Kamis, 24 Mei 2012

Dra. ASMIDA, M.Pd. TUGAS INDIVIDU Resume:ORIENTASI BARU DALAM PEDAGOGIK


RESUME
ORIENTASI BARU DALAM PEDAGOGIK


TUGAS INDIVIDU


MATA KULIAH: ORIENTASI BARU DALAM PEDAGOGIK
Dosen: Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman





Oleh:

ASMIDA
Nomor registrasi 761710479




PROGRAM STUDI DOKTOR (S3)
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011

RESUME
 ORIENTASI BARU DALAM PEDAGOGIK

I.            HAKIKAT PENDIDIKAN (PEDAGOGI) DAN ILMU PENDIDIKAN (PEDAGOGIK)

1.      Hakikat Pendidikan (Pedagogi) Dan Ilmu Pendidikan (Pedagogik)
a)      Hakikat Pendidikan (Pedagogi)
·         Pendidikan menurut Mulyono Abdurrahman adalah upaya untuk memberdayakan potensi kemanusiaan yang mencakup kognitif, fisik, emosi, dan intuisi agar tumbuh dan berkembang optimal dan terintegrasi untuk kemaslahatan hidup bersama dalam meningkatkan kualitas ibadah manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
·        Pendidikan (education)
Berdasarkan undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas), pasal 1 ayat 1 menyatakan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pengertian pendidikan secara Filosofi adalah usaha untuk memberdayakan semua potensi kemanusiaan secara optimal dan terintegrasi agar bermanfaat bagi kemaslahatan hidup bersama untuk meningkatkan kualitas pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan peserta didik berdasarkan undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas), pasal 1 ayat 4 menyatakan Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
·         Pendidikan adalah usaha untuk memberdayakan potensi kemanusiaan peserta didik yang meliputi ranah kognitif, fisik, afektif, dan intuitif secara optimum dan terintegrasi agar bermanfaat bagi kemaslahatan hidup bersama.
·         Pendidikan adalah usaha untuk memberdayakan potensi kemanusiaan peserta didik yang meliputi ranah kognitif, fisik, afektif, dan intuitif secara optimum dan terintegrasi untuk meningkatkan kualitas ibadah manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.

·         Objek kajian ilmu pendidikan ada 2:
§  Objek forma pendidikan adalah manusia
§  Objek material ilmu pendidikan adalah situasi (proses) pendidikan

·        Pembelajaran (Instruction)
Pembelajaran adalah usaha membantu siswa atau anak didik mencapai perubahan struktur kognitif melalui pemahaman. Sedangkan menurut psikologi humanistic, pembelajaran adalah usaha guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan untuk belajar (enjoy learning), yang membuat siswa dipanggil untuk belajar
Berdasarkan undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas), pasal 1 ayat 20 yaitu Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, sedangkan pendidik berdasarkan undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas), pasal 1 ayat 6 menyatakan Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
·         Tenaga kependidikan
§  Guru, dosen, tutor, pelatih, widyaiswara
§  Birokrat pendidikan
§  Pengawas pendidikan
§  Pengurus yayasan pendidikan
§  Komite sekolah
§  Pegawai administrasi sekolah

·        Pengajaran (teaching)
Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagai interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
·        Pelatihan (training)
Pelatihan merupakan suatu pengajaran yang menuntut agar peserta pelatihan melakukan seperti apa yang telah diajarkan.

·        Lingkungan (Enviranment kething)
Ransangan dari lingkungan dapat memberi pengaruh yang positif maupun negative bagi orang disekitarnya.

Kelima komponen tersebut dapat kita gambarkan dalam lingkaran berikut:




2.PEMBELAJARAN (Instruction)
1.PENDIDIKAN (Education)
3.PENGAJARAN (Teaching)

4.PELATIHAN (Training)
5.LINGKUNGAN (Enviranment Kething)
2
3
1
4
5
Gambar 1.
 










2.      Asumsi Tentang Hakikat Manusia Dalam Ilmu Pendidikan
Hakikat manusia adalah sebagai berikut:
a)      Manusia pada hakikatnya adalah spiritual, setiap manusia memiliki tanggung jawab kekhalifahan dimuka bumi ini sebagai wakil Tuhan.
b)      Setiap manusia dalam menjalani kehidupannya dengan keridhaan Allah, dalam artian setiap yang dijalani oleh manusia bernilai ibadah.
c)      Manusia merupakan makhluk sosial yang berbahasa.
d)     Manusia mempunyai tenaga yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi semua kebutuhannya.
e)      Merupakan individu yang rasional dan bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
f)       Setiap manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif serta mampu mengatur dan mengontrol dirinya.
g)      Selalu mengalami proses perkembangan secara terus menerus selama hidupnya.
h)      Merupakan individu yang selalu melibatkan dirinya dalam membantu orang lain dan membuat dunia lebih menyenangkan untuk ditempati.
i)        Merupakan mahkluk Tuhan yang memungkinkan untuk dapat menjadi baik ataupun sebaliknya.
j)        Merupakan individu yang sangat dipengaruhi lingkungan, terutama lingkungan sosial, serta dapat berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

Ø  Hakikat Manusia
§  Manusia adalah makhluk bhineka yang mengemban misi  tunggal sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.
§  Manusia adalah makhluk individual sehingga konsekuensi logisnya harus menjadi makhluk social


Ø  Hakikat Manusia
§  Makhluk biologis
o   Mengikuti hokum-hukum biologi, fisika dan kimia
o   Tidak berbeda dari makhluk lain (tumbuhan dan hewan)
o   Berupaya memenuhi kebutuhan biologis (makan, minum,bernafas, berkembang biak, dsb)
§  Makhluk Berpikir dan bernalar
o   Hewan adalah makhluk berpikir tetapi tidak bernalar
o   Manusia dapat berpikir nalar
o   Dengan nalarnya manusia mengembangkan ilmu dan teknologi
o   Dengan nalarnya manusia dapat membedakan yang baik dan buruk, yang indah dan yang tidak indah
§  Makhluk Berbudaya (beradab)
o   Manusia meninggalkan sisa-sisa peradabannya
o   Sisa peradaban yang megah dapat dibangun melalui cara-cara yang biadab
o   Pertemuan antar budaya dapat menimbulkan evolusi cultural atau pertempuran antar budaya
o   Peradaban hedonistis-konsumtif berbenturan dengan peradaban humanis
§  Makhluk Berpotensi unggul
o   Potensi manusia dapat dikembangkan hingga hamper tak terbatas
o   Otak manusia memiliki 100-200 milyar sel otak, jauh melebihi yang dimiliki hewan
o   Kemampuan mengembangkan ilmu dan teknologi yang hamper tak terbatas
§  Makhluk Bhineka
o   Manusia memiliki kecerdasan:
1.      logika matematik
2.      linguistic
3.      musical
4.      jasmani-kinestetik
5.      spatial
6.      interpersonal
7.      intrapersonal
8.      natural
9.      spiritual

§  Makhluk Ruhani
o   Ditiupkan roh Tuhan pada usia 4 bulan 10 hari
o   Makhluk jasmani dan ruhani
o   Jasmani sebagai kenderaan ruh untuk melaksanakan tugas kekhalifahan dimuka bumi
o   Jasmani akan kembali ketanah, ruh akan kembali ke Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Ayat-ayat Alquran yang berkenaan ddengan asal usul manusia:
·         Al Baqarah ayat 28 (2:28) Mengapa kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu sebelumnya benda mati, lalu Dia menghidupkanmu, kemudian dimatikanNya pula, lalu dihidupkaNya kembali, dan selanjutnya  kamu dikembalikan kepadaNya.
·         Ali Imran ayat 59 (3:59) Sesungguhnya perbandingan penciptaan Isa menurut pandangan Allah tidak ubahnya seperti penciptaan Adam yang diciptakan dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.

Untuk Apa manusia berada di muka bumi?
§  Manusia hidup dimuka bumi uuntuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik.
§  kehidupan bersama bukan sekadar bersama sesame manusia tetapi juga sesame makhluk ciptaan Tuhan, baik makhluk hidup maupun makhluk tak hidup

Struktur tubuh Manusia yang unggul
1.      Kemampuan berdiri tegak
2.      Struktur jari-jari tangan yang sempurna
3.      Struktur otak yang unggul

§  Manusia sebagai makhluk susila (bermoral)
o   Ditangan manusia Bermoral, ilmu dan teknologi dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan hidup bersama (sesame makhluk ciptaaan Tuhan)
o   Ditangan manusia Tidak bermoral, ilmu dan teknologi dapat menjadi malapetaka
§  Khalifah Tuhan di muka bumi
o   Keunggulan manusia atas makhluk lain memungkinkan manusia dijadikan khalifah Tuhan di muka bumi
o   Keunggulan manusia atas makhluk lain memungkinkan manusia membangun kehidupan bersama yang lebih baik atau menimbulkan malapetaka
§  Pengemban misi sebagai pendidik
o   Semua manusia pada hakekatnya adalah pendidik meskipun bukan tenaga kependidikan
o   Sebagai pendidik, semua manusia mengemban misi untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik dalam rangka meningkatkan kualitas pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa
o   Tanpa adanya kesadaran bahwa manusia adalah pendidik, manusia dapat menimbulkan kerusakan dimuka bumi


3.      Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pengertian Sistem:
  Sistem suatu strategi menyeluruh atau rencana dikomposisi oleh satu set elemen, yang harmonis, merepresentasikan kesatuan unit, masing-masing elemen mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logis. Made pidarta (Mc Ashan: 1983)
Sementara itu Made Pidarta (Immegart: 1997) mengatakan esensi sistem merupakan suatu keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis, bagian-bagian itu berelasi satu dengan yang lain, serta peduli terhadap konteks lingkungannya. Adapun komponen-komponen dalam pendidikan yakni:
a)      Pesan, merupakan materi dari pelajaran.
b)      Orang, yang menyampaikan pesan atau penerima pesan.
c)      Bahan, untuk menyimpan pesan.
d)     Alat, untuk menyampaikan pesan dari bahan.
e)      Teknik, cara atau metode dalam penyampaian pesan.
f)       Lingkungan.
Jadi sistem adalah suatu kesatuan komponen yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan. Sementara itu sistem pendidikan adalah suatu kesatuan komponen yang terdiri dari pesan, orang, bahan, alat, teknik, serta lingkungan yang saling terkait dalam rangka mencpai suatu tujuan pendidikan. Semua yang ada di dunia bisa dipandang sebagai suatu sistem, mulai dari yang besar seperti tata surya, bumi, Negara, orang, peredaran darah, sampai satu biji gigi dapat dipandang atau dipikir sebagai suatu sistem.
Begitu pula pendidikan dapat dilaksanakan sebagai sistem, kalau suatu sekolah dipandang sebagai sistem, maka sistem-sistem lain yang ada di sekitarnya seperti perumahan, pasar, pertokoan, ladang, sungai, jalan, dan sebagainya disebut suprasistem. Antara sistem dengan suprasistemnya ada kalanya berhubungan dan ada kalanya tidak.
Bila sistem itu berhubungan dengan suprasistemnya, maka disebut sistem terbuka. Sebaliknya bila tidak, maka disebut sistem tertutup. Dalam hal ini pendidikan tergolong sistem terbuka. Untuk itu, pendidikan disebut sebagai sistem berada bersama, terikat, dan tertenun didalam suprasistemnya yang terdiri dari tujuh sistem tersebut di atas. Ini berarti untuk membangun suatu lembaga lembaga pendidikan lama, tidak dapat memisahkan diri dari suprasistem tersebut.
Ciri-ciri sistem terbuka adalah sebagai berikut: Made Pidarta (Tanner: 1981)
§  Mengimpor energi, materi, dan informasi dari luar.
§  Memiliki pemroses.
§  Menghasilkan output atau mengekspor materi, energi, dan informasi.
§  Merupakan kejadian yang berantai.
§  Memiliki negativeentropy, yaitu suatu usaha untuk menahan kepunahan dengan cara membuat impor lebih besar daripada ekspor.
§  Mempunyai alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri.
§  Ada kestabilan yang dinamis.
§  Memiliki deferensiasi, yaitu spesialisasi-spesialisasi.
§  Ada prinsip equifinalty, yaitu banyak jalan untuk mencapai tujuan yang sama.
Berikut disajikan Analisis Sistem Pendidikan Nasional Indonesia yang dikutip dari Pengantar Pendidikan oleh Kuntjojo (2008) sbb:




Gambar. 2

































Ø  Pendidikan dan Politik
·         Pendidikan dalam masyarakat feodal
·         Pendidikan dalam  masyarakat terjajah
·         Pendidikan sebagai sarana pembangunan
·         Pendidikan dalam  dalam era global
·         Pendidikan sebagai pemberdayaan potensi kemanusiaan
·         Pendidikan sebagai sarana transformasi budaya

Ø  Pendekatan pendidikan
·         Pendidikan Segregatif vs Pendidikan Integratif
·         Pendidikan Ekslusif vs  Pendidikan Inklusif
·         Pendidikan Multikultural
·         Asimilasi (Melting Pot)
·         Pendidikan Integratif dan Pembelajaran Integratif

Ø  Mutu Pendidikan
o   Mutu Inputs
·         Peserta didik (siswa, mahasiswa, petatar)
·         Guru, dosen, widyaiswara, penatar
·         Prasarana dan sarana
·         Kurikulum (perangkat pengajaran)
·         Tenaga penunjang (pustakawan, labora, ahli media)
o   Mutu Proses
·         Suasana belajar
·         Strategi pembelajaran
·         Pemantauan dan evaluasi
o   Mutu Outputs > lulusan (pengetahuan, sikap dan keterampilan)





Harapan Masyarakat Sebagai Tantangan Pendidikan
1.      Sekolah dan kebudayaan
§  Ada kebudayaan yang statis dan ada yang dinamis
§  Ada sejumlah pengetahuan yang secara umum stabil dan ada pula yang terus berubah
§  Perubahan yang terus menerus terkait dengan tekhnologi, nilai dan tuntutan keterampilan
§  Tugas guru adalah menjaga nilai-nilai luhur budaya bangsanya tetapi juga terus menerus melakukan perbaikan sesuai dengan kemajuan nilmu, teknologi, nilai, dan keterampilannya.
2.      Fungsi social pendidikan
·         Transmisi Budaya
·         Transmisi Keterampilan
·         Transmisi Nilai dan keyakinan
·         Transmisi Penyiapan kehidupan dunia kerja
·         Transmisi Pengasuhan anak/remaja
·         Transmisi Peningkatan hubungan antar sesame
·         Transmisi Pemahaman diri
3.      Menyampaikan warisan budaya bangsa
§  Pengakuan kebhinekaan antar manusia yang meengemban misi tunggal untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik
§  Semua orang memiliki hak untuk memiliki identitas pribadi
§  Semua orang memiliki hak,Tanggung jawab, dan kesempaatan yang sama

4.      Mengembangkan anggota masyarakat yang aktif
·         Krisis yang sesungguhnya bukan dibidang membaca, menulis, dan matematika tetapi sejumlah aspek psikologis dalam sikap, hubungan social, dan kepeercayaan satu sama lain
·         Sekolah memiliki tugas bukan hanya untuk menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja tetapi juga menjadi bagian masyarakat yang produktif
·         Kurikulum dipandang memiliki pesan dalam menyelesaikan problema didalam sekolah maupun di masyarakat
·         Keterlibatan dan partisipasi aktif peserta didik merupakan latihan untuk menjadi warga Negara yang baik
·         Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang dinamis sehinggga perubahan social harus dikaitkan dengan perubahan isi kurikulum dan teknik pembelajaran
5.      Kesamaan kesempatan
o   Pendidikan meerupakan kunci untuk memperoleh kesempatan, dan sekolah adalah instrument masyarakat dan cermin kehidupan masyarakat
o   Sekolah memilki tanggung jawab untuk menjamin peserta didik memperoleh kesempatan untuk berkembang
o   Sekolah telah menjadi institusi public sehingga sekolah menjadi suatu tempat untuk memperoleh kesempatan kerja
o   Sekolah memilki tanggung jawab untuk mengembangkan budaya local (daerah) dan budaya nasional untuk memasuki kehidupan internasional
6.      Mengefetifkan perubahan social
o   Dalam massyarakat modern perubahan mengambil bentuk dan cara yang bermacam-macam
o   Ada banyak perubahna yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, diantaranya orang tua yang bekerja sehingga menuntut tersedianya lembaga pendidikan anak usia dini
o   Maksud pendidikan berfariasi sesuai dengan maksud yang dominan dalam masyarakat
o   Sekolah harus menjadi wahana bagi peserta didik untuk mengaktualisasikan diri dalam kehidupan masyarakat

7.      Apakah yang dapat diharapkan masyarakat secara realistic dari sekolahnya?
o   Banyak kritik terhadap sekolah yang memandang sekolah sebagai agen distruktif di masyarakat
o   System sekolah harus berusaha keras menyediakan aktivitas belajar yang mendorong dan mempertahankan terciptanya masyarakat yang konstruktif
o   Pengembangan vokasional, minat dan kemampuan dibidang nonvokasional merupakan keseluruhan yang harus terwadahi dalam kurikulum
o   Tujuan utama seluruh program sekolah adalah mengajarkan dasar-dasar belajar dan keterampilan
o   Memahami dan memiliki komitmen tinggi terhadap nilai-nilai masyarakat demokratis adalah fungsi utama program sekolah

Mengapa menjadi guru?
1.      Menjadi guru adalah menjadi pribadi yang sangat penting dalam proses pembangunan manusia dan masyarakat
2.      Banyak tuntutan masyarakat terhadap proses pendidikan disekolah dan terhadap diri guru sendiri
Guru yang baik:
§  Menguasai bidang studi dan tahu sumber-sumber belajar yang sesuai
§  Mampu mengambil keputusan secara tepat
§  Mampu berpikir kritis dan pemecahan masalah
§  Mampu melakukan refleksi diri
§  menguasai keterampilan komunikasi dan metode pengajaran
§  mampu mengaplikasikan penelitian pendidikan
§  memahami siswa dan cara belajarnya
§  memiliki pengetahuan tentang diri sendiri dan pengaturan diri
§  hangat, humoris, dan peduli terhadap orang lain
§  perencana yang baik, kerja keras dan disiplin diri
§  memiliki jiwa kepemimpinan, enthusiasm, mampu menularkan kecintaan belajar, dan pembicara yang baik.


Pendidikan Formal dan Informal
1.      Pendidikan formal lebih berorientasi pada penguasaan ilmu dan teknologi
2.      Pendidikan informal lebih berorientasi pada penanaman nilai-nilai luhur budaya bangsa
3.      Proses pendidikan disekolah adalah untuk menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa sekaligus penguasaan ilmu dan teknologi
4.      Sosialisasi adalah suatu proses untuk memperoleh kebiasaan, pengetahuan, sifat pribadi, cita-cita, dan aspek-aspek budaya lainnya

II.             LANDASAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

1.      Landasan Filosofis Dalam Pemecahan Masalah Kependidikan: Idealisme, Realisme, Neo-Thomisme, Eksperimentalisme/Pregmatisme, Eksistensialisme, Humanisme
a)      Idealisme
Menurut Bahtiar, A (2010), ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataannya adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif.
Idealisme (Plato) menekankan realitas moral dan spiritual sebagai sumber utama penjelasan tentang kesemestaan. Kebenaran dan nilai-nilai dipandang sebagi mutlak dan universal. Pengetahuan ada dalam pikiran dan hanya memerlukan pemunculan ke taraf kesadaran melalui introspeksi. Mengetahui adalah memikirkan kembali ide-ide laten yang telah ada dalam pikiran.
b)      Realisme
Realisme (Aristoteles) memandang dunia dalam batasan materi. Dunia materi hadir secara mandiri dari pikiran; dapat dihasilkan melalui pengalam sensoris dan penggunaan penalaran. Realisme memandang materi sebagai dunia nyata. Realisme memandang segala sesuatu sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang seharusnya.
Realisme  menurut Bahtiar, A  (2010) adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat).

c)      Neo-Thomisme
Neo-Thomisme (Saint Thomas Aquinas) Menyatakan manusia terdiri atas jiwa (mind) dan raga (body). Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah puncak penciptaanNya. Manusia memerlukan jiwa dan raga untuk memahami tuhan dan Alam semesta.


d)     Eksistensialisme
Eksistensialisme (Soren Kierkegaard) memandang problema utama manusia adalah kemampuannya  untuk menentukan eksistensinya. Kebebasan individual dipandang sebagai yang paling penting. Individu harus menentukan diri untuk jadi apa. Seseorang harus memilih apa yang paling esensial dan bermakna untuk kehidupannya dan menerima konsekuensi atas pilihannya.

e)      Eksperimentalisme/Pregmatisme
Eksperimentalisme/Pregmatisme menyatakan hanya idea ( pemikiran, pendapat, teori) yang dapat dipraktekkan yang benar dan berguna (Tafsir A, 2003)
Eksperimentalisme/Pregmatisme (Sir Francis Bacon; Immanuel Kant) memandang realitas sebagai suatu yang berubah secara terus menerus. Realitas hanya dapat diketahui melalui eksperimen. Tidak ada pengetahuan yang mutlak atau tetap. Pengetahuan yang benar hanya yang dapat diamati.

f)       Humanisme
Humanisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam (Tafsir A, 2009)
Tempat Penyelenggaraaan pendidikan:
o   Di rumah (keluarga)
o   Disekolah
o   dimasyarakat

Macam-Macam Filsafat Pendidikan Sekolah
·         Filsafat pendidika sekolah tradisional
§  Perenialisme (Robert N. Hutchins)
Manusia adalah makhluk rasional dan spiritual. Pendidikan mengaplikasikan pengajaran. Pengajaran mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan itu adalah kebenaran. Kebenaran dimanapun sama. Karena itu, pendidikan dimanappun harus sama. Sekolah harus menyiapkan peserta didik untuk kehidupan.

§  Esensialisme (William C. Bagley)
Fungsi sekolah adalah: untuk mentransmisikan budaya yang serupa pengetahuan, keterampilan, sikaap dan nilai kepada generasi baru. Siswa harus menguasai fakta dan konsep-konsep esensial dari suatu disiplin. Guru harus menguasai disiplin ilmunya dan menjadi model imitasi (teladan) bagi sisswanya.


·         Filsafat pendidikan sekolah kontemporer
o   Progresivisme (Chareles s. Peirce, William James, Jhon Dewey)
-          Sekolah harus dipandang sebagai masyarakat demokratis dalam bentuk miniature. Progresivisme Lebih mengutamakan”bagaimana berpikir” dari pada “apa yang dipikirkan”
-          Prinsip-prinsip Progresivisme :
1.      Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan kehidupan
2.      Belajar harus terkai langsung dengan minat siswa
3.      Belajar melalui “problem solving”
4.      Peran guru bukan mengarahkan tapi memberikan advise.
5.      Suasana belajar harus demokratis
o   Rekonstrusionisme (George S. Counts)
Pendidikan bukan sekadar upaya mengatasi problema social dan menciptakan lingkungan baru. Kegunaan pendidikan adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap problema-problema social, ekonomi, dan politik masyarakat global.

o   Eksistensialisme (AS Neil)
Manusia adalah makhluk individual yang unik, yang memiliki kebutuhan khusus berbeda-beda. Kegunaan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi individu siswa secara penuh. Peran sekolah sebagai forum yang memungkinkan terjadinya dialog antara guru dengan ssiswa dan antar siswa
Mengapa perlu pendidikan?
1)      Manusia diakruniai potensi
2)      Tanpa pendidikan potensi manusia tidak berkembang optimal dan terintegrasi
3)      Pendidikan adalah aset pribadi, keluarga dan masyarakat
4)      Kualitas suatu bangsa terletak pada kualitas pendidikan individu-individu yang menjadi pendukungnya
Mengapa guru harus memahami landasan pendidikan
1)      Tindakan guru terkait erat dengan filosofi yang dianutnya
2)      Interpretasi nilai-nilai agama yang dianutnya
3)      Pengetahuan ilmiah yang dimilikinya
4)      Landaasaan yuridis formal yang harus dipatuhinya

