Kamis, 26 April 2012

Dra. ASMIDA, M. Pd. Artikel PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN DAERAH


ARTIKEL

PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN DAERAH

Tugas Individu
Mata Kuliah: Isu-isu Kritis Pendidikan
Dosen: Prof. Dr. H. Djaali



Oleh:
ASMIDA
Nomor Registrasi: 7617101479

PROGRAM STUDI DOKTOR (S3)
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012

ARTIKEL  

PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN DAERAH

Oleh:
ASMIDA / 7617101479
HP: 08127620849



A.   Latar Belakang
Terlampau banyak permasalahan negeri ini, tumpang tindih, tanpa ada solusi yang jelas. Belum selesai satu permasalahan, muncul permasalahan yang lainnya. Apa yang salah dari negeri yang penuh ragu ini? Terserah pada orang yang mempersepsikannya. Semua orang punya kebebasan untuk menyampaikan pendapat. silakan saja.
Namun menurut penulis, bila kita cermati dengan seksame, akar permasalahnya adalah pada Pendidikan. Pendidikan kita tidak mampu menjawab berbagai tantangan kedepan. Secara umum berdasarkan pengamatan, pendidikan kita gersang kreatifitas, pendidikan kita seperti tidak berjiwa. Para pendidik (guru),  tidak mampu berinteraksi secara akademis dengan peserta didik.
Kecendrungan guru untuk menyamakan kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran, menjadikan kegiatan pembelajaran seperti pelepasan utang mengajar. Berdasarkan pengamatan masih banyak, para guru yang tidak mau mengubah paradigma mereka dalam mengajar. Peserta didik tidak dibiasakan untuk berpikir.
Selain ketidak mampuan  mengolah atau meramu materi yang akan disampaikannya pada peserta didik. Penyebab lainnya adalah ketakutan sekolah dengan Ujian Nasional. Akibat UN yang salah kaprah ini, kegiatan guru lebih focus menjejali peserta didik dengan materi pelajaran dengan cara menghapal atau meniru apa yang ditulis oleh pendidik (guru). Dan yang lebih merusak lagi, dan sudah merupakan rahasia umum berbagai cara dilakukan oleh sistem sekolah agar siswanya berhasil lulus Ujian Nasional. Dengan demikian sekolah mendapat pujian, kepala sekolah mendapat pujian pokoknya semua senang.
Ujian nasional yang seharusnya dapat dijadikan umpan balik,  untuk melihat peta elemen dalam sistem internal sekolah, seperti kemampuan pemimpin (kepala sekolah), guru, siswa begitu pula sarana prasarana lainnya, tidak mampu dipantau oleh pemerintah. Itu yang penulis katakan diawal tulisan ini sebagai UN yang salah kaprah.
Kalaulah itu yang menjadi titik tolak kita, penulis setuju apa yang dikatakan Prof. Dr. H. Djaali bahwa puluhan atau seratus tahun  kedepan (seperti masa kerajaan Majapahit), Indonesia mungkin sudah tidak ada. Atau keberadaannya hanya sebagai symbol dari penjajahan dalam bentuk yang berbeda.
Hal senada juga disampaikan oleh Tilaar (2006; 13) sebagai berikut: Pendidikan nasional hendaknya sejak dini menyadari akan bahaya-bahaya yang tersembunyi tersebut sehingga upaya kita yang semula untuk dapat duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan bangsa –bangsa yang lain, akhirnya kita menjadi budak-budak dari bangsa-bangsa yang lain didalam pergaulan global.
Menurut penulis, tidak mustahil hal tersebut akan terjadi, karena  sumber daya manusianya tidak bersumber daya. Sumber daya manusianya hanya dididik untuk meniru yang sudah ada, sumber daya manusianya hanya dijejali dengan kebanggaan akan kekayaan sumber daya alam yang berlimpah, namun tidak mencoba menggugah peran serta peserta didik  jikalau sumber daya alam habis dan tidak bisa diperbaharui, sementara sumber daya manusianya tidak tau apa-apa. Yang lebih ironis lagi sumber daya alam negerinya habis, sedangkan penduduknya miskin segala-galanya.
Tidak menutup kemungkinan, tiap peserta didik menghayal akan harta karun yang dimiliki oleh negara ini, mungkin saja beberapa diantara mereka ada yang berpikir bagaimana cara menghabiskannya.  Dan kecil kemungkinan dikepala mereka berpikir bagaimana mengelola sumber daya alamnya kelak untuk kepentingan orang banyak. Selain itu tidak menutup kemungkinan peserta didik hanya mampu membanggakan sumber daya alam daerahnya yang kaya saja.
Hal tersebut mungkin saja terjadi,  pendidik (guru) harus ingat, peserta didik datang dari berbagai latar belakang keluarga yang mempunyai pola pikir yang beragam, begitu pula pendidikannya. Dengan demikian tidak semua peserta didik mempunyai kemampuan berpikir  (kognitif) yang kuat. Disinilah penting seorang pendidik yang mempunyai jiwa, yang mampu menggerakkan hati peserta didiknya agar nantinya mereka tidak menjadi penonton habisnya sumber daya alam yang dimiliki secara perlahan.
Dan menurut penulis penting seorang pendidik mengingatkan bahwa hal tersebut tidak akan pernah terjadi, bila sumber daya manusia tersebut (peserta didik) mencintai daerahnya, mengenal daerahnya dengan hati sehingga mampu  berpikir bagaimana menggali  potensi daerah yang dimilikinya, melestarikan budaya daerahnya dan sebagainya. Itu semua tidak diperoleh hanya dengan slogan-slogan atau mimpi-mimpi, yang membuat sumber daya manusianya tertidur tapi dalam bentuk nyata.
Mungkin, kita tidak akan melihat hasilnya dalam hitungan hari, karena membangun pendidikan tidak sama dengan membangun mall, tempat hiburan, atau tempat apalah namanya. Tapi penulis yakin dengan berjalannya waktu, diantara mereka pasti ada yang mampu berpikir kedepan tanpa ragu. Itu harus dimulai dari pendidikan yang peduli akan daerahnya.
Tulisan singkat ini mencoba menggugah pandangan kita akan pentingnya pendidikan berbasis keunggulan daerah.

B.   Pengertian Pendidikan

1.    Menurut prof dr john dewey
Pendidikan adalah suatu proses pengalaman karena kehidupan adalah pertumbuhan. Pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang.

2.    Menurut prof h mahmud yunus
Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi, agar si anak hidup bahagia serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.

 3. Pengertian pendidikan menurut Wikipedia
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dari  beberapa pendapat tersebut, bila kita cermati secara detil didalam pengertian pendidikan tersebut, menurut penulis terkandung   berbagai makna antara lain:
a)    Pentingnya pendidik yang benar-benar berkualitas, pendidik yang mampu membentuk peserta didiknya mempunyai visi diri, pendidik yang menghargai kemampuan yang berbeda dari peserta didiknya, pendidik yang cerdas yang memiliki berbagai cara untuk menggali potensi yang terpendam dari peserta didik.

b)    Pendidik yang mampu mengembangkan proses pembelajarannya menjadi bermakna, melalui interaksi-interaksi akademis dengan berbagai elemen peserta didik sebagai salah satu sub system dari system sekolah.  Dengan adanya interaksi akademis  antar pendidik dan peserta didik maupun sesame peserta didik, diharapkan akan memunculkan kepekaan peserta didik dalam melihat lingkungan internal maupun eksternal mereka.
Peserta didik adalah sub sistem dari sistem yang berada disekolah, setelah mereka menamatkan pendidikannya disekolah, mereka akan keluar ke masyarakat. Mereka akan menjadi salah satu  elemen dari system masyarakat.   Bekal apa yang telah disiapkan oleh lembaga pendidikan khususnya oleh pendidik yang bermutu  agar peserta didik bermanfaat di masyarakat, sehingga terwujud pendidikan yang bermutu.  http://www.seruit.com/index.php/pendidikan/143-opini/1252-membangun-pendidikan-yang-bermutu Diakses 18 Februari 2012,  menyatakan bahwa pendidikan yang bermutu adalah titik tolak sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat yang cerdas dan berperadaban tinggi.
C.   Pengertian Pendidikan Yang Berbasis Keungulan Daerah
UU Sisdiknas No 20 tahun  2003 pada pasal 37 ayat 1 bahagian (j), menyatakan  bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat tentang muatan local. Kepedulian pemerintah akan pentingnya muatan local disambut positif dari berbagai kalangan pendidikan.
Diknas dalam program Sosialisasi KTSP  yang diambil dari http://io.ppijepang.org/v2/index.php?option=com_k2&view=item&id=272:apa-yang-seharusnya-diajarkan-kepada-anak-tentang-kota-dan-transportasi-? Diakses 24 Februari 2012 menyebutkan bahwa tujuan khusus dari mulok adalah : memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Lebih jelas lagi terutama agar peserta didik dapat:
1.    Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya.
2.    Memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya sebagai bekal siswa.
3.     Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional
Definisi dari muatan lokal menurut Diknas adalah kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal dapat ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Selanjutnya masih dalam sumber yang sama, Diknas juga mengelompokkan beberapa materi pelajaran sebagai bagian atau dapat dijadikan sebagai materi muatan lokal yaitu, bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
Dengan demikian bila masing-masing komponen negeri ini khususnya di kota Pekanbaru, konsisten untuk memajukan daerahnya, maka haruslah berawal dari pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang berakar dari keunggulan daerah sebagai titik tolak untuk menumbuhkan kecintaan pada daerahnya antara lain dengan menjaga kelestarian, menciptakan lingkungan yang bersih, kenyamanan.
Dengan dukungan masyarakat, pemerintah terutama pembelajaran yang dinamis disekolah akan memudahkan tumbuhnya daya saing, kreativitas pada siswa sehingga diharapkan nantinya akan tercipta sumber daya manusia yang handal dalam otak juga punya jiwa cinta negeri. Hal tersebut bukan berarti, dalam lingkungan yang tidak  bersih dan tidak nyaman tidak dapat  menumbuhkan kreativitas. Study dari Gray dalam Munandar,U (2009;119) menyatakan bahwa masyarakat yang sehat dan sejahtera akan memupuk kreativitas.
D.   Pengenalan Daerah dan Budaya Daerah Sebagai Salah Satu Muatan Lokal
