dimulai sejak tinggal di Bandung, disedikit waktu senggang yang dimilki
diantara kesibukan sebagai mahasiswa tugas belajar Magister Bidang Pendidikan
Matematika di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Kumpulan cerpen
dengan cover “Sepetang Hatiku” dan
beberape dongeng diantaranya “Kucing dan
Harimau”, “Kancil dan anak Harimau”, “Pak Handi dan Mak Handi” sudah di
publikasikan di http://l2pts.blogspot.com. Selain
menulis cerpen dan dongeng, penulis juga menulis al: “Modul Integral Untuk Anak Paket C” sejak tahun 2009 akhir dan
selesai tahun 2012, dimana modul ini
merupakan edisi revisi dari beberapa modul Matematika dan Integral yang
ditulis sewaktu penulis masih menjadi pendidik, salah satu sub sudah di
publikasikan di http://l2pts.blogspot.com dan http://learningcenterasmida.blogspot.com. Terbaru sejak tahun 2010 sampai tahun 2012, menulis buku untuk
Kelompok Bermain Salah satu sub buku sudah di publikasikan di http://l2pts.blogspot.com/2012/06/dra-asmida-m-pd-matematika-sebagai-ilmu.html; Selain itu juga menulis artikel lepas, kumpulan artikel dengan cover “ Pekanbaru Menuju Kota 2 M?” sudah
dipublikasikan secara terpisah di http://l2pts.blogspot.com; Hobbi
lainnya al: fhotografi, menggambar abstrak, seni ukir, traveling, mendengarkan
musik. Tahun 2013 aktifitas lainnya selain menulis cerpen, artikel lepas serta
hobi lainnya, juga menulis materi tentang Irisan Bidang dengan Bangun Ruang,
yang merupakan revisi dari modul sebelumnya, di publikasikan di http://learningcenterasmida.blogspot.com.
[2] Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Rieke_Diah_Pitaloka
diakses 10 Maret 2013
[5] Stephen P. Robbins dan
Mary Coulter diterjemahkan oleh Harry Slamet, Manajemen Edisi kedelapan jilid 1, (Indonesia: PT. Indeks, 2007),
h. 414.
[6] Prof. Dr. Utami
Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat (Rineka Cipta, 2009), h. 31-32.