2.      Landasan Religi Dalam Pemecahan Masalah Kependidikan: Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Konghucu

Landasan Agama dalam pendidikan tersebut memberikan keterangan bahwa agama berasal dari wahyu berarti berasal dari tuhan (dalam hal ini agama bersifat residental). Dengan landasan ini diharapkan pendidikan sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku pada agama. Landasan agama dalam pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Manusia sebagai subjek maupun objek dari pendidikan harus selalu mempertimbangan landasan fundamental ini dalam melakukan proses pendidikan.
Manusia adalah makhluk Tuhan YME. Hal ini jelas bagi kita atas dasar keimanan; dalam konteks filsafat, hal ini didasarkan pada argumen kosmologis; sedangkan secara faktual terbukti dengan adanya fenomena kemakhlukan yang dialami manusia. Manusia adalah kesatuan badani-rohani. Sebagai kesatuan badani-rohani, manusia hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, serta tujuan hidup. Manusia memiliki potensi untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan berkarya. Dalam eksistensinya manusia memiliki dimensi individualitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius. Adapun semua itu menunjukkan adanya dimensi interaksi atau komunikasi, historisitas, dan dimensi dinamika.
Idealnya manusia mampu memenuhi berbagai kebutuhannya secara wajar, hidup sehat, mampu mengendalikan insting dan hawa nafsunya, serta mampu mewujudkan berbagai potensinya secara optimal; bebas, bertanggung jawab serta mampu mewujudkan peranan individualnya, mampu melaksanakan peranan-peranan sosialnya, berbudaya, bermoral serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Sehingga dengan demikian ia mampu berinteraksi atau berkomunikasi secara mono-multi dimensi, serta terus menerus secara sungguh-sungguh menyempurnakan diri sebagai manusia untuk mencapai tujuan hidupnya (dunia-akhirat).
Aliran filsafat yang bercorak keagamaan ikut pula mempengaruhi pemikiran tentang pendidikan, baik pada permulaan filsafat yunani komo maupun/terutama pada era pengaruh filsafat yang dipengaruhi agama Hindu, Islam, Katolik, Protestan dan sebagainya. Meskipun seringkali terjadi pertentangan antara agama dan filsafat, namun terdapat beberapa tokoh besar yang mengemukakan pandangan filosofis yang berpijak pada filsafat agama, seperti Ibnu Sina (980-1037), Al-Ghazali (1058-1111) dan Ibnu Rusy (1126-1198) dari agama Islam, St. Thomas Aquinas (1225 – 1274) dari agama Khatolik yang dapat dianggap puncak skolastik Kristen dengan filsafat neothomisme, Laotse dari Tacis di China, Rabindranat Tagore di India, dan sebagainya. Pokok pendapat aliran ini yakni Tuhan adalah pencipta alam semesta termasuk manusia sebagai ciptaan tertinggi. Hakikat manusia ialah kesatuan tubuh dan jiwa, manusia dapat mencapai pengetahuan mutlak asalkan dengan menggunakan akal dan iman, dan sebagainya (Redja Mulyahardjo, 1992). Pendapat-pendapat tersebut mempengaruhi pendidikan, khususnya tentang hakikat manusia diupayakan perwujudannya melalui pendidikan.

Pandangan Masing-Masing Agama Terhadap Pendidikan
§  Pendidikan Dalam Agama Islam
Pokok-Pokok Ajaran Islam
Islam Sebagai Agama Tauhid
Suatu keyakinan bahwa Tuhan itu Esa segalanya. Allah Swt. tempat meminta makhluknya. Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada yang mampu menyamainya. Allah Esa dalam zatnya, artinya zat Allah itu satu, tidak terbilang dan tersusun oleh unsur-unsur yang berbeda.
Manusia adalah sama di sisi Allah. Semua manusia adalah sama di sisi Allah, yang membedakannya hanyalah ketaqwaannya. Seseorang dikatakan iman dan taqwa apabila ia mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri. Iman, Islam, Ihsan (3 pokok ajaran Islam)
Dasar dan Tujuan Pendidikan
Dasar pendidikan Ajaran Islam
·         Tauhid
·         Iman, Islam, Ihsan
·         Keyakinan (termasuk rukun iman)
·         Melaksanakan syariat Islam
·         Amal sholeh
Tujuan pendidikan dalam Islam untuk meningkatkan pengabdian yang dilihat 2 aspek:
1)      Hubungan manusia dengan manusia lainnya.
2)       Hubungan manusia dengan Allah.
Yang keduanya bertujuan akhir untuk kebahagiaan dunia akhirat.
Tujuan Penciptaan Manusia
1)      Sebagai Hamba/menghamba kepada Allah SWT.
2)      Khalifah Allah di muka bumi.
Sumber-sumber  Pendidikan :
1)      Al-Qur’an
2)      Al-Hadist
3)      Ijtihad
4)      Ijma’
Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.

§  Pendidikan dalam Agama Hindu
Tujuan Agama Hindu
§  “Moksàrtham Jagadhitàya ca iti Dharma”
Moksartham: kebahagian setelah meninggal   (bersatunya jiwa dengan Tuhan)
Jagadhita: Kebahagiaan dan Kesejahteraan di dunia
Dharma: Kebenaran
Di Indonesia tujuan pendidikan mengantarkan anak menuju tingkat kedewasaan. Kata dewasa berasal dari kata “devasya” (bahasa sansekerta) artinya anak diberikan pendidikan agar memiliki sifat-sifat dewa (sifat yang penuh kemuliaan). Diharapkan seorang anak selalu merenungi diri akan esensi kehidupannya.
§  Tri Kaya Parisudha
Tri: tiga, Kaya: perbuatan, Parisudha: amat disucikan, artinya “tiga perilaku dasar yang harus disucikan”, Terdiri dari: Manacika (pikiran), Wacika (perkataan),
§  Tri Hita Karana
Tri: tiga, Hita: Kebahagiaan, Karana: penyebab
Artinya “ Tiga penyebab kebahagiaan manusia”, yaitu:
a.  Prahyangan (hubungan harmonis dengan Tuhan)
b. Palemahan (hubungan harmonis dengan lingkungan alam)
c. Pawongan (hubungan harmonis dengan sesama manusia)
§  Upacara Sarira Sayskara
Konsep Pendidikan melalui ”Upacara Penyucian Diri” yang disebut Upacara Sarira Sayskara. Upacara penyucian diri ini merupakan sebuah sarana sekaligus wadah untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai kehidupan karena di dalamnya ada sebuah penyampaian pesan-pesan mulia dari keluarga maupun masyarakat kepada yang diberikan ataupun yang melakukan upacara tersebut.
§  Pendidikan Dalam Agama Budha
Budha Dhamma
Ajaran Sang Budha dalam Buddha Dhamma ini terangkum dalam Empat Kesunyataan Mulia. Ini menjadi dasar yang sangat perlu dikuasai umat budha, yaitu :
§  Hidup penuh dengan ketidakpuasan.
Ketidakpuasan bersumber dari keinginan dan harapan kita sendiri.
§  Memiliki keseimbangan bathin untuk menemukan kebebasan menyatu dengan Sang Guru Agung (Nirwana).
Jalan mulia berunsur  delapan (pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, cara hidup benar, daya upaya benar, konsentrasi benar, dan samadhi benar).
§  Sila (Kemoralan)
Dasar kemoralan Buddhis adalah Pancasila, yaitu:
o   Tidak melakukan pembunuhan
o   Tidak melakukan pencurian
o   Tidak melakukan pelanggaran kesusilaan
o   Tidak berbohong
o   Tidak mabuk-mabukkan
§  Samadhi (Meditasi)
Mengatur keadaan pikiran dan dikendalikan sehingga keseimbangan terjadi antara pikiran, perkataan dan perbuatan.
Latihan menyeimbangkan pikiran dengan memposisikan bidang pikiran pada kondisi positif, merelaksasi tubuh, menghindari gangguan psikologis, merealisasikan harap

§  Pendidikan dalam Agama Kristen
Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih. Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Agama Kristen bermula dari pengajaran Yesus Kristus sebagai tokoh utama agama ini. Agama Kristen termasuk banyak tradisi agama yang bervariasi berdasarkan budaya, dan juga kepercayaan dan aliran yang jumlahnya ribuan.
Pemeluk agama Kristen mengimani bahwa Yesus Kristus atau Isa Almasih adalah Tuhan dan Juru Selamat, dan memegang ajaran yang disampaikan Yesus Kristus. Di dalam kitab Amsal dijelaskan “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan….”(Ams. 1:7). Pengetahuan di sini bukan sekedar berarti ilmu, melainkan mengetahui yang baik. Takut akan Tuhan yang dimaksud adalah bukanlah takut dalam arti ngeri atau gentar, melainkan dalam arti hormat atau taat. Menghormati Tuhan berarti mengindahkan dan menghargai petunjuk Tuhan.

3.      Landasan Pengetahuan Ilmiah Dalam Pemecahan Masalah Kependidikan: Psikologi, Sosiologi, Antropologi, Neuroscience, Dsb

Landasan Pengetahuan Ilmiah Terhadap Pendidikan
1). Pengetahuan Dan Ilmu Pengetahuan (Sains)
Pengetahuan
Definisi pengetahuan itu sendiri adalah sebagai berikut, segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam dari pengetahuan. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Dari uraian di atas Pengetahuan dapat diartikan hanyalah sekadar “tahu”, yaitu hasil tahu dari usaha manusia untuk menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa batu, apa gunung, apa air, dan sebagainya. Pengetahuan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu obyek kajian, metoda pendekatan, dan bersifat universal.

Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:
1.   Pengetahuan langsung (immediate);
Pengetahuan immediate adalah pengetahuan langsung yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran.
2.   Pengetahuan tak langsung (mediated);
Pengetahuan mediated adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu.
3.   Pengetahuan indrawi (perceptual);
Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui indra-indra lahiriah. Sebagai contoh, kita menyaksikan satu pohon, batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran melalui indra penglihatan akan membentuk pengetahuan kita. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa faktor yang berpengaruh, seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek eksternal, sehatnya anggota-angota indra badan (seperti mata, telinga, dan lain-lain), dan pikiran yang mengubah benda-benda partikular menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti adad istiadad). Dengan faktor-faktor tersebut tidak bisa dikatakan bahwa pengetahuan indrawi hanya akan dihasilkan melalui indra-indra lahiriah.
4.   Pengetahuan konseptual (conceptual);
Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan aktivitas pikiran.
5.   Pengetahuan partikular (particular);
Pengetahuan partikular berkaitan dengan satu individu, objek-objek tertentu, atau realitas-realitas khusus. Misalnya ketika kita membicarakan satu kitab atau individu tertentu, maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan partikular itu sendiri.
6.   Pengetahuan universal (universal).
Pengetahuan universal mencakup individu-individu yang berbeda. Sebagai contoh, ketika kita membincangkan tentang manusia dimana meliputi seluruh individu (seperti Muhammad, Ali, hasan, husain, dan …), ilmuwan yang mencakup segala individunya (seperti ilmuwan fisika, kimia, atom, dan lain sebagainya), atau hewan yang meliputi semua indvidunya (seperti gajah, semut, kerbau, kambing, kelinci, burung, dan yang lainnya).

Pengetahuan memiliki sumber (source) diantaranya adalah:
1.   Intuisi
Ketika kita berbicara mengenai intuisi yaitu sebuah maenstream yang terbangun dibenak kita adalah sebuah eksperimen, coba-coba, yang berawal dari sebuah pertanyaan dan keraguan maka lahirlah insting. Menurut Kamus Politik karangan B.N. Marbun mengatakan intuisi: daya atau kemampauan untuk mengetahui atau memahami sesuatu tanpa ada dipelajari terlebih dahulu.
2.   Rasional
Pengetahuan rasional atau pengetahuan yang bersumber dari akal adalah suatu pengetahuan yang dihasilkan dari proses belajar dan mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian buku, pengajaran seorang guru, dan sekolah. Hal ini berbeda dengan pengetahuan intuitif atau pengetahuan yang berasal dari hati. Pengetahuan ini tidak akan didapatkan dari suatu proses pengajaran dan pembelajaran resmi, akan tetapi, jenis pengetahuan ini akan terwujud dalam bentuk-bentuk “kehadiran” dan “penyingkapan” langsung terhadap hakikat-hakikat yang dicapai melalui penapakan mistikal, penitian jalan-jalan keagamaan, dan penelusuran tahapan-tahapan spiritual. Pengetahuan rasional merupakan sejenis pengetahuan konsepsional atau hushuli, sementara pengetahuan intuisi atau hati adalah semacam pengetahuan dengan “kehadiran” langsung objek-objeknya atau hudhuri.
3.   Indra.
Tak diragukan bahwa indra-indra lahiriah manusia merupakan alat dan sumber pengetahuan, dan manusia mengenal objek-objek fisik dengan perantaraanya. Setiap orang yang kehilangan salah satu dari indranya akan sirna kemampuannya dalam mengetahui suatu realitas secara partikular. Misalnya seorang yang kehilangan indra penglihatannya maka dia tidak akan dapat menggambarkan warna dan bentuk sesuatu yang fisikal, dan lebih jauh lagi orang itu tidak akan mempunyai suatu konsepsi universal tentang warna dan bentuk.
Begitu pula orang yang tidak memiliki kekuatan mendengar maka dapat dipastikan bahwa dia tidak mampu mengkonstruksi suatu pemahaman tentang suara dan bunyi dalam pikirannya. Atas dasar inilah, Ibn Sina dengan mengutip ungkapan filosof terkenal Aristoteles menyatakan bahwa barang siapa yang kehilangan indra-indranya maka dia tidak mempunyai makrifat dan pengetahuan.
Dengan demikian bahwa indra merupakan sumber dan alat makrifat dan pengetahuan ialah hal yang sama sekali tidak disangsikan. Hal ini bertolak belakang dengan perspektif  Plato yang berkeyakinan bahwa sumber pengetahuan hanyalah akal dan rasionalitas, indra-indra lahiriah dan objek-objek fisik sama sekali tidak bernilai dalam konteks pengetahuan. Dia menyatakan bahwa hal-hal fisikal hanya bernuansa lahiriah dan tidak menyentuh hakikat sesuatu. Benda-benda materi adalah realitas-realitas yang pasti sirna, punah, tidak hakiki, dan tidak abadi. Oleh karena itu, yang hakiki dan prinsipil hanyalah perkara-perkara kognitif dan yang menjadi sumber ilmu dan pengetahuan adalah daya akal dan argumen-argumen rasional.
Akan tetapi, filosof-filosof Islam beranggapan bahwa indra-indra lahiriah tetap bernilai sebagai sumber dan alat pengetahuan. Mereka memandang bahwa peran indra-indra itu hanyalah berkisar seputar konsep-konsep yang berhubungan dengan objek-objek fisik seperti manusia, pohon, warna, bentuk, dan kuantitas. Indra-indra tak berkaitan dengan semua konsep-konsep yang mungkin dimiliki dan diketahui oleh manusia, bahkan terdapat realitas-realitas yang sama sekali tidak terdeteksi dan terjangkau oleh indra-indra lahiriah dan hanya dapat dicapai oleh daya-daya pencerapan lain yang ada pada diri manusia.
Konsep-konsep atas realitas-realitas fisikal dan material yang tercerap lewat indra-indra, yang walaupun secara tidak langsung, berada di alam pikiran, namun juga tidak terwujud dalam akal dan pikiran kita secara mandiri dan fitrawi. Melainkan setelah mendapatkan beberapa konsepsi-konsepsi indrawi maka secara bertahap akan memperoleh pemahaman-pemahaman yang lain. Awal mulanya pikiran manusia sama sekali tidak mempunyai konsep-konsep sesuatu, dia seperti kerta putih yang hanya memiliki potensi-potensi untuk menerima coretan, goresan, dan gambar. Dan aktivitas persepsi pikiran dimulai dari indra-indra lahiriah.
Mengapa jiwa yang tunggal itu sedemikian rupa mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam menyerap semua pengetahuan? Filosof Ilahi, Mulla Sadra, mengungkapkan bahwa keragaman pengetahuan dan makrifat yang dimiliki oleh manusia dikarenakan kejamakan indra-indra lahiriahnya. Mulla Sadra juga menambahkan bahwa aktivitas persepsi-persepsi manusia dimulai dari jalur indra-indra itu dan setiap pengetahuan dapat bersumber secara langsung dari indra-indra lahiriah atau setelah berkumpulnya konsepsi-konsepsi indrawi barulah pikiran itu dikondisikan untuk menggapai pengetahuan-pengetahuan lain. Jiwa itu secara esensial tak mampu menggambarkan objek-objek fisikal tanpa indra-indra tersebut.
4.  Wahyu
Sebagai manusia yang beragama pasti meyakini bahwa wahyu merupakan sumber ilmu, karena diyakini bahwa wahyu itu bukanlah buatan manusia tetapi buatan Tuhan Yang Maha Esa.

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
§  Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
§  Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
§  Keterpaparan informasi
Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.

4.      Landasan Yuridis Dalam Pemecahan Masalah Kependidikan: Nasional dan Internasional
§  Kesepakatan Internasional
§  UUD
§  UU
§  PP
§  Kepmen
§  Perda
§  Kebijakan Dirjen
§  Peraturan Sekolah




5.       Implementasi Filosofi Bhineka Tunggal Ika Dan Pancasila Dalam Pendidikan
Filosofi Bhineka Tunggal Ika merupakan pengakuan kebhinnekaan antar manusia yang mengemban misi tunggal sebagai khalifah Tuhan di muka bumi (Al Quran: Surat Az Zukhruf ayat 32; Al Baqarah ayat 30-34)

Interaksi pendidikan
o   Koperatif (Al Quran: Surat Al Maidah ayat 2)
o   Komperatif (Al Quran: Surat Al Maidah ayat 48)
o   Belajar mandiri/ individualistik

6.      Pendidikan Multicultural

Tilaar, (2009) mengemukakan Konsep dasar pengembangan pendidikan multicultural sbb:

REFORMASI KURIKULUM
MENGAJARKAN KEADILAN SOSIAL
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
KOMPETENSI MULTIKULTURAL

PEDAGOGIK “KESETARAAN”
 

















Zakiyyudin Baidhawy (2005:78) dalam http://id.shvoong.com/social-sciences/1918568-pendidikan multikultural/ menyatakan karekteristik dari pendidikan multicultural ada tujuh komponen, yaitu:
a)      Belajar Hidup Dalam Perbedaan
Selama ini pendidikan lebih diorientasikan pada tiga pilar pendidikan, yaitu menambah pengetahuan, pembekalan keterampilan hidup (life skill), dan menekankan cara menjadi “orang” sesuai dengan kerangka berfikir peserta didik. Kemudian dalam realitas kehidupan yang plural, ketiga pilar tersebut kurang mumpuni dalam menjawab relevansi masyarakat yang semakin majemuk. Maka dari itu diperlukan satu pilar strategis yaitu belajar saling menghargai akan perbedaan, sehingga akan terbangun relasi antara personal dan intra personal.
b)      Membangun Tiga Aspek Mutual (saling percaya, saling pengertian, dan saling menghargai).
Membangun saling percaya (mutual trust), memahami saling pengertian (mutual understanding), dan menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect). Tiga hal ini sebagai konsekuensi logis akan kemajemukan dan kehegemonikan, maka diperlukan pendidikan yang berorientasi kepada kebersamaan dan penanaman sikap toleran, demokratis, serta kesetaraan hak.

c)      Terbuka Dalam Berfikir
Pendidikan seyogyanya memberi pengetahuan baru tentang bagaimana berfikir dan bertindak, bahkan mengadopsi dan beradaptasi terhadap kultur baru yang berbeda, kemudian direspons dengan fikiran terbuka dan tidak terkesan eksklusif. Peserta didik didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir sehingga tidak ada kejumudan dan keterkekangan dalam berfikir.
d)     Apresiasi
Karakteristik ini mengedepankan tatanan social yang care (peduli), dimana semua anggota masyarakat dapat saling menunjukan apresiasi dan memelihara relasi, keterikatan, kohesi, dan keterkaitan sosial yang rekat, karena bagaimanapun juga manusia tidak bisa survive tanpa ikatan sosial yang dinamis.
e)      Interdependensi
Pentingnya prinsip tolong menolong dalam kebajikan, memelihara solidaritas dan ikatan sosial (takwa), dengan menghindari tolong menolong dalam kejahatan.
f)       Resolusi Konflik
 Konflik dalam berbagai hal harus dihindari, dan pendidikan harus mengfungsikan diri sebagai satu cara dalam resolusi konflik. Adapun resolusi konflik belum cukup tanpa rekonsiliasi, yakni upaya perdamaian melalui sarana pengampunan atau memaafkan (forgiveness). Pemberian ampun atau maaf dalam rekonsiliasi adalah tindakan tepat dalam situasi konflik komunal.
g)      Rekonsiliasi Nirkekerasan.
Dalam ajaran Islam, seluruh umat manusia harus mengedepankan perdamaian, cinta damai dan rasa aman bagi seluruh makhluk serta juga menganjurkan untuk memberi maaf, membimbing kearah kesepakatan damai dengan cara musyawarah.
Berangkat dari pemahaman karakteristik diatas, masih menurut Zakiyyudin Baidhawy (2005:85), pendidikan multikultural adalah gerakan pembaharuan dan inovasi pendidikan dalam rangka menanamkan kesadaran pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan, dengan spirit kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya, saling memahami dan menghargai persamaan, perbedaan dan keunikan agama-agama, sehingga terjalin suatu relasi dan interdependensi dalam situasi saling mendengar dan menerima perbedaan pendapat dalam pikiran terbuka, untuk menemukan jalan terbaik mengatasi konflik dan menciptakan perdamaian melalui kasih sayang antar sesama.
Maka dari itu implementasi pendidikan multikultural tidak akan lepas dari konsep-konsep pembaharuan pendidikan, karena pembaharuan pendidikan mempunyai konsep konstruktif yang membentuk terwujudnya pendidikan multikultural. Menurut Hujair A.H. Sanaky (2003:157), dalam melakukan pembaharuan, pendidikan diharapkan mengorientasikan tujuannya lebih bersifat problematis, strategis, aspiratif, menyentuh aspek aplikasi, serta dapat merespon kebutuhan masyarakat. Kemudian dari kerangka ini, tujuan yang dirumuskan meliputi aspek ilahiyyah (teoritis), fisik dan intelektual, kebebasan (liberal), akhlak, profesionalisme, berkualitas, dinamis, dan kreatif sebagai insan kamil dalam kehidupannya.

Perspektif Historis Pendidikan Di Dunia Masa Lampau
A.    Tradisi Yunani Romawi
B.     Pendidikan Pada Abad Pertengahan
C.     Masa Renaissance dan Reformasi

Ø  Perbedaan Antar Individu dan Intra Individu
Ø  Factor-faktor yang berpengaruh terhadap perbedaan individu
Ø  Perbedaan taraf kecerdasan
Ø  Perbedaan Gaya belajar
Ø  Teori multiple intelelligences
Ø  Mengakomodasikan perbedaan individual
Ø  Membangun kehidupan sekolah yang hormanis









DAFTAR PUSTAKA


Bahtiar, A (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tafsir, A (2009). Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi Pengetahuan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Tafsir, A (2003). Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra
Tilaar (2009). Kekuasaan dan Pendidikan. Manajemen Pendidikan Nasional
Dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta






Tidak ada komentar:

Posting Komentar