Menurut pengamatan penulis, pendidikan yang berbasis keunggulan daerah (mulok), sering diartikan  oleh sekolah hanya pada beberape aspek.  Salah satunya yang paling sering adalah kegiatan masak memasak. Kegiatan tersebut bagus, namun hendaknya dapat dijadikan ajang untuk lebih mengenal keberagaman tiap kabupaten di di  Provinsi Riau bukan hanya hal yang bersifat rutin. Misal sebagai contoh guru bisa mulai dengan menampilkan potensi yang dimiliki oleh salah satu kabupaten di Provinsi Riau misal kabupaten kepulauan Meranti yang memiliki potensi unggulannya seperti:  Migas, Sagu, Kelapa dan Karet
Siswa diajak untuk mendiskusikan salah satu keunggulan yang dapat dikembangkan disalah satu kabupaten di Provinsi Riau tersebut misal dalam produksi sagu. Sagu merupakan salah satu makanan pokok didaerah ini, selain nasi. Guru hendaknya memberi informasi disesuaikan dengan kondisi daerah tempat bertugas. Kalau daerah perkotaan jangan hanya bercerita, tapi tayangkan pada peserta didik kegiatan tersebut berupa gambar melalui TV, atau kalau disekolah tersebut  sudah bisa mengakses internet silakan saja guru menampilkan tayangan  tersebut misal dimulai dari peta kabupaten Meranti tadi dengan beberapa keunggulannya.
Pendidik dapat merancang misal dengan melakukakan kegiatan sebagai berikut: Mengunjungi pabrik sagu, suruh diantara mereka membawa tape recorder atau yang sejenis yang memungkinkan mereka mengadakan pengamatan sekaligus belajar mewawancarai tentang daerah yang dikunjungi untuk memperdalam kajian mereka tentang tumbuhan sagu.
Sebelum berangkat, guru hendaknya mengarahkan siswa untuk mempersiapkan pertanyaan yang ingin mereka tanyakan sesampainya dilokasi. Berikan arahan seperlunya tentu disesuaikan dengan tingkatan siswa. Makin tinggi tingkatan siswanya tentu makin tinggi kognitifnya bukan afektif atau psykomotor,  jangan sampai guru salah sehingga menyamakan cara menyampaikan semua materi pelajaran. Sehingga materi tersebut menjadi membosankan dan tidak bermakna apa-apa.
Namun harus diingat guru harus sudah menguasai materi tersebut, sehingga interaksi akademis yang terjalin antara guru dan siswa akan mencapai sasaran. Guru harus dinamis, dan mau menerima wawasan siswanya yang mungkin lebih dahulu mengetahui melalui berbagai sumber belajar, yang mungkin saja belum terbaca oleh guru.
 Inilah menurut pengamatan penulis salah satu kelemahan pendidik kita. Secara umum, guru tidak mau berkorban membenahi sistem pembelajarannya yang hanya bagus dalam tatanan untuk menyenangkan pimpinan (kepala sekolah) maupun orang tua malahan masyarakat. Sehingga kemampuan siswa yang seharusnya optimal tidak terpenuhi.
Siswa yang sejak kecil telah menunjukkan kemampuan tinggi dalam kognitif (siswa berbakat) ditambah lagi dengan pendidikan dari pendidik dirumah (khususnya orang tua), guru di sekolah, maupun guru di lingkungan masyarakat luput dari pantauan guru.  Padahal keterkaitan itu akan dapat menimbulkan kemauan,  ketekunan dan kemandirian yang luar biasa yang terbentuk  dari dalam diri siswa.
Selain itu masih banyak potensi-potensi daerah yang bisa dikembangkan dan dipaparkan pada siswa misalnya: memperkenalkan dan memberdayakan mengenai batik Riau. Sehingga mereka tau, batik bukan hanya ada di Jawa yang selama ini banyak mereka kenal.
 http://www.riaudailyphoto.com/2010/04/batik-tabir-riau.html diakses 23 Maret 2012, menyatakan Batik Riau hadir sejak 1985 melalui ide untuk melestarikan desain dan budaya Riau Melayu melalui kain. Selanjutnya masih dalam sumber yang sama, selain di Kota Pekanbaru, batik Riau juga telah dikembangkan di Kabupaten Siak dengan nama Batik Tabir, sedangkan di Kabupaten Kampar dan juga di Kabupaten Rokan Hulu dengan memakai motif khas daerah yang bersangkutan.
Siswa dapat kite suruh mengamati setiap detil khasanah kekayaan Provinsi Riau salah satunye melalui batik dengan segala corak ragamnya tersebut. Munculkan  minat dan bakat peserta didik, dalam hal seni lukis, bisnis dan sebagainya. Bisa kita bayangkan hanya dengan satu budaya batik Riau, selain menambah wawasan siswa akan provinsi Riau, kite juge mampu mengembangkan berbagai peluang kehidupan peserta didik kelak saat menjadi bahagian dari sistem masyarakat.
Namun sangat disayangkan, ketidakmampuan ketidak mengertian pemimpin (kepala sekolah) beserta elemen yang berada dalam sistem sekolah  menyebabkan pembelajaran tersebut kering makna. Mereka tidak mencintai daerahnya dalam arti yang sebenarnya. Begitu banyak keunggulan daerah yang dapat diberdayakan dalam membuat pembelajaran bermakna misal memberikan informasi potensi sumber daya alam yang dimiliki daerah seperti minyak bumi, getah (karet), kelapa dan sebagainya.
Begitu pula dengan Potensi wisata  Riau selain wisata sejarah seperti wisata Istana Siak  juge ade wisata riau lainnye antara lain seperti  
yang dikutip dari
http://www.riaudailyphoto.com/search/label/WISATA%20RIAU diakses 23 Maret 2012 yaitu wisata pantai Selat Baru Bengkalis, , Istana Sayap Pelalawan, Danau Zamrud , desa wisata buluhcina.
Pemimpin harus mempunyai kemampuan berpikir kedepan, mempunyai visi keberhasilan, tanpa itu sulit seorang pemimpin akan berhasil mengelola lembaga yang dipimpinnya. Pemimpin yang mampu merancang berbagai  kegiatan-kegiatan yang mengarahkan peserta didik untuk mampu menganalisa berbagai problem tentang sumber daya yang dimiliki dalam pembelajaran yang sederhana sesuai dengan daya tangkap masing-masing siswa.
Hal tersebut senada dengan salah satu teori yang dikemukakan oleh Starratt J.S (2007; 26:27) sebagai berikut: kepemimpinan mewujud dalam setiap kesadaran atas peran, perasaan bahwa begitu penting dan berartilah apa yang telah dilakukan atau dicapai para anggota, perasaan bahwa tindakan yang dituntut memang penuh makna dan nilai, dan kesadaran mendalam akan dimensi-dimensi heroik dari lembaganya.
Ketidak mampuan pemimpin (kepala sekolah) dalam mengorganisir seluruh komponen – komponen yang berada dalam system sekolah,  merupakan awal dari siklus gagalnya  tujuan dari organisasi sebagai suatu system di sekolah. Kegagalan tersebut akan menyebar  keseluruh tatanan kehidupan, saat siswa sebagai salah satu sub  system disekolah  setelah menjalani proses transformasi disekolah, akan menjadi output, terjun kemasyarakat, kemudian mereka akan menjadi outcome.
Beberapa contoh berikut merupakan gambaran betapa pengambil kebijakan didaerah ini, yang tidak mengerti dengan budaya daerahnya seperti:
1.    Masalah Selembayung yang diletakkan di tong sampah.
Peristiwa ini benar-benar mencoreng filosofi yang terkandung dalam selembayung. Kritikan tajam dari bapak Tenas Efendi , budayawan sekaligus ketua umum Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau, seperti yang dikutip dari Koran Riau, sabtu, 25 Februari 2012/ 2 Rabiul Akhir 1433 - Edisi 1095 tahun III mengatakan: "Mereka itu memandai-mandai tidak tahu dengan nilai falsafah budaya melayu. Mereka hanya memikirkan keindahan saja, dan mengabaikan falsafahnya”
Selanjutnya masih dalam sumber yang sama bapak Tenas Efendi menjelaskan falsafah selembayung adalah, “kita mengadahkan tangan untuk mendapatkan rahmat, anugerah dan rahmat kepada ALLAH SWT, agar rumah kita mendapatkan berkat dari ALLAH SWT”
2.    Masalah Tugu Zapin
Tugu zapin yang terletak didepan gedung gubernur, sebenarnya merupakan simbol menyambut kedatangan tamu kerajaan. Pada zaman kerajaan dulu salah satu acara yang disajikan pada saat penyambutan tamu-tamu agung pembesar kerajaan. Namun sangat disayangkan filosofi yang ada pada tarian tersebut menjadi tercemar karena sipembuat tugu tidak mengerti dan tidak  bertanya kepada para budayawan negeri ini, tentang filosofi yang terkandung dalam tarian tersebut.
Tidak adanya konfirmasi dalam setiap detil pembuatan menyebabkan  tugu zapin terkesan asal siap, asal jadi dan asal segalanya. Wajar pada akhirnya menimbulkan berbagai polemik di masyarakat. Hal tersebut sangat berbeda bila kita bandingkan dengan pembuatan patung lilin salah satu cucu Ratu Inggris dibeberapa media. masa beberapa waktu lalu. Setiap detil pembuatannya selalu di cek ulang oleh sipembuat patung ke Istana untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Saya sendiri tidak menyangka hal tersebut adalah patung lilin kalau tidak membaca ulasan pemberitaan tersebut.
3.    Masalah Sampah
Beberapa hal yang penulis tangkap dari pemberitaan Koran Riau Pos, 21 Februari 2012 halaman 35 dengan judul “Undang Investor Jerman Kelola Sampah”, adalah: dari analisis yang dilakukan di laboratorium, ternyatanya sampah yang dihasilkan oleh Pemko Pekanbaru  itu sebaiknya tidak diolah yang sifatnya untuk tekhnik. Selanjutnya masih dalam sumber yang sama, mereka mengatakan, sampah yang kita hasilkan sekarang ini lebih cocok digunakan, untuk bahan dasar pupuk urea karena kadar haranya lebih berorientasi kepada pupuk.
Tulisan diatas sekaligus menggambarkan ketidakberdayaan dan kepercayaan kita kepada kemampuan sendiri. Kita terlampau bangga dengan negara lain. Hal ini bukan berarti kita harus tertutup pada negara-negara yang telah maju.
E.   Kesimpulan

1.    Pentingnya komitmen nyata, dari pimpinan untuk merubah pola pikir akan pentingnya menjadikan keunggulan daerah sebagai awal untuk mencintai daerah, mencintai budaya daerah, mengenal daerahnya dan memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan kesejahteraan rakyat tempatan tersebut.

2.    Kesejahteraan rakyat tempatan (Provinsi Riau), bukan hanya  membawa harum nama Riau sendiri tapi juga Indonesia, karena Provinsi Riau merupakan salah satu elemen dari sub system di   Indonesia.

3.    Tidak mungkin peserta didik (apapun profesinya nanti) akan mampu berpikir mencintai daerahnya,  dan kelak saat terjun ke masyarakat ( lingkungan eksternal ) akan mampu berpikir untuk menangani berbagai masalah negeri ini (khususnya provinsi Riau), bila lingkungan internal sekolah tidak mengajarkannya untuk membiasakan diri mengenal keunggulan daerahnya.





Daftar Pustaka

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
            Sistem Pendidikan Nasional


Koran Riau, sabtu, 25 Februari 2012/ 2 Rabiul Akhir 1433- Edisi 1095 tahun III.


Starratt J.S (2007). Menghadirkan Pemimpin Visioner Kiat Menegaskan
            Peran Sekolah: Yogyakarta: Kanisius.

Utami. M (2009) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
            Rineka Cipta.

Harian Pagi Rakyat Riau No. 1397 Tahun VII
Riau Pos, 21 Februari 2012/ 28 Rabiul Awal 1433  halaman 35



Tidak ada komentar:

Posting Komentar