Selasa, 26 Maret 2013

Dra. ASMIDA, M. Pd; PENTINGNYA KREATIFITAS DIMULAI SEJAK USIA DINI


PENTINGNYA KREATIFITAS DIMULAI SEJAK USIA DINI

Oleh:
Dra. ASMIDA, M. Pd[1]

DSCF1890.JPGTulisan kali ini saya ingin mengangkat masalah kreatifitas atau berpikir kreatif. Sebelum melanjutkan tulisan yang sederhana ini saya ingin mengutip apa yang dikatakan oleh seorang lulusan S-2 Filsafat Universitas Indonesia dan juga anggota DPR-RI dari fraksi PDIP yaitu Rieke Diah Pitaloka (UI)[2], dalam menuju Jabar 1 beberapa waktu lalu, berikut penulis ambil beberapa penggalan pernyataan tentang pendidikan sebagai berikut:
 “Pendidikan harus mengedepankan nalar dan pengertian bukan hapalan sehingga muncul kreatifitas. Sejak orde baru makna pendidikan bergeser menjadi pengajaran. Pendidikan diartikulasikan sebagai pelajaran menghapal bukan melatih nalar. Pendidikan harus melahirkan generasi yang ingin tahu, ingin mengerti bukan generasi yang sekedar memanfaatkan apa yang ada[3]”.
Hal tersebut menurut penulis, dapat dimaknai bahwa kreatifitas tidaklah muncul begitu saja, kreatifitas adalah perjalanan panjang untuk keingintahuan dari pengembangan nalar dari berbagai kegiatan pembelajaran yang ditampilkan oleh pendidik,  kreatifitas harus dimulai sejak usia dini melalui pendidikan.
Pendidikan yang lebih mengedepankan peserta didik untuk mengekspresikan kemampuannya sesuai perkembangan kognitif yang dimiliki, melalui berbagai media pembelajaran yang disediakan untuk membiasakan anak sejak usia dini membentuk pola dalam pikiran mereka. Jadi suatu hal yang mustahil menurut penulis bila pendidik mengajak anak untuk kreatif sementara mereka tidak pernah diajarkan belajar cara bernalar. Anak-anak cendrung diajarkan menghapal dan meniru apa yang ditulis atau dikatakan pendidik. Kadang kadang pendidik (guru, orang tua) suka latah, menginginkan anak cepat pandai semuanya tapi kering dari makna pendidikan sebenarnya dan hal ini menurut pengamatan penulis terus berulang.
Baru-baru ini saat pantauan tentang penilaian Paud Inovatif di salah satu kecamatan di Pekanbaru, walau secara umum dapat dikatakan cukup baik. Namun dari hasil pengamatan maupun wawancara tidak terstruktur yang penulis lakukan, misal pengenalan lingkungan, guru secara umum tidak memaknai akan pentingnya kegiatan  yang dilakukakan tersebut sebagai wahana pembelajaran anak terhadap lingkungan tempat mereka berada. Kurangnya kemampuan profesional pendidik akan pentingnya kegiatan tersebut, menyebabkan kegiatan yang dilakukan terkesan asal jadi, hal tersebut  tergambar dari wawancara tidak terstruktur penulis dengan beberapa guru maupun pengelola paud misal saat guru pendamping membawa anak kekebun sayur yang tidak terlampau jauh dari Paud, atau ketempat rekreasi alam mayang, atau ke kantor polisi, atau memasak dan sebagainya.  
Kompetensi profesional pendidik, seperti yang telah penulis simpulkan pada tulisan terdahulu adalah kemampuan  profesional yang wajib dimiliki oleh pendidik, sehingga para pendidik mampu untuk terus meningkatkan kualitas diri dalam pekerjaannya,  yang pasti akan berimbas pada proses pembelajaran, dengan mampunya pendidik untuk mengembangkan potensi dirinya secara kreatif disebabkan penguasaan materi oleh pendidik menyebabkan ia mampu meramu pembelajaran sesuai dengan karakter peserta didik.[4]
Hal tersebut senada seperti yang diungkapkan Stephen P. Robbins dan Mary Coulter diterjemahkan oleh Harry Slamet, mengatakan bahwa:
kreatifitas merupakan kerangka pikiran. Lebih lanjut dinyatakan anda harus memperluas kemampuan-kemampuan pikiran anda artinya membuka pikiran anda terhadap ide-ide baru. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk memperbaiki kreatifitasnya, tetapi banyak orang tidak mencoba mengembangkan kemampuan tersebut[5].

Pada dasarnya penulis sependapat dengan  Stephen P. Robbins dan Mary Coulter tersebut, namun dalam beberape hal seperti “…….banyak orang tidak mencoba  mengembangkan kemampuan tersebut”. penulis kurang sependapat. Sebenarnya menurut penulis bukan tidak adenye keinginan untuk mencoba mengembangkan diri tapi mereka secara umum tidak terbiasa  dalam proses pembelajarannya untuk mengembangkan nalar untuk mencube berbagai cara dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang disajikan oleh pendidik.
Merupakan kerja keras setiap lembaga pendidikan (sekolah) untuk membiasekan anak-anak dalam pembelajarannya untuk melatih nalar kalau ingin kedepan  kita mau anak-anak generasi penerus ini menjadi generasi yang terbiasa mengolah pikiran, sehingga diharapkan kelak saat mereka menjadi bahagian dari sistem masyarakat mereka mampu memunculkan dan memperbaiki kreatifitas karena sudah dilatih sejak usia dini melalui pendidikan terutama di sekolah dan ditambah lagi lingkungan dirumah, semuanya butuh proses dan tidak didapat secara instan.
Hal tersebut senada yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Utami Munandar yang menyatakan pentingnya memupuk kreatifitas sejak dini dalam diri anak didik sebagai berikut:
Kreatifitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatifitas, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. Untuk mencapai hal itu perlulah sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini[6].

Dengan demikian kita berharap anak-anak  usia dini ini kelak bukan menjadi generasi yang hanya pandai menghabiskan yang ade dan tidak tau ape-ape lagi kalau sudah habis karena tidak terbiasa berpikir kreatif. Almarhumah mak penulis yang mulia Hj. Tengku Sribanun selalu mengingatkan sejak kami kecil bahwa “gunung emas akan habis bile ditakik terus”. Semakin besar dan mulai sekolah penulis menangkap perumpamaan tersebut mengandung makna yang tersirat antara lain sekaya apapun kita atau negara kalau sumber daya manusianya tidak bersumber daya tidak terbiasa berpikir kreatif semua akan tinggal kenangan.
Mudah-mudahan tulisan singkat ini menambah wawasan kita tentang pentingnya kreatifitas dimulai sejak usia dini.

Sekianlah
Pekanbaru, 6 Maret 2013 s.d 27 Maret 2013

Daftar Pustaka

Stephen P. Robbins dan Mary Coulter diterjemahkan oleh Harry Slamet, Manajemen
            Edisi kedelapan jilid 1, Indonesia: PT. Indeks, 2007.
Prof. Dr. Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat: Jakarta: Rineka
            Cipta, 2009.


[1] Biodata Singkat. Dra. ASMIDA, M. Pd adalah Kandidat Doktor Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta; S-1 bidang Pendidikan Matematika, FKIP UNRI, 1988; S-2 bidang Pendidikan Matematika, UPI Bandung, 2009; Sekarang Bertugas Sebagai Staf Bidang Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru; Pemilik dan Pendiri L2PTS; Hobbi menulis cerpen dan dongeng dimulai sejak tinggal di Bandung, disedikit waktu senggang yang dimilki diantara kesibukan sebagai mahasiswa tugas belajar Magister Bidang Pendidikan Matematika di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Kumpulan cerpen dengan cover “Sepetang Hatiku” dan beberape dongeng diantaranya “Kucing dan Harimau”, “Kancil dan anak Harimau”, “Pak Handi dan Mak Handi” sudah di publikasikan di http://l2pts.blogspot.com. Selain menulis cerpen dan dongeng, penulis juga menulis al: “Modul Integral Untuk Anak Paket C” sejak tahun 2009 akhir dan selesai tahun 2012, dimana modul ini  merupakan edisi revisi dari beberapa modul Matematika dan Integral yang ditulis sewaktu penulis masih menjadi pendidik, salah satu sub sudah di publikasikan di http://l2pts.blogspot.com dan http://learningcenterasmida.blogspot.com. Terbaru sejak tahun 2010 sampai tahun 2012, menulis buku untuk Kelompok Bermain Salah satu sub buku sudah di publikasikan di http://l2pts.blogspot.com/2012/06/dra-asmida-m-pd-matematika-sebagai-ilmu.html; Selain itu juga menulis artikel lepas, kumpulan artikel dengan cover “ Pekanbaru Menuju Kota 2 M?” sudah dipublikasikan secara terpisah di http://l2pts.blogspot.com; Hobbi lainnya al: fhotografi, menggambar abstrak, seni ukir, traveling, mendengarkan musik. Tahun 2013 aktifitas lainnya selain menulis cerpen, artikel lepas serta hobi lainnya, juga menulis materi tentang Irisan Bidang dengan Bangun Ruang, yang merupakan revisi dari modul sebelumnya, di publikasikan di  http://learningcenterasmida.blogspot.com.
 
[5] Stephen P. Robbins dan Mary Coulter diterjemahkan oleh Harry Slamet, Manajemen Edisi kedelapan jilid 1, (Indonesia: PT. Indeks, 2007), h. 414.
[6] Prof. Dr. Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Rineka Cipta, 2009), h. 31-32.

Minggu, 24 Maret 2013

Dra. ASMIDA, M. Pd; Cerpen:Lantak dielah


Cerpen:
Judul: Lantak dielah
Oleh:
Dra. ASMIDA, M. Pd[1]

Kau taukan aku tak pandai becakap kosong, disekeliling kite memang penuh orang muna kadang – kadang aku terlampau lugu, bukan kadang-kadang kau tu memang lugu dari dulu lagi, berape kali aku ingatkan hati-hati eehh….itulah aku sangke die kawan tapi ternyate die pecundang yah…orang semakin tamak. Aku jadi teringat yang diungkapkan Prof. Yufiarti dalam perkuliahan Filsafat beberape tahun lalu tentang  salah satu sifat manusia yang berperan dalam kehidupan seperti ketamakan.
Boleh dikatekan habislah modal aku, kate kawan-kawan die lari, ade yang nyakap ke daerah Jambi ade juge nyakap daerah Palembang entah mane yang betul, terakhir sekali die nganto bagi hasil keuntungan penjualan merica tu sekitar tahun 2003 kalau tak salah dekat bulan puase, mak masih ade waktu itu. Sudah tu lesap, dan kau tumpo dibuat die, marah ita panjang lebo dengan aku.
Semue aku jadikan pelajaran untuk lebih hati-hati…, sekarang ini aku boleh dikatekan tak ikut lagi kalau masalah macam tadi, keluo aje kalau tak penting-penting betul tak ade kadang-kadang kalau bisa diwakilkan aku tak pergi. Aku lebih banyak berkutat di Lentera yang merupekan lembaga tertinggi di lingkungan L2PTS yang menentukan arah kebijakan L2PTS baik ke dalam maupun keluar. Lentera singkatan ape tu, oh iye awak belum tau ye, itu singkatan dari Learning Center Asmida, ooo suailah tu…suai…ujar ita memuji sambil menganggukkan kepale. Banyak hal yang nak aku bereskan di L2PTS melaui Lentera ujarku pade ita sahabatku yang sudah menjadi Polwan sesuai cita-citanya tu yang kebetulan singgah ke tempatku. Betambah pendiamlah….kawan aku ni hehehe….memang aku pendiam? ujarku penasaran, macam mane ye, katekan pendiam… tidak pulak, payah nak mengungkapkannye bak kate Prof. Yufiarti,  filsafatnye tinggi.
Oh ye ini salah satu hasil Kelompok Belajar Usaha “Pucuk Rebung Berkaluk Pakis” dalam menjahit, ujarku saat ita terpaku menengok salah satu sulaman di dinding, selain itu ade juge usaha masakan tapi tak rutin sesuai pesanan, bahase kerennye usaha kateringlah ta.. eh maaf buk ita. Bangkitlah kau tu, akukan sekarang lagi tidak bertugas, siap ita hahaha serentak kami ketawe. Jadi ini bahagian dari L2PTS juge, eh tunggu..tunggu… cerite punye cerite sejak zaman bile awak tu ahli memasak setau aku keahlian awak tu masak air putih ujarku sebelum ita meneruskan ucapannye haha… dan satu lagi indomie waktu kite mahasiswa dulu itupun sekali sebulan hahaha…, kalau sekarang aku jamin kau tak pernah megang kompor lagi, hahaha….iye iye betul tu hahaha…sakit perut aku ketawe, kau tu ade aje, ini semue budak-budak tu yang mengejokannye kemenakan aku sekaligus sebagai pengelola.
Tibe-tibe….ita membuat aku menyeruak long term memoryku yang telah aku kubur dalam-dalam. Pemandangan itu masih membekas dalam ingatan diantara sedih dan gembira tak mampu kulukiskan dengan semua kata-kata. Terbayang sesosok wajah yang selalu mengisi hari sampai kejadian itu datang. Kau masih ingatkan due buah garis sejajar, itulah yang terjadi. Ujar aku saat ita tibe-tibe menanyekan seseorang yang aku malas mengingat name die lagi. Maksud awak kalian tidak bersame? kutarik napas pelan lalu kujawab dengan sedikit anggukan dan tersenyum sedih.
Sakit otak aku mikirkan kalian bedue ni, sekarang dimane die, ujar ita macam tak percaye. Aku tak tau, semenjak itu aku putus segala-galanya dengan die, kami dengan kehidupan masing-masing, engkau ni macam polisi aje nanye, oi lupe ke.. kawan engkau ni memang polisi, oh iye sorry buk polwan? aku lupe gurauku  abis awak pakai baju reman. Jadi mane die ujar ita masih penasaran, tak perasan aku ta, tak ngurus lagi de? lantak dielah.
Selesai
Pekanbaru, 16 Maret 2013 sd 24 Maret 2013.


[1] Biodata Singkat. Dra. ASMIDA, M. Pd adalah Kandidat Doktor Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta; Pemilik dan Pendiri L2PTS; Sekarang Bertugas Sebagai Staf Bidang Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru; Hobbi menulis cerpen dan dongeng dimulai sejak tinggal di Bandung, disedikit waktu senggang yang dimilki diantara kesibukan sebagai mahasiswa tugas belajar Magister Bidang Pendidikan Matematika di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Kumpulan cerpen dengan cover “Sepetang Hatiku” dan beberape dongeng diantaranya “Kucing dan Harimau”, “Kancil dan anak Harimau”, “Pak Handi dan Mak Handi” sudah di publikasikan di http://l2pts.blogspot.com. Selain menulis cerpen dan dongeng, penulis juga menulis al: “Modul Integral Untuk Anak Paket C” sejak tahun 2009 akhir dan selesai tahun 2012, dimana modul ini  merupakan edisi revisi dari beberapa modul Matematika dan Integral yang ditulis sewaktu penulis masih menjadi pendidik, salah satu sub sudah di publikasikan di http://l2pts.blogspot.com dan http://learningcenterasmida.blogspot.com. Terbaru sejak tahun 2010 sampai tahun 2012, menulis buku untuk Kelompok Bermain Salah satu sub buku sudah di publikasikan di http://l2pts.blogspot.com/2012/06/dra-asmida-m-pd-matematika-sebagai-ilmu.html; Selain itu juga menulis artikel lepas, kumpulan artikel dengan cover “ Pekanbaru Menuju Kota 2 M?” sudah dipublikasikan secara terpisah di http://l2pts.blogspot.com; Hobbi lainnya al: fhotografi, menggambar abstrak, seni ukir, traveling, mendengarkan musik. Tahun 2013 aktifitas lainnya selain menulis cerpen, artikel lepas serta hobi lainnya, juga menulis materi tentang Irisan Bidang dengan Bangun Ruang, yang merupakan revisi dari modul sebelumnya, di publikasikan di  http://learningcenterasmida.blogspot.com.