Tugas Individu
INOVASI DALAM
MANAJEMEN PENDIDIKAN KAITANNYA DENGAN
UJIAN NASIONAL
Mata Kuliah: Inovasi Dalam
Manajemen Pendidikan
Dosen: Prof. Wibowo
Oleh:
ASMIDA
Nomor Registrasi: 7617101479
PROGRAM
STUDI DOKTOR (S3)
MANAJEMEN
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2012
INOVASI
DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN KAITANNYA
DENGAN UJIAN NASIONAL
Oleh:
ASMIDA / Noreg. 7617101479/S3 MP UNJ
HP: 08127620849
A. PENDAHULUAN
Menyikapi permasalahan Ujian Nasional yang
tidak pakai habisnya ini saya tibe-tibe teringat suatu ungkapan yang kira-kira
bunyinya seperti berikut “sedangkan kita menanam padi masih tumbuh ilalang apekah
lagi kalau kite menanam ilalang tidak akan mungkin pernah tumbuh padi”. Gambaran
perumpamaan tersebut penulis sampaikan dalam kaitannya dengan kebijakan pemerintah yang tetap melaksanakan Ujian
Nasional ditengah gonjang ganjingnya permasalahan yang menyangkut Ujian
Nasional di masyarakat.
Permasalahan tersebut antara lain yang penulis rangkum dari hasil pengamatan
serta pendapat beberape pakar dibidang pendidikan
seperti adanya peserta didik yang bagus dalam proses belajarnya selama tiga
tahun belajar disekolah ternyata tidak lulus sedangkan peserta didik yang
hampir tidak pernah mengikuti proses belajar lulus. Dan ironisnya mereka
(peserta didik) begitu bangga akan keberhasilannya telah lulus Ujian Nasional
(UN), begitu pule dengan pengelola sekolah, guru, orang tua.
Menyikapi hal tersebut, timbul satu
pertanyaan dari begitu banyak pertanyaan yang ingin disampaikan. Apa yang akan
terjadi pada generasi muda kita kelak
sewaktu mereka menjadi bahagian dari sub sistem dari sistem masyarakat,
sedangkan hal yang baik aja kite ajarkan pada peserta didik belum akan menjamin
mereka akan tetap baik dalam konteks yang luas sewaktu mereka menjadi bahagian dari
sistem di masyarakat.
B. MANAJEMEN PENDIDIKAN SAAT INI
Fenomena diawal tulisan ini menggambarkan
kurangnya kemampuan dan komitmen pemimpin (kepala sekolah) untuk mengedepankan
mutu di lembag pendidikan (sekolah) yang dipimpinnya. Lembaga pendidikan secara
umum adalah tempat peserta didik yang merupakan salah satu subsistem dari sistem di lembaga pendidikan
(sekolah) merancang masa depan mereka sendiri melalui perencanaan
kegiatan-kegiatan yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan (sekolah).
Melalui kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh elemen - elemen sekolah khususnya pendidik (guru) dikelas, diharapkan
mampu membuat peserta didik menggantungkan cita-citanya akan jadi apa mereka
kelak dikemudian hari, jangan sampai semuenye dikacaukan dengan kebijakan Ujian
Nasional yang salah kaprah.
http://l2pts.blogspot.com/2012/04/artikel-pendidikanberbasis-keunggulan.html
diakses 6 Mei 2012 menyatakan akibat
UN yang salah kaprah ini, kegiatan guru lebih focus menjejali peserta didik
dengan materi pelajaran dengan cara menghapal atau meniru apa yang ditulis oleh
pendidik (guru). Dan yang lebih merusak lagi, dan sudah merupakan rahasia umum
berbagai cara dilakukan oleh sistem sekolah agar siswanya berhasil lulus Ujian
Nasional. Dengan demikian sekolah mendapat pujian, kepala sekolah mendapat
pujian pokoknya semua senang.
Selanjutnya masih dalam sumber yang sama Ujian nasional yang
seharusnya dapat dijadikan umpan balik, untuk melihat peta elemen dalam
sistem internal sekolah, seperti kemampuan pemimpin (kepala sekolah), guru,
siswa begitu pula sarana prasarana lainnya, tidak mampu dipantau oleh
pemerintah. Itu yang penulis katakan diawal tulisan ini sebagai Ujian Nasional
(UN) yang salah kaprah.
Hal senada seperti yang
diungkapkan oleh http://edukasi.kompas.com/read/2012/05/02/19545888/Guru.Besar.ITB.Sebut.UN.Sesat
Diakses 5 Mei 2012
Guru Besar Ilmu Matematika dari Institut Teknologi Bandung, Iwan Pranoto,
menyebut ujian nasional yang dipraktikkan pemerintah saat ini adalah kebijakan
yang keblinger.
C. MANAJEMEN PENDIDIKAN DIHARAPKAN
http://inopend3.wordpress.com/2011/01/11/inovasi
dalam-manajemen-pendidikan/ diakses 3 Mei 2012 Manajemen pendidikan ialah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin,
mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakat
dan kebangsaan (Biro Perencanaan Depdikbud, 1993:4 ).
Hal senada dalam
http://www.taspen.com/files/humas/UUD%201945.pdf diakses tgl 5 Mei 2012 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Bab XIII yang mengatur tentang Pendidikan Dan Kebudayaan Pasal 31 ayat (3) menyatakan Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Namun kenyataannya
Undang-Undang yang bagus dalam tatanan
konsep tersebut menurut penulis tidak mampu disikapi oleh lembaga pendidikan
baik Formal, Non Formal maupun Informal. Sudah rahasia umum berbagai
kepentingan yang menyebabkan tidak mampunya manajemen sekolah untuk bersikap
konsisten menghiasi dunia pendidikan kita menambah semakin buramnya arah
pendidikan di negeri ini.
Menurut penulis dibutuhkan keberanian pemimpin (kepala sekolah)
untuk mengubah pola pikirnya sendiri dalam menyikapi kebijakan Ujian Nasional
yang mau tidak mau harus dijalani.
D. INOVASI MANAJEMEN PENDIDIKAN YANG DIPERLUKAN
Menurut
Prof. Azis (http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/inovasi
pendidikan/diakses 15 januari 2012 ). Inovasi berarti
mengintrodusir suatu gagasan maupun
teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan.
Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Contoh
bidangnya adalah : Managerial, Teknologi, Kurikulum.
Selanjutnya http://l2pts.blogspot.com/2012/04/dra-asmida-m-pd-artikel-isu-isu-penting.html
yang diakses 6 Mei 2012 menyatakan inovasi kemampuan seseorang untuk melakukan
suatu penemuan (bukan penemuan yang benar-benar murni baru), tapi penemuan yang
berawal atau terinspirasi dari penemuan sebelumnya sebagai landasan. Hasil
konstruksi yang diperolehnya dapat dipergunakan dalam berbagai kegiatan
misalnya: salah satu cara guru untuk menarik minat siswa didalam belajar
geometri.
Kegiatan pembelajaran tersebut
dikemas oleh guru dengan melakukan berbagai inovasi dalam proses
pembelajarannya sehingga kegiatan pembelajarannya mencapai hasil yang
diinginkan. Peserta didik terbiasa berpikir menyelesaikan berbagai masalah,
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan sebagainya, diharapkan seiring dengan
perjalanan waktu saat mereka menjadi bahagian dari sistem di masyarakat secara
utuh, mereka mampu apapun profesinya di masyarakat kelak untuk menyikapi
berbagai persoalan secara bijaksana.
Proses pencapaian inovasi tersebut tidak didapat secara instan
tapi dari seorang pendidik (guru) yang
mempunyai kemampuan tinggi dalam penguasaan materi pelajaran, kemudian
ditambah pengalaman serta kecintaan
terhadap profesinya menyebabkan ia mampu meramu materi pelajaran sesuai dengan
kemampuan peserta didik dan kondisi masyarakat tempat sekolah itu berada.
Dengan demikian keberhasilan peserta
didik tidak bisa dilihat dari satu aspek hasil Ujian Nasional saja, walaupun
sekarang sudah dimasukkan ujian sekolah namun hal tersebut bukan merupakan
suatu solusi dari berbagai permasalaan yang ditimbulkan dilapangan. Jadi
dibutuhkan inovasi dari manajemen sekolah kalau menginginkan kelak peserta
didiknya menjadi orang pemikir bukan hanya pemakai.
Hal senada seperti diungkapkan oleh Guru Besar Ilmu Matematika dari Institut
Teknologi Bandung, Iwan Pranoto dalam http://edukasi.kompas.com/read/2012/05/02/19545888/Guru.Besar.ITB.Sebut.UN.Sesat
Diakses 5 Mei 2012
Dia pun mengungkapkan hasil riset yang dilakukan Massachusetts Institute of
Technology dengan Harvard University yang menyebut dua kemampuan yang wajib
dimiliki manusia masa depan adalah berpikir kompleks dan komunikasi.
Masih dalam sumber yang sama Guru Besar Ilmu Matematika dari
Institut Teknologi Bandung tersebut menegaskan menurut penelitian tersebut berpikir
kompleks adalah kemampuan memecahkan masalah yang belum pernah dihadapi
sebelumnya. Kesimpulan tersebut diambil barangkali karena ramalan bahwa
permasalahan di masa mendatang bakal dinamis. Namun, yang dilakukan UN saat ini
justru sebaliknya. Menurut Iwan, siswa hanya dipaksa menghafal tanpa diberi
kesempatan menggunakan akalnya untuk memecahkan sendiri.
E. KESIMPULAN
1. Inovasi
berarti mengintrodusir suatu gagasan
maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti
perubahan
2. inovasi
kemampuan seseorang untuk melakukan suatu penemuan (bukan penemuan yang
benar-benar murni baru), tapi penemuan yang berawal atau terinspirasi dari
penemuan sebelumnya sebagai landasan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/inovasi
pendidikan/diakses 15 januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar