Senin, 10 Desember 2012

Dra. ASMIDA, M. Pd; Cerpen Judul: Kepurun juge ade.


Cerpen.

Judul: Kepurun juge ade.

Oleh:

Dra. ASMIDA, M. Pd
Staf Bidang Pengembangan PLS Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru


Lagu my heart wil go on mulai menghiasi ruang kerjeku di Learning Center Asmida, yang masih tahap perbaikan, tibe-tibe dalam bingkai sepi, tak mampu kutepis, sosok wajah orang yang kucintai, kusayangi, menyeruak saat terakhir bersame.  Sedang mengape die sekarang ye? Kubiarkan butir-butir rindu itu mengalir, bagai aliran sungai sail yang hampir tidak pernah sepi dari senyumku, saat melewatinye, melalui jembatan yang lumayan comel, yang dibangun untuk memudahkan orang lewat.
Tadi, sungai sail membuat aku tersenyum lebar, melihat pemandangan yang tak mampu kualihkan tanpa sedikit melirik anak – anak bergembira meloncat dari jembatan, dan hanyut dalam tawa ria seperti kejadian pagi tadi, saat perjalanan meninjau penataan ruang baru “Learning Center Asmida”. Tak mampu ketepis senyumku saat kenangan masa kecil di kota sagu Selat Panjang membayang, yang tak akan terlupakan sampai kapanpun.
Yah.., masih terbayang dilintasan wajahku yang tentunya sudah tak seimut dulu lagi hahaha…, saat menengok air pasang[1] yang tidak seperti biasenye melanda daerah tempat tinggal kami di Selatpanjang, masa yang ditunggu anak-anak sebayaku tanpa tau akibat yang ditimbulkan, tidak peduli penyakit musim pasang yang datang seperti gatal-gatal, kudis dan sebagainya, tak peduli. Bermain sampan yang dibuat dari pelepah pokok kelape, ade juge yang kami buat dari kayu bloti bekas, yang ditancapkan paku dibahagian depannye setelah itu baru dikasih tali.
Sampan buatan sendiri itu, kami heret (bace: henget)[2] sambil berlari lari kecil di sepanjang jalan yang digenangi air pasang, tak peduli air pasang yang bewarna coklat keruh itu, yang telah becampur dengan berbagai bentuk sampah, berlarian tanpe kasut[3]. Semakin deras aliran air pasang menuju tempat yang rendah, semakin gile kami berpetualang, begitu pule saat air pasang mulai surut, sampan yang sudah tidak bisa bejalan lagi, kami bawak ke parit dan mulai berlarian disepanjang tepian parit yang lumayan tinggi ditumbuhi rumput. Tak sampai disitu, kami terus bergerak membuat sampan dari kertas atau dari daun nangke dengan bermacam model, untuk diperlombakan diparit depan rumah, yang airnye lumayan deras. Saat perlombaan tepekik telolong[4]lah mengejo sampan masing-masing.
Kutepikan motor kesayanganku si merah, yang setia di setiap perjalananku di kota panas, yang sudah lama termangu di sudut grase bersame kendaraan lain, saat aku menjelajahi kota kembang Bandung. Kulepaskan pandangan dihamparan air yang mulai meluap dan menyeruak menyapa bibir sungai yang ditumbuhi pohon-pohon kecil, mendekati  pinggiran rumah warga, yang berbaris manis disekitar tepian sungai.
Kubiarkan diri menikmati hawa sungai sail, hujan rintik mulai turun lagi, dari spion kulirik antrian panjang masing-masing manusia berkejaran untuk menghindari hujan, aku tersenyum, dalam hati aku berujar, apakah mereka tidak sadar didepan juge hujan? Entahlah, akhir-akhir ini kesemrautan dalam berbagai bentuk semakin manjadi jadi, tak peduli apepun kelasnye, tak taulah.
Sambil tersenyum aku mulai bergerak perlahan, menerobos kucuran air dari langit, yang memang harus dilalui, kekuasaan Allah sang pencipta jagat raya, pemilik semua ilmu. Kutengadahkan wajah ke langit, terimekasih ya Allah, kau beri aku kekuatan, kecerdasan untuk mengagumi, mempelajari ilmu yang kau bentangkan melalui hamparan lautan ilmu pengetahuan yang kau sediakan.
Kulirik jam tangan merah yang begitu manis ditangan kiriku, hari tidak lagi terlampau pagi, aku harus cepat sampai ke kantor, ade janji untuk program akhir tahun 2012, yang harus kuputuskan, lumayan untuk menyambut tahun baru 2013 di Batam. Kubiarkan saje tubuhku terkene rintik hujan yang mulai lebat, selebat hujan membasahi motorku.  
Lagu melayu pantai solop membuyarkan lamunanku, rupenye ade sms dari bu Dina ketua DPD Ika Boga Riau, “datang ye, kami masak sempolet”, wah…ini die, dah lame betul, aku tak makan makanan khas melayu Selat Panjang, rasenye nak dekat due puluh delapan tahun, semenjak aku tamat SMA. Dengan cepat aku jawab, “iye, lempeng sagu ade tak”?, beberape saat muncul sms balasan “kepurun juge ade.”

Sekianlah
Pekanbaru, 10 Desember 2012



[1] Air pasang kalau daerah perkotaan disebut banjir, merupekan air laut/sungai yang naik kepermukaan yang melebihi kapasitas disebabkan al: hujan yang terus menerus selama beberape hari.
[2] Heret (bace: henget) merupekan bahase melayu Selat Panjang untuk menyatekan tarik.
[3] Kasut bahase melayu Selat Panjang untuk menyatekan sendal.
[4] tepekik telolong merupekan bahase melayu Selat Panjang untuk menyatekan kegembiraan atau rase senang dan biasenye secara spontan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar