Cerpen.
Judul: Kepurun
juge ade.
Oleh:
Dra.
ASMIDA, M. Pd
Staf
Bidang Pengembangan PLS Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru
Lagu
my heart wil go on mulai menghiasi ruang kerjeku di Learning Center Asmida, yang
masih tahap perbaikan, tibe-tibe dalam bingkai sepi, tak mampu kutepis, sosok
wajah orang yang kucintai, kusayangi, menyeruak saat terakhir bersame. Sedang mengape die sekarang ye? Kubiarkan
butir-butir rindu itu mengalir, bagai aliran sungai sail yang hampir tidak
pernah sepi dari senyumku, saat melewatinye, melalui jembatan yang lumayan
comel, yang dibangun untuk memudahkan orang lewat.
Tadi,
sungai sail membuat aku tersenyum lebar, melihat pemandangan yang tak mampu
kualihkan tanpa sedikit melirik anak – anak bergembira meloncat dari jembatan,
dan hanyut dalam tawa ria seperti kejadian pagi tadi, saat perjalanan meninjau
penataan ruang baru “Learning Center Asmida”. Tak mampu ketepis senyumku saat kenangan
masa kecil di kota sagu Selat Panjang membayang, yang tak akan terlupakan
sampai kapanpun.
Yah..,
masih terbayang dilintasan wajahku yang tentunya sudah tak seimut dulu lagi
hahaha…, saat menengok air pasang[1] yang tidak seperti
biasenye melanda daerah tempat tinggal kami di Selatpanjang, masa yang ditunggu
anak-anak sebayaku tanpa tau akibat yang ditimbulkan, tidak peduli penyakit
musim pasang yang datang seperti gatal-gatal, kudis dan sebagainya, tak peduli.
Bermain sampan yang dibuat dari pelepah pokok kelape, ade juge yang kami buat dari
kayu bloti bekas, yang ditancapkan paku dibahagian depannye setelah itu baru dikasih
tali.
Sampan
buatan sendiri itu, kami heret (bace: henget)[2] sambil berlari lari kecil di
sepanjang jalan yang digenangi air pasang, tak peduli air pasang yang bewarna
coklat keruh itu, yang telah becampur dengan berbagai bentuk sampah, berlarian tanpe
kasut[3]. Semakin deras aliran air pasang
menuju tempat yang rendah, semakin gile kami berpetualang, begitu pule saat air
pasang mulai surut, sampan yang sudah tidak bisa bejalan lagi, kami bawak ke
parit dan mulai berlarian disepanjang tepian parit yang lumayan tinggi
ditumbuhi rumput. Tak sampai disitu, kami terus bergerak membuat sampan dari
kertas atau dari daun nangke dengan bermacam model, untuk diperlombakan diparit
depan rumah, yang airnye lumayan deras. Saat perlombaan tepekik telolong[4]lah mengejo sampan
masing-masing.
Kutepikan
motor kesayanganku si merah, yang setia di setiap perjalananku di kota panas,
yang sudah lama termangu di sudut grase bersame kendaraan lain, saat aku
menjelajahi kota kembang Bandung. Kulepaskan pandangan dihamparan air yang
mulai meluap dan menyeruak menyapa bibir sungai yang ditumbuhi pohon-pohon
kecil, mendekati pinggiran rumah warga,
yang berbaris manis disekitar tepian sungai.
Kubiarkan
diri menikmati hawa sungai sail, hujan rintik mulai turun lagi, dari spion
kulirik antrian panjang masing-masing manusia berkejaran untuk menghindari
hujan, aku tersenyum, dalam hati aku berujar, apakah mereka tidak sadar didepan
juge hujan? Entahlah, akhir-akhir ini kesemrautan dalam berbagai bentuk semakin
manjadi jadi, tak peduli apepun kelasnye, tak taulah.
Sambil
tersenyum aku mulai bergerak perlahan, menerobos kucuran air dari langit, yang
memang harus dilalui, kekuasaan Allah sang pencipta jagat raya, pemilik semua
ilmu. Kutengadahkan wajah ke langit, terimekasih ya Allah, kau beri aku
kekuatan, kecerdasan untuk mengagumi, mempelajari ilmu yang kau bentangkan
melalui hamparan lautan ilmu pengetahuan yang kau sediakan.
Kulirik
jam tangan merah yang begitu manis ditangan kiriku, hari tidak lagi terlampau
pagi, aku harus cepat sampai ke kantor, ade janji untuk program akhir tahun 2012,
yang harus kuputuskan, lumayan untuk menyambut tahun baru 2013 di Batam. Kubiarkan
saje tubuhku terkene rintik hujan yang mulai lebat, selebat hujan membasahi
motorku.
Lagu
melayu pantai solop membuyarkan lamunanku, rupenye ade sms dari bu Dina ketua
DPD Ika Boga Riau, “datang ye, kami masak sempolet”, wah…ini die, dah lame betul,
aku tak makan makanan khas melayu Selat Panjang, rasenye nak dekat due puluh
delapan tahun, semenjak aku tamat SMA. Dengan cepat aku jawab, “iye, lempeng
sagu ade tak”?, beberape saat muncul sms balasan “kepurun juge ade.”
Sekianlah
Pekanbaru,
10 Desember 2012
[1] Air pasang kalau daerah perkotaan
disebut banjir, merupekan air laut/sungai yang naik kepermukaan yang melebihi
kapasitas disebabkan al: hujan yang terus menerus selama beberape hari.
[2] Heret (bace: henget) merupekan bahase
melayu Selat Panjang untuk menyatekan tarik.
[3] Kasut bahase melayu Selat Panjang untuk
menyatekan sendal.
[4] tepekik telolong merupekan bahase
melayu Selat Panjang untuk menyatekan kegembiraan atau rase senang dan biasenye
secara spontan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar