RESUME
ORIENTASI BARU
DALAM PEDAGOGIK
TUGAS
INDIVIDU
MATA KULIAH: ORIENTASI BARU DALAM PEDAGOGIK
Dosen:
Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman
Oleh:
ASMIDA
Nomor
registrasi 761710479
PROGRAM STUDI DOKTOR
(S3)
MANAJEMEN
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2011
RESUME
ORIENTASI BARU DALAM PEDAGOGIK
I.
HAKIKAT PENDIDIKAN (PEDAGOGI) DAN
ILMU PENDIDIKAN (PEDAGOGIK)
1. Hakikat Pendidikan (Pedagogi) Dan
Ilmu Pendidikan (Pedagogik)
a) Hakikat Pendidikan (Pedagogi)
·
Pendidikan
menurut Mulyono Abdurrahman adalah upaya untuk memberdayakan potensi
kemanusiaan yang mencakup kognitif, fisik, emosi, dan intuisi agar tumbuh dan
berkembang optimal dan terintegrasi untuk kemaslahatan hidup bersama dalam
meningkatkan kualitas ibadah manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
·
Pendidikan
(education)
Berdasarkan undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas), pasal 1 ayat 1
menyatakan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pengertian pendidikan secara
Filosofi adalah usaha untuk memberdayakan semua potensi kemanusiaan secara
optimal dan terintegrasi agar bermanfaat bagi kemaslahatan hidup bersama untuk
meningkatkan kualitas pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan peserta didik berdasarkan
undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
(Sisdiknas), pasal 1 ayat 4 menyatakan Peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
·
Pendidikan
adalah usaha untuk memberdayakan potensi kemanusiaan peserta didik yang
meliputi ranah kognitif, fisik, afektif, dan intuitif secara optimum dan
terintegrasi agar bermanfaat bagi kemaslahatan hidup bersama.
·
Pendidikan
adalah usaha untuk memberdayakan potensi kemanusiaan peserta didik yang
meliputi ranah kognitif, fisik, afektif, dan intuitif secara optimum dan
terintegrasi untuk meningkatkan kualitas ibadah manusia kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
·
Objek
kajian ilmu pendidikan ada 2:
§ Objek forma pendidikan adalah
manusia
§ Objek material ilmu pendidikan
adalah situasi (proses) pendidikan
·
Pembelajaran
(Instruction)
Pembelajaran adalah usaha membantu
siswa atau anak didik mencapai perubahan struktur kognitif melalui pemahaman.
Sedangkan menurut psikologi humanistic, pembelajaran adalah usaha guru untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan untuk belajar (enjoy learning), yang
membuat siswa dipanggil untuk belajar
Berdasarkan undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas), pasal 1 ayat 20
yaitu Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, sedangkan pendidik berdasarkan undang-undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas), pasal 1
ayat 6 menyatakan Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
·
Tenaga
kependidikan
§ Guru, dosen, tutor, pelatih,
widyaiswara
§ Birokrat pendidikan
§ Pengawas pendidikan
§ Pengurus yayasan pendidikan
§ Komite sekolah
§ Pegawai administrasi sekolah
·
Pengajaran
(teaching)
Pengajaran adalah kegiatan yang
dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga
diartikan sebagai interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung
sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
·
Pelatihan
(training)
Pelatihan
merupakan suatu pengajaran yang menuntut agar peserta pelatihan melakukan
seperti apa yang telah diajarkan.
·
Lingkungan
(Enviranment kething)
Ransangan dari lingkungan dapat memberi pengaruh yang
positif maupun negative bagi orang disekitarnya.
Kelima komponen tersebut dapat kita gambarkan dalam
lingkaran berikut:
2.PEMBELAJARAN (Instruction)
|
1.PENDIDIKAN
(Education)
|
3.PENGAJARAN (Teaching)
|
4.PELATIHAN (Training)
|
5.LINGKUNGAN
(Enviranment Kething)
|
2
|
3
|
1
|
4
|
5
|
Gambar 1.
|
2. Asumsi Tentang Hakikat Manusia
Dalam Ilmu Pendidikan
Hakikat
manusia adalah sebagai berikut:
a) Manusia
pada hakikatnya adalah spiritual, setiap manusia memiliki tanggung jawab
kekhalifahan dimuka bumi ini sebagai wakil Tuhan.
b) Setiap
manusia dalam menjalani kehidupannya dengan keridhaan Allah, dalam artian
setiap yang dijalani oleh manusia bernilai ibadah.
c) Manusia
merupakan makhluk sosial yang berbahasa.
d) Manusia
mempunyai tenaga yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi semua kebutuhannya.
e) Merupakan
individu yang rasional dan bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan
sosial.
f) Setiap
manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif serta mampu mengatur
dan mengontrol dirinya.
g) Selalu
mengalami proses perkembangan secara terus menerus selama hidupnya.
h) Merupakan
individu yang selalu melibatkan dirinya dalam membantu orang lain dan membuat
dunia lebih menyenangkan untuk ditempati.
i)
Merupakan mahkluk Tuhan yang
memungkinkan untuk dapat menjadi baik ataupun sebaliknya.
j)
Merupakan individu yang sangat
dipengaruhi lingkungan, terutama lingkungan sosial, serta dapat berkembang
sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Ø Hakikat
Manusia
§ Manusia
adalah makhluk bhineka yang mengemban misi tunggal sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.
§ Manusia
adalah makhluk individual sehingga konsekuensi logisnya harus menjadi makhluk social
Ø Hakikat
Manusia
§ Makhluk
biologis
o
Mengikuti hokum-hukum biologi, fisika
dan kimia
o
Tidak berbeda dari makhluk lain
(tumbuhan dan hewan)
o
Berupaya memenuhi kebutuhan biologis
(makan, minum,bernafas, berkembang biak, dsb)
§ Makhluk
Berpikir dan bernalar
o
Hewan adalah makhluk berpikir tetapi
tidak bernalar
o
Manusia dapat berpikir nalar
o
Dengan nalarnya manusia mengembangkan
ilmu dan teknologi
o
Dengan nalarnya manusia dapat membedakan
yang baik dan buruk, yang indah dan yang tidak indah
§ Makhluk
Berbudaya (beradab)
o
Manusia meninggalkan sisa-sisa peradabannya
o
Sisa peradaban yang megah dapat dibangun
melalui cara-cara yang biadab
o
Pertemuan antar budaya dapat menimbulkan
evolusi cultural atau pertempuran antar budaya
o
Peradaban hedonistis-konsumtif
berbenturan dengan peradaban humanis
§ Makhluk
Berpotensi unggul
o
Potensi manusia dapat dikembangkan
hingga hamper tak terbatas
o
Otak manusia memiliki 100-200 milyar sel
otak, jauh melebihi yang dimiliki hewan
o
Kemampuan mengembangkan ilmu dan
teknologi yang hamper tak terbatas
§ Makhluk
Bhineka
o
Manusia memiliki kecerdasan:
1. logika
matematik
2. linguistic
3. musical
4. jasmani-kinestetik
5. spatial
6. interpersonal
7. intrapersonal
8. natural
9. spiritual
§ Makhluk
Ruhani
o
Ditiupkan roh Tuhan pada usia 4 bulan 10
hari
o
Makhluk jasmani dan ruhani
o
Jasmani sebagai kenderaan ruh untuk
melaksanakan tugas kekhalifahan dimuka bumi
o
Jasmani akan kembali ketanah, ruh akan
kembali ke Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ayat-ayat
Alquran yang berkenaan ddengan asal usul manusia:
·
Al Baqarah ayat 28 (2:28) Mengapa kamu
ingkar kepada Allah, padahal kamu sebelumnya benda mati, lalu Dia
menghidupkanmu, kemudian dimatikanNya pula, lalu dihidupkaNya kembali, dan
selanjutnya kamu dikembalikan kepadaNya.
·
Ali Imran ayat 59 (3:59) Sesungguhnya
perbandingan penciptaan Isa menurut pandangan Allah tidak ubahnya seperti
penciptaan Adam yang diciptakan dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
“Jadilah”, maka jadilah ia.
Untuk
Apa manusia berada di muka bumi?
§ Manusia
hidup dimuka bumi uuntuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik.
§ kehidupan
bersama bukan sekadar bersama sesame manusia tetapi juga sesame makhluk ciptaan
Tuhan, baik makhluk hidup maupun makhluk tak hidup
Struktur
tubuh Manusia yang unggul
1. Kemampuan
berdiri tegak
2. Struktur
jari-jari tangan yang sempurna
3. Struktur
otak yang unggul
§ Manusia
sebagai makhluk susila (bermoral)
o
Ditangan manusia Bermoral, ilmu dan
teknologi dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan hidup bersama (sesame makhluk
ciptaaan Tuhan)
o
Ditangan manusia Tidak bermoral, ilmu
dan teknologi dapat menjadi malapetaka
§ Khalifah
Tuhan di muka bumi
o
Keunggulan manusia atas makhluk lain
memungkinkan manusia dijadikan khalifah Tuhan di muka bumi
o
Keunggulan manusia atas makhluk lain
memungkinkan manusia membangun kehidupan bersama yang lebih baik atau
menimbulkan malapetaka
§ Pengemban
misi sebagai pendidik
o
Semua manusia pada hakekatnya adalah
pendidik meskipun bukan tenaga kependidikan
o
Sebagai pendidik, semua manusia
mengemban misi untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik dalam rangka
meningkatkan kualitas pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa
o
Tanpa adanya kesadaran bahwa manusia
adalah pendidik, manusia dapat menimbulkan kerusakan dimuka bumi
3. Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan
Sebagai Suatu Sistem
Pengertian
Sistem:
Sistem suatu strategi menyeluruh atau rencana dikomposisi oleh satu set elemen,
yang harmonis, merepresentasikan kesatuan unit, masing-masing elemen mempunyai
tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logis. Made
pidarta (Mc Ashan: 1983)
Sementara
itu Made Pidarta (Immegart: 1997) mengatakan esensi sistem merupakan suatu
keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis,
bagian-bagian itu berelasi satu dengan yang lain, serta peduli terhadap konteks
lingkungannya. Adapun komponen-komponen dalam pendidikan yakni:
a) Pesan,
merupakan materi dari pelajaran.
b) Orang,
yang menyampaikan pesan atau penerima pesan.
c) Bahan,
untuk menyimpan pesan.
d) Alat,
untuk menyampaikan pesan dari bahan.
e) Teknik,
cara atau metode dalam penyampaian pesan.
f) Lingkungan.
Jadi
sistem adalah suatu kesatuan komponen yang saling terkait untuk mencapai suatu
tujuan. Sementara itu sistem pendidikan adalah suatu kesatuan komponen yang
terdiri dari pesan, orang, bahan, alat, teknik, serta lingkungan yang saling
terkait dalam rangka mencpai suatu tujuan pendidikan. Semua yang ada di dunia
bisa dipandang sebagai suatu sistem, mulai dari yang besar seperti tata surya,
bumi, Negara, orang, peredaran darah, sampai satu biji gigi dapat dipandang
atau dipikir sebagai suatu sistem.
Begitu
pula pendidikan dapat dilaksanakan sebagai sistem, kalau suatu sekolah
dipandang sebagai sistem, maka sistem-sistem lain yang ada di sekitarnya
seperti perumahan, pasar, pertokoan, ladang, sungai, jalan, dan sebagainya
disebut suprasistem. Antara sistem dengan suprasistemnya ada kalanya
berhubungan dan ada kalanya tidak.
Bila
sistem itu berhubungan dengan suprasistemnya, maka disebut sistem terbuka.
Sebaliknya bila tidak, maka disebut sistem tertutup. Dalam hal ini pendidikan
tergolong sistem terbuka. Untuk itu, pendidikan disebut sebagai sistem berada
bersama, terikat, dan tertenun didalam suprasistemnya yang terdiri dari tujuh
sistem tersebut di atas. Ini berarti untuk membangun suatu lembaga lembaga
pendidikan lama, tidak dapat memisahkan diri dari suprasistem tersebut.
Ciri-ciri
sistem terbuka adalah sebagai berikut: Made Pidarta (Tanner: 1981)
§ Mengimpor
energi, materi, dan informasi dari luar.
§ Memiliki
pemroses.
§ Menghasilkan
output atau mengekspor materi, energi, dan informasi.
§ Merupakan
kejadian yang berantai.
§ Memiliki negativeentropy,
yaitu suatu usaha untuk menahan kepunahan dengan cara membuat impor lebih besar
daripada ekspor.
§ Mempunyai
alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri.
§ Ada
kestabilan yang dinamis.
§ Memiliki
deferensiasi, yaitu spesialisasi-spesialisasi.
§ Ada
prinsip equifinalty, yaitu banyak jalan untuk mencapai tujuan
yang sama.
Berikut disajikan Analisis Sistem
Pendidikan Nasional Indonesia yang dikutip dari Pengantar Pendidikan oleh
Kuntjojo (2008) sbb:
Gambar. 2
|
Ø Pendidikan dan Politik
·
Pendidikan
dalam masyarakat feodal
·
Pendidikan
dalam masyarakat terjajah
·
Pendidikan
sebagai sarana pembangunan
·
Pendidikan
dalam dalam era global
·
Pendidikan
sebagai pemberdayaan potensi kemanusiaan
·
Pendidikan
sebagai sarana transformasi budaya
Ø Pendekatan pendidikan
·
Pendidikan
Segregatif vs Pendidikan Integratif
·
Pendidikan
Ekslusif vs Pendidikan Inklusif
·
Pendidikan
Multikultural
·
Asimilasi
(Melting Pot)
·
Pendidikan
Integratif dan Pembelajaran Integratif
Ø Mutu Pendidikan
o
Mutu
Inputs
·
Peserta
didik (siswa, mahasiswa, petatar)
·
Guru,
dosen, widyaiswara, penatar
·
Prasarana
dan sarana
·
Kurikulum
(perangkat pengajaran)
·
Tenaga
penunjang (pustakawan, labora, ahli media)
o
Mutu
Proses
·
Suasana
belajar
·
Strategi
pembelajaran
·
Pemantauan
dan evaluasi
o
Mutu
Outputs > lulusan (pengetahuan, sikap dan keterampilan)
Harapan Masyarakat Sebagai
Tantangan Pendidikan
1. Sekolah dan kebudayaan
§ Ada kebudayaan yang statis dan ada
yang dinamis
§ Ada sejumlah pengetahuan yang
secara umum stabil dan ada pula yang terus berubah
§ Perubahan yang terus menerus
terkait dengan tekhnologi, nilai dan tuntutan keterampilan
§ Tugas guru adalah menjaga
nilai-nilai luhur budaya bangsanya tetapi juga terus menerus melakukan
perbaikan sesuai dengan kemajuan nilmu, teknologi, nilai, dan keterampilannya.
2. Fungsi social pendidikan
·
Transmisi
Budaya
·
Transmisi
Keterampilan
·
Transmisi
Nilai dan keyakinan
·
Transmisi
Penyiapan kehidupan dunia kerja
·
Transmisi
Pengasuhan anak/remaja
·
Transmisi
Peningkatan hubungan antar sesame
·
Transmisi
Pemahaman diri
3. Menyampaikan warisan budaya bangsa
§ Pengakuan kebhinekaan antar manusia
yang meengemban misi tunggal untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik
§ Semua orang memiliki hak untuk
memiliki identitas pribadi
§ Semua orang memiliki hak,Tanggung
jawab, dan kesempaatan yang sama
4. Mengembangkan anggota masyarakat
yang aktif
·
Krisis
yang sesungguhnya bukan dibidang membaca, menulis, dan matematika tetapi
sejumlah aspek psikologis dalam sikap, hubungan social, dan kepeercayaan satu
sama lain
·
Sekolah
memiliki tugas bukan hanya untuk menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja
tetapi juga menjadi bagian masyarakat yang produktif
·
Kurikulum
dipandang memiliki pesan dalam menyelesaikan problema didalam sekolah maupun di
masyarakat
·
Keterlibatan
dan partisipasi aktif peserta didik merupakan latihan untuk menjadi warga
Negara yang baik
·
Masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat yang dinamis sehinggga perubahan social harus
dikaitkan dengan perubahan isi kurikulum dan teknik pembelajaran
5. Kesamaan kesempatan
o
Pendidikan
meerupakan kunci untuk memperoleh kesempatan, dan sekolah adalah instrument
masyarakat dan cermin kehidupan masyarakat
o
Sekolah
memilki tanggung jawab untuk menjamin peserta didik memperoleh kesempatan untuk
berkembang
o
Sekolah
telah menjadi institusi public sehingga sekolah menjadi suatu tempat untuk
memperoleh kesempatan kerja
o
Sekolah
memilki tanggung jawab untuk mengembangkan budaya local (daerah) dan budaya
nasional untuk memasuki kehidupan internasional
6. Mengefetifkan perubahan social
o
Dalam
massyarakat modern perubahan mengambil bentuk dan cara yang bermacam-macam
o
Ada
banyak perubahna yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, diantaranya orang tua
yang bekerja sehingga menuntut tersedianya lembaga pendidikan anak usia dini
o
Maksud
pendidikan berfariasi sesuai dengan maksud yang dominan dalam masyarakat
o
Sekolah
harus menjadi wahana bagi peserta didik untuk mengaktualisasikan diri dalam
kehidupan masyarakat
7. Apakah yang dapat diharapkan
masyarakat secara realistic dari sekolahnya?
o
Banyak
kritik terhadap sekolah yang memandang sekolah sebagai agen distruktif di
masyarakat
o
System
sekolah harus berusaha keras menyediakan aktivitas belajar yang mendorong dan
mempertahankan terciptanya masyarakat yang konstruktif
o
Pengembangan
vokasional, minat dan kemampuan dibidang nonvokasional merupakan keseluruhan
yang harus terwadahi dalam kurikulum
o
Tujuan
utama seluruh program sekolah adalah mengajarkan dasar-dasar belajar dan
keterampilan
o
Memahami
dan memiliki komitmen tinggi terhadap nilai-nilai masyarakat demokratis adalah
fungsi utama program sekolah
Mengapa menjadi guru?
1. Menjadi guru adalah menjadi pribadi
yang sangat penting dalam proses pembangunan manusia dan masyarakat
2. Banyak tuntutan masyarakat terhadap
proses pendidikan disekolah dan terhadap diri guru sendiri
Guru yang baik:
§ Menguasai bidang studi dan tahu
sumber-sumber belajar yang sesuai
§ Mampu mengambil keputusan secara
tepat
§ Mampu berpikir kritis dan pemecahan
masalah
§ Mampu melakukan refleksi diri
§ menguasai keterampilan komunikasi
dan metode pengajaran
§ mampu mengaplikasikan penelitian
pendidikan
§ memahami siswa dan cara belajarnya
§ memiliki pengetahuan tentang diri
sendiri dan pengaturan diri
§ hangat, humoris, dan peduli
terhadap orang lain
§ perencana yang baik, kerja keras
dan disiplin diri
§ memiliki jiwa kepemimpinan,
enthusiasm, mampu menularkan kecintaan belajar, dan pembicara yang baik.
Pendidikan Formal dan Informal
1. Pendidikan formal lebih
berorientasi pada penguasaan ilmu dan teknologi
2. Pendidikan informal lebih
berorientasi pada penanaman nilai-nilai luhur budaya bangsa
3. Proses pendidikan disekolah adalah
untuk menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa sekaligus penguasaan ilmu dan
teknologi
4. Sosialisasi adalah suatu proses
untuk memperoleh kebiasaan, pengetahuan, sifat pribadi, cita-cita, dan
aspek-aspek budaya lainnya
II.
LANDASAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
1.
Landasan Filosofis Dalam Pemecahan
Masalah Kependidikan: Idealisme, Realisme, Neo-Thomisme, Eksperimentalisme/Pregmatisme,
Eksistensialisme, Humanisme
a) Idealisme
Menurut
Bahtiar, A (2010), ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataannya adalah mustahil.
Pengetahuan adalah proses mental atau proses psikologis yang bersifat
subjektif.
Idealisme
(Plato) menekankan realitas moral dan spiritual sebagai sumber utama penjelasan
tentang kesemestaan. Kebenaran dan nilai-nilai dipandang sebagi mutlak dan
universal. Pengetahuan ada dalam pikiran dan hanya memerlukan pemunculan ke
taraf kesadaran melalui introspeksi. Mengetahui adalah memikirkan kembali
ide-ide laten yang telah ada dalam pikiran.
b) Realisme
Realisme
(Aristoteles) memandang dunia dalam batasan materi. Dunia materi hadir secara
mandiri dari pikiran; dapat dihasilkan melalui pengalam sensoris dan penggunaan
penalaran. Realisme memandang materi sebagai dunia nyata. Realisme memandang
segala sesuatu sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang seharusnya.
Realisme menurut Bahtiar, A (2010) adalah gambaran atau kopi yang
sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat).
c) Neo-Thomisme
Neo-Thomisme
(Saint Thomas Aquinas) Menyatakan manusia terdiri atas jiwa (mind) dan raga
(body). Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah puncak
penciptaanNya. Manusia memerlukan jiwa dan raga untuk memahami tuhan dan Alam
semesta.
d) Eksistensialisme
Eksistensialisme
(Soren Kierkegaard) memandang problema utama manusia adalah kemampuannya untuk menentukan eksistensinya. Kebebasan
individual dipandang sebagai yang paling penting. Individu harus menentukan
diri untuk jadi apa. Seseorang harus memilih apa yang paling esensial dan
bermakna untuk kehidupannya dan menerima konsekuensi atas pilihannya.
e) Eksperimentalisme/Pregmatisme
Eksperimentalisme/Pregmatisme
menyatakan hanya idea ( pemikiran, pendapat, teori) yang dapat dipraktekkan
yang benar dan berguna (Tafsir A, 2003)
Eksperimentalisme/Pregmatisme
(Sir Francis Bacon; Immanuel Kant) memandang realitas sebagai suatu yang
berubah secara terus menerus. Realitas hanya dapat diketahui melalui
eksperimen. Tidak ada pengetahuan yang mutlak atau tetap. Pengetahuan yang
benar hanya yang dapat diamati.
f) Humanisme
Humanisme
adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan
alam (Tafsir A, 2009)
Tempat Penyelenggaraaan pendidikan:
o
Di
rumah (keluarga)
o
Disekolah
o
dimasyarakat
Macam-Macam Filsafat Pendidikan
Sekolah
·
Filsafat
pendidika sekolah tradisional
§ Perenialisme (Robert N. Hutchins)
Manusia adalah makhluk rasional dan spiritual. Pendidikan
mengaplikasikan pengajaran. Pengajaran mengimplikasikan pengetahuan.
Pengetahuan itu adalah kebenaran. Kebenaran dimanapun sama. Karena itu,
pendidikan dimanappun harus sama. Sekolah harus menyiapkan peserta didik untuk
kehidupan.
§ Esensialisme (William C. Bagley)
Fungsi sekolah adalah: untuk mentransmisikan budaya yang
serupa pengetahuan, keterampilan, sikaap dan nilai kepada generasi baru. Siswa
harus menguasai fakta dan konsep-konsep esensial dari suatu disiplin. Guru
harus menguasai disiplin ilmunya dan menjadi model imitasi (teladan) bagi
sisswanya.
·
Filsafat
pendidikan sekolah kontemporer
o
Progresivisme
(Chareles s. Peirce, William James, Jhon Dewey)
-
Sekolah
harus dipandang sebagai masyarakat demokratis dalam bentuk miniature.
Progresivisme Lebih mengutamakan”bagaimana berpikir” dari pada “apa yang
dipikirkan”
-
Prinsip-prinsip
Progresivisme :
1. Pendidikan adalah hidup itu
sendiri, bukan persiapan kehidupan
2. Belajar harus terkai langsung
dengan minat siswa
3. Belajar melalui “problem solving”
4. Peran guru bukan mengarahkan tapi
memberikan advise.
5. Suasana belajar harus demokratis
o
Rekonstrusionisme
(George S. Counts)
Pendidikan bukan sekadar upaya
mengatasi problema social dan menciptakan lingkungan baru. Kegunaan pendidikan adalah
untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap problema-problema social, ekonomi,
dan politik masyarakat global.
o
Eksistensialisme
(AS Neil)
Manusia
adalah makhluk individual yang unik, yang memiliki kebutuhan khusus
berbeda-beda. Kegunaan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi individu
siswa secara penuh. Peran sekolah sebagai forum yang memungkinkan terjadinya
dialog antara guru dengan ssiswa dan antar siswa
Mengapa perlu pendidikan?
1) Manusia diakruniai potensi
2) Tanpa pendidikan potensi manusia tidak
berkembang optimal dan terintegrasi
3) Pendidikan adalah aset pribadi,
keluarga dan masyarakat
4) Kualitas suatu bangsa terletak pada
kualitas pendidikan individu-individu yang menjadi pendukungnya
Mengapa guru harus memahami
landasan pendidikan
1) Tindakan guru terkait erat dengan
filosofi yang dianutnya
2) Interpretasi nilai-nilai agama yang
dianutnya
3) Pengetahuan ilmiah yang dimilikinya
4) Landaasaan yuridis formal yang
harus dipatuhinya
2.
Landasan Religi Dalam Pemecahan
Masalah Kependidikan: Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Konghucu
Landasan
Agama dalam pendidikan tersebut memberikan keterangan bahwa agama berasal dari
wahyu berarti berasal dari tuhan (dalam hal ini agama bersifat residental).
Dengan landasan ini diharapkan pendidikan sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku pada agama. Landasan agama dalam pendidikan juga dapat
didefinisikan sebagai asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang
menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Manusia sebagai subjek maupun objek dari pendidikan harus selalu
mempertimbangan landasan fundamental ini dalam melakukan proses pendidikan.
Manusia
adalah makhluk Tuhan YME. Hal ini jelas bagi kita atas dasar keimanan; dalam
konteks filsafat, hal ini didasarkan pada argumen kosmologis; sedangkan secara
faktual terbukti dengan adanya fenomena kemakhlukan yang dialami manusia. Manusia
adalah kesatuan badani-rohani. Sebagai kesatuan badani-rohani, manusia hidup
dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai
kebutuhan, insting, nafsu, serta tujuan hidup. Manusia memiliki potensi untuk
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan
berkarya. Dalam eksistensinya manusia memiliki dimensi individualitas, sosialitas,
kultural, moralitas, dan religius. Adapun semua itu menunjukkan adanya dimensi
interaksi atau komunikasi, historisitas, dan dimensi dinamika.
Idealnya
manusia mampu memenuhi berbagai kebutuhannya secara wajar, hidup sehat, mampu
mengendalikan insting dan hawa nafsunya, serta mampu mewujudkan berbagai
potensinya secara optimal; bebas, bertanggung jawab serta mampu mewujudkan
peranan individualnya, mampu melaksanakan peranan-peranan sosialnya, berbudaya,
bermoral serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Sehingga dengan demikian
ia mampu berinteraksi atau berkomunikasi secara mono-multi dimensi, serta terus
menerus secara sungguh-sungguh menyempurnakan diri sebagai manusia untuk
mencapai tujuan hidupnya (dunia-akhirat).
Aliran
filsafat yang bercorak keagamaan ikut pula mempengaruhi pemikiran tentang
pendidikan, baik pada permulaan filsafat yunani komo maupun/terutama pada era
pengaruh filsafat yang dipengaruhi agama Hindu, Islam, Katolik, Protestan dan
sebagainya. Meskipun seringkali terjadi pertentangan antara agama dan filsafat,
namun terdapat beberapa tokoh besar yang mengemukakan pandangan filosofis yang
berpijak pada filsafat agama, seperti Ibnu Sina (980-1037), Al-Ghazali
(1058-1111) dan Ibnu Rusy (1126-1198) dari agama Islam, St. Thomas Aquinas (1225
– 1274) dari agama Khatolik yang dapat dianggap puncak skolastik Kristen dengan
filsafat neothomisme, Laotse dari Tacis di China, Rabindranat Tagore di India,
dan sebagainya. Pokok pendapat aliran ini yakni Tuhan adalah pencipta alam
semesta termasuk manusia sebagai ciptaan tertinggi. Hakikat manusia ialah
kesatuan tubuh dan jiwa, manusia dapat mencapai pengetahuan mutlak asalkan
dengan menggunakan akal dan iman, dan sebagainya (Redja Mulyahardjo, 1992).
Pendapat-pendapat tersebut mempengaruhi pendidikan, khususnya tentang hakikat
manusia diupayakan perwujudannya melalui pendidikan.
Pandangan
Masing-Masing Agama Terhadap Pendidikan
§ Pendidikan
Dalam Agama Islam
Pokok-Pokok
Ajaran Islam
Islam
Sebagai Agama Tauhid
Suatu
keyakinan bahwa Tuhan itu Esa segalanya. Allah Swt. tempat meminta makhluknya.
Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada yang mampu menyamainya.
Allah Esa dalam zatnya, artinya zat Allah itu satu, tidak terbilang dan
tersusun oleh unsur-unsur yang berbeda.
Manusia
adalah sama di sisi Allah. Semua manusia adalah sama di sisi Allah, yang
membedakannya hanyalah ketaqwaannya. Seseorang dikatakan iman dan taqwa apabila
ia mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri. Iman, Islam, Ihsan (3
pokok ajaran Islam)
Dasar
dan Tujuan Pendidikan
Dasar
pendidikan Ajaran Islam
·
Tauhid
·
Iman, Islam, Ihsan
·
Keyakinan (termasuk rukun iman)
·
Melaksanakan syariat Islam
·
Amal sholeh
Tujuan
pendidikan dalam Islam untuk meningkatkan pengabdian yang dilihat 2 aspek:
1) Hubungan
manusia dengan manusia lainnya.
2) Hubungan manusia dengan Allah.
Yang
keduanya bertujuan akhir untuk kebahagiaan dunia akhirat.
Tujuan
Penciptaan Manusia
1) Sebagai
Hamba/menghamba kepada Allah SWT.
2) Khalifah
Allah di muka bumi.
Sumber-sumber
Pendidikan :
1) Al-Qur’an
2) Al-Hadist
3) Ijtihad
4) Ijma’
Al-Quran
diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua.
Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh
bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah
terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk
pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat
kebenarannya.
§ Pendidikan
dalam Agama Hindu
Tujuan
Agama Hindu
§ “Moksàrtham
Jagadhitàya ca iti Dharma”
Moksartham:
kebahagian setelah meninggal (bersatunya jiwa dengan Tuhan)
Jagadhita:
Kebahagiaan dan Kesejahteraan di dunia
Dharma:
Kebenaran
Di
Indonesia tujuan pendidikan mengantarkan anak menuju tingkat kedewasaan. Kata
dewasa berasal dari kata “devasya” (bahasa sansekerta) artinya anak diberikan
pendidikan agar memiliki sifat-sifat dewa (sifat yang penuh kemuliaan).
Diharapkan seorang anak selalu merenungi diri akan esensi kehidupannya.
§ Tri
Kaya Parisudha
Tri:
tiga, Kaya: perbuatan, Parisudha: amat disucikan, artinya “tiga perilaku dasar
yang harus disucikan”, Terdiri dari: Manacika (pikiran), Wacika (perkataan),
§ Tri
Hita Karana
Tri:
tiga, Hita: Kebahagiaan, Karana: penyebab
Artinya
“ Tiga penyebab kebahagiaan manusia”, yaitu:
a.
Prahyangan (hubungan harmonis dengan Tuhan)
b.
Palemahan (hubungan harmonis dengan lingkungan alam)
c.
Pawongan (hubungan harmonis dengan sesama manusia)
§ Upacara
Sarira Sayskara
Konsep
Pendidikan melalui ”Upacara Penyucian Diri” yang disebut Upacara Sarira
Sayskara. Upacara penyucian diri ini merupakan sebuah sarana sekaligus wadah
untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai kehidupan karena di dalamnya ada
sebuah penyampaian pesan-pesan mulia dari keluarga maupun masyarakat kepada
yang diberikan ataupun yang melakukan upacara tersebut.
§ Pendidikan
Dalam Agama Budha
Budha
Dhamma
Ajaran
Sang Budha dalam Buddha Dhamma ini terangkum dalam Empat Kesunyataan Mulia. Ini
menjadi dasar yang sangat perlu dikuasai umat budha, yaitu :
§ Hidup
penuh dengan ketidakpuasan.
Ketidakpuasan
bersumber dari keinginan dan harapan kita sendiri.
§ Memiliki
keseimbangan bathin untuk menemukan kebebasan menyatu dengan Sang Guru Agung
(Nirwana).
Jalan
mulia berunsur delapan (pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar,
perbuatan benar, cara hidup benar, daya upaya benar, konsentrasi benar, dan
samadhi benar).
§ Sila
(Kemoralan)
Dasar
kemoralan Buddhis adalah Pancasila, yaitu:
o
Tidak melakukan pembunuhan
o
Tidak melakukan pencurian
o
Tidak melakukan pelanggaran kesusilaan
o
Tidak berbohong
o
Tidak mabuk-mabukkan
§ Samadhi
(Meditasi)
Mengatur
keadaan pikiran dan dikendalikan sehingga keseimbangan terjadi antara pikiran,
perkataan dan perbuatan.
Latihan
menyeimbangkan pikiran dengan memposisikan bidang pikiran pada kondisi positif,
merelaksasi tubuh, menghindari gangguan psikologis, merealisasikan harap
§ Pendidikan
dalam Agama Kristen
Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan
yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus atau
Isa Almasih. Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan
dan Mesias,
juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka
beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab.
Agama Kristen bermula dari pengajaran Yesus Kristus sebagai tokoh utama agama
ini. Agama Kristen termasuk banyak tradisi agama yang bervariasi berdasarkan
budaya, dan juga kepercayaan dan aliran yang jumlahnya ribuan.
Pemeluk agama Kristen mengimani
bahwa Yesus Kristus atau Isa Almasih
adalah Tuhan dan Juru Selamat, dan memegang ajaran yang disampaikan Yesus Kristus.
Di dalam kitab Amsal dijelaskan “Takut akan Tuhan adalah permulaan
pengetahuan….”(Ams. 1:7). Pengetahuan di sini bukan sekedar berarti ilmu,
melainkan mengetahui yang baik. Takut akan Tuhan yang dimaksud adalah bukanlah
takut dalam arti ngeri atau gentar, melainkan dalam arti
hormat atau taat. Menghormati Tuhan berarti mengindahkan dan menghargai
petunjuk Tuhan.
3.
Landasan
Pengetahuan Ilmiah Dalam Pemecahan Masalah Kependidikan: Psikologi, Sosiologi,
Antropologi, Neuroscience, Dsb
Landasan Pengetahuan Ilmiah Terhadap Pendidikan
1).
Pengetahuan Dan Ilmu Pengetahuan (Sains)
Pengetahuan
Definisi
pengetahuan itu sendiri adalah sebagai berikut, segala sesuatu yang datang
sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk mengetahui, yaitu terungkapnya
suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.
sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam dari pengetahuan.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang.
Dalam
pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika
seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Dari
uraian di atas Pengetahuan dapat diartikan hanyalah sekadar “tahu”, yaitu hasil
tahu dari usaha manusia untuk menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa batu,
apa gunung, apa air, dan sebagainya. Pengetahuan dapat dikembangkan lebih
lanjut menjadi ilmu apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu obyek kajian, metoda
pendekatan, dan bersifat universal.
Pada
umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:
1.
Pengetahuan langsung (immediate);
Pengetahuan
immediate adalah pengetahuan langsung yang hadir dalam jiwa tanpa melalui
proses penafsiran dan pikiran.
2.
Pengetahuan tak langsung (mediated);
Pengetahuan
mediated adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta
pengalaman-pengalaman yang lalu.
3.
Pengetahuan indrawi (perceptual);
Pengetahuan
indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui indra-indra lahiriah. Sebagai
contoh, kita menyaksikan satu pohon, batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang
masuk ke alam pikiran melalui indra penglihatan akan membentuk pengetahuan
kita. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa faktor yang berpengaruh,
seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek eksternal, sehatnya
anggota-angota indra badan (seperti mata, telinga, dan lain-lain), dan pikiran
yang mengubah benda-benda partikular menjadi konsepsi universal, serta
faktor-faktor sosial (seperti adad istiadad). Dengan faktor-faktor tersebut
tidak bisa dikatakan bahwa pengetahuan indrawi hanya akan dihasilkan melalui
indra-indra lahiriah.
4.
Pengetahuan konseptual (conceptual);
Pengetahuan
konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara
langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan
perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar
dan konsepsi saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara
keduanya merupakan aktivitas pikiran.
5.
Pengetahuan partikular (particular);
Pengetahuan
partikular berkaitan dengan satu individu, objek-objek tertentu, atau
realitas-realitas khusus. Misalnya ketika kita membicarakan satu kitab atau
individu tertentu, maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan partikular itu
sendiri.
6.
Pengetahuan universal (universal).
Pengetahuan
universal mencakup individu-individu yang berbeda. Sebagai contoh, ketika kita
membincangkan tentang manusia dimana meliputi seluruh individu (seperti
Muhammad, Ali, hasan, husain, dan …), ilmuwan yang mencakup segala individunya
(seperti ilmuwan fisika, kimia, atom, dan lain sebagainya), atau hewan yang
meliputi semua indvidunya (seperti gajah, semut, kerbau, kambing, kelinci,
burung, dan yang lainnya).
Pengetahuan
memiliki sumber (source) diantaranya adalah:
1.
Intuisi
Ketika
kita berbicara mengenai intuisi yaitu sebuah maenstream yang terbangun dibenak
kita adalah sebuah eksperimen, coba-coba, yang berawal dari sebuah pertanyaan
dan keraguan maka lahirlah insting. Menurut Kamus Politik karangan B.N. Marbun
mengatakan intuisi: daya atau kemampauan untuk mengetahui atau memahami sesuatu
tanpa ada dipelajari terlebih dahulu.
2.
Rasional
Pengetahuan
rasional atau pengetahuan yang bersumber dari akal adalah suatu pengetahuan
yang dihasilkan dari proses belajar dan mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian
buku, pengajaran seorang guru, dan sekolah. Hal ini berbeda dengan pengetahuan
intuitif atau pengetahuan yang berasal dari hati. Pengetahuan ini tidak akan
didapatkan dari suatu proses pengajaran dan pembelajaran resmi, akan tetapi,
jenis pengetahuan ini akan terwujud dalam bentuk-bentuk “kehadiran” dan
“penyingkapan” langsung terhadap hakikat-hakikat yang dicapai melalui penapakan
mistikal, penitian jalan-jalan keagamaan, dan penelusuran tahapan-tahapan
spiritual. Pengetahuan rasional merupakan sejenis pengetahuan konsepsional atau
hushuli, sementara pengetahuan intuisi atau hati adalah semacam pengetahuan
dengan “kehadiran” langsung objek-objeknya atau hudhuri.
3.
Indra.
Tak
diragukan bahwa indra-indra lahiriah manusia merupakan alat dan sumber
pengetahuan, dan manusia mengenal objek-objek fisik dengan perantaraanya.
Setiap orang yang kehilangan salah satu dari indranya akan sirna kemampuannya
dalam mengetahui suatu realitas secara partikular. Misalnya seorang yang
kehilangan indra penglihatannya maka dia tidak akan dapat menggambarkan warna
dan bentuk sesuatu yang fisikal, dan lebih jauh lagi orang itu tidak akan
mempunyai suatu konsepsi universal tentang warna dan bentuk.
Begitu
pula orang yang tidak memiliki kekuatan mendengar maka dapat dipastikan bahwa
dia tidak mampu mengkonstruksi suatu pemahaman tentang suara dan bunyi dalam
pikirannya. Atas dasar inilah, Ibn Sina dengan mengutip ungkapan filosof
terkenal Aristoteles menyatakan bahwa barang siapa yang kehilangan
indra-indranya maka dia tidak mempunyai makrifat dan pengetahuan.
Dengan
demikian bahwa indra merupakan sumber dan alat makrifat dan pengetahuan ialah
hal yang sama sekali tidak disangsikan. Hal ini bertolak belakang dengan
perspektif Plato yang berkeyakinan bahwa
sumber pengetahuan hanyalah akal dan rasionalitas, indra-indra lahiriah dan
objek-objek fisik sama sekali tidak bernilai dalam konteks pengetahuan. Dia
menyatakan bahwa hal-hal fisikal hanya bernuansa lahiriah dan tidak menyentuh
hakikat sesuatu. Benda-benda materi adalah realitas-realitas yang pasti sirna,
punah, tidak hakiki, dan tidak abadi. Oleh karena itu, yang hakiki dan
prinsipil hanyalah perkara-perkara kognitif dan yang menjadi sumber ilmu dan
pengetahuan adalah daya akal dan argumen-argumen rasional.
Akan
tetapi, filosof-filosof Islam beranggapan bahwa indra-indra lahiriah tetap
bernilai sebagai sumber dan alat pengetahuan. Mereka memandang bahwa peran
indra-indra itu hanyalah berkisar seputar konsep-konsep yang berhubungan dengan
objek-objek fisik seperti manusia, pohon, warna, bentuk, dan kuantitas.
Indra-indra tak berkaitan dengan semua konsep-konsep yang mungkin dimiliki dan
diketahui oleh manusia, bahkan terdapat realitas-realitas yang sama sekali
tidak terdeteksi dan terjangkau oleh indra-indra lahiriah dan hanya dapat
dicapai oleh daya-daya pencerapan lain yang ada pada diri manusia.
Konsep-konsep
atas realitas-realitas fisikal dan material yang tercerap lewat indra-indra,
yang walaupun secara tidak langsung, berada di alam pikiran, namun juga tidak
terwujud dalam akal dan pikiran kita secara mandiri dan fitrawi. Melainkan
setelah mendapatkan beberapa konsepsi-konsepsi indrawi maka secara bertahap
akan memperoleh pemahaman-pemahaman yang lain. Awal mulanya pikiran manusia
sama sekali tidak mempunyai konsep-konsep sesuatu, dia seperti kerta putih yang
hanya memiliki potensi-potensi untuk menerima coretan, goresan, dan gambar. Dan
aktivitas persepsi pikiran dimulai dari indra-indra lahiriah.
Mengapa
jiwa yang tunggal itu sedemikian rupa mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam
menyerap semua pengetahuan? Filosof Ilahi, Mulla Sadra, mengungkapkan bahwa
keragaman pengetahuan dan makrifat yang dimiliki oleh manusia dikarenakan
kejamakan indra-indra lahiriahnya. Mulla Sadra juga menambahkan bahwa aktivitas
persepsi-persepsi manusia dimulai dari jalur indra-indra itu dan setiap
pengetahuan dapat bersumber secara langsung dari indra-indra lahiriah atau
setelah berkumpulnya konsepsi-konsepsi indrawi barulah pikiran itu dikondisikan
untuk menggapai pengetahuan-pengetahuan lain. Jiwa itu secara esensial tak
mampu menggambarkan objek-objek fisikal tanpa indra-indra tersebut.
4.
Wahyu
Sebagai
manusia yang beragama pasti meyakini bahwa wahyu merupakan sumber ilmu, karena
diyakini bahwa wahyu itu bukanlah buatan manusia tetapi buatan Tuhan Yang Maha
Esa.
Pengetahuan
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
§ Pendidikan
Pendidikan
adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan
juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka
jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
§ Media
Media
yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi
contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
§ Keterpaparan
informasi
Pengertian
informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of which one
is apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa informasi
adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi
sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti
yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang
mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan
tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode,
program komputer, databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan
pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible),
sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh
dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui
komunikasi.
4.
Landasan Yuridis Dalam Pemecahan
Masalah Kependidikan: Nasional dan Internasional
§ Kesepakatan Internasional
§ UUD
§ UU
§ PP
§ Kepmen
§ Perda
§ Kebijakan Dirjen
§ Peraturan Sekolah
5.
Implementasi Filosofi Bhineka Tunggal Ika Dan
Pancasila Dalam Pendidikan
Filosofi Bhineka Tunggal Ika merupakan pengakuan
kebhinnekaan antar manusia yang mengemban misi tunggal sebagai khalifah Tuhan
di muka bumi (Al Quran: Surat Az Zukhruf ayat 32; Al Baqarah ayat 30-34)
Interaksi pendidikan
o
Koperatif
(Al Quran: Surat Al Maidah ayat 2)
o
Komperatif
(Al Quran: Surat Al Maidah ayat 48)
o
Belajar
mandiri/ individualistik
6.
Pendidikan Multicultural
Tilaar, (2009) mengemukakan Konsep
dasar pengembangan pendidikan multicultural sbb:
REFORMASI
KURIKULUM
|
MENGAJARKAN
KEADILAN SOSIAL
|
PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
|
KOMPETENSI
MULTIKULTURAL
|
PEDAGOGIK
“KESETARAAN”
|
Zakiyyudin
Baidhawy (2005:78) dalam http://id.shvoong.com/social-sciences/1918568-pendidikan
multikultural/
menyatakan karekteristik dari pendidikan multicultural ada tujuh komponen,
yaitu:
a) Belajar Hidup Dalam Perbedaan
Selama ini
pendidikan lebih diorientasikan pada tiga pilar pendidikan, yaitu menambah
pengetahuan, pembekalan keterampilan hidup (life skill), dan menekankan cara
menjadi “orang” sesuai dengan kerangka berfikir peserta didik. Kemudian dalam
realitas kehidupan yang plural, ketiga pilar tersebut kurang mumpuni dalam
menjawab relevansi masyarakat yang semakin majemuk. Maka dari itu diperlukan
satu pilar strategis yaitu belajar saling menghargai akan perbedaan, sehingga
akan terbangun relasi antara personal dan intra personal.
b) Membangun Tiga Aspek Mutual (saling
percaya, saling pengertian, dan saling menghargai).
Membangun
saling percaya (mutual trust), memahami saling pengertian (mutual
understanding), dan menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect). Tiga
hal ini sebagai konsekuensi logis akan kemajemukan dan kehegemonikan, maka
diperlukan pendidikan yang berorientasi kepada kebersamaan dan penanaman sikap
toleran, demokratis, serta kesetaraan hak.
c) Terbuka Dalam Berfikir
Pendidikan
seyogyanya memberi pengetahuan baru tentang bagaimana berfikir dan bertindak,
bahkan mengadopsi dan beradaptasi terhadap kultur baru yang berbeda, kemudian
direspons dengan fikiran terbuka dan tidak terkesan eksklusif. Peserta didik
didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir sehingga tidak ada kejumudan
dan keterkekangan dalam berfikir.
d) Apresiasi
Karakteristik
ini mengedepankan tatanan social yang care (peduli), dimana semua anggota
masyarakat dapat saling menunjukan apresiasi dan memelihara relasi,
keterikatan, kohesi, dan keterkaitan sosial yang rekat, karena bagaimanapun
juga manusia tidak bisa survive tanpa ikatan sosial yang dinamis.
e) Interdependensi
Pentingnya
prinsip tolong menolong dalam kebajikan, memelihara solidaritas dan ikatan
sosial (takwa), dengan menghindari tolong menolong dalam kejahatan.
f) Resolusi Konflik
Konflik dalam berbagai hal harus dihindari,
dan pendidikan harus mengfungsikan diri sebagai satu cara dalam resolusi
konflik. Adapun resolusi konflik belum cukup tanpa rekonsiliasi, yakni upaya perdamaian
melalui sarana pengampunan atau memaafkan (forgiveness). Pemberian ampun atau
maaf dalam rekonsiliasi adalah tindakan tepat dalam situasi konflik komunal.
g) Rekonsiliasi Nirkekerasan.
Dalam
ajaran Islam, seluruh umat manusia harus mengedepankan perdamaian, cinta damai
dan rasa aman bagi seluruh makhluk serta juga menganjurkan untuk memberi maaf,
membimbing kearah kesepakatan damai dengan cara musyawarah.
Berangkat
dari pemahaman karakteristik diatas, masih menurut Zakiyyudin Baidhawy
(2005:85), pendidikan multikultural adalah gerakan pembaharuan dan inovasi
pendidikan dalam rangka menanamkan kesadaran pentingnya hidup bersama dalam
keragaman dan perbedaan, dengan spirit kesetaraan dan kesederajatan, saling
percaya, saling memahami dan menghargai persamaan, perbedaan dan keunikan
agama-agama, sehingga terjalin suatu relasi dan interdependensi dalam situasi
saling mendengar dan menerima perbedaan pendapat dalam pikiran terbuka, untuk
menemukan jalan terbaik mengatasi konflik dan menciptakan perdamaian melalui
kasih sayang antar sesama.
Maka
dari itu implementasi pendidikan multikultural tidak akan lepas dari
konsep-konsep pembaharuan pendidikan, karena pembaharuan pendidikan mempunyai
konsep konstruktif yang membentuk terwujudnya pendidikan multikultural. Menurut
Hujair A.H. Sanaky (2003:157), dalam melakukan pembaharuan, pendidikan
diharapkan mengorientasikan tujuannya lebih bersifat problematis, strategis,
aspiratif, menyentuh aspek aplikasi, serta dapat merespon kebutuhan masyarakat.
Kemudian dari kerangka ini, tujuan yang dirumuskan meliputi aspek ilahiyyah
(teoritis), fisik dan intelektual, kebebasan (liberal), akhlak,
profesionalisme, berkualitas, dinamis, dan kreatif sebagai insan kamil dalam
kehidupannya.
Perspektif Historis Pendidikan Di
Dunia Masa Lampau
A. Tradisi Yunani Romawi
B. Pendidikan Pada Abad Pertengahan
C. Masa Renaissance dan Reformasi
Ø Perbedaan
Antar Individu dan Intra Individu
Ø Factor-faktor
yang berpengaruh terhadap perbedaan individu
Ø Perbedaan
taraf kecerdasan
Ø Perbedaan
Gaya belajar
Ø Teori
multiple intelelligences
Ø Mengakomodasikan
perbedaan individual
Ø Membangun
kehidupan sekolah yang hormanis
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar,
A (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Tafsir,
A (2009). Filsafat Ilmu Mengurai
Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi
Pengetahuan,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Tafsir,
A (2003). Filsafat Umum Akal dan Hati
Sejak Thales Sampai Capra
Tilaar
(2009). Kekuasaan dan Pendidikan.
Manajemen Pendidikan Nasional
Dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar