TUGAS
ARTIKEL
KEPEMIMPINAN
MUTU PENDIDIKAN
TUGAS
INDIVIDU
MATA
KULIAH: MANAJEMEN MUTU TERPADU
Dosen
: Prof. Dr. Maaruf Akbar, M. Pd
Oleh:
ASMIDA
Nomor Registrasi:
7617101479
PROGRAM
STUDI DOKTOR (S3)
MANAJEMEN
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2012
KEPEMIMPINAN
MUTU PENDIDIKAN
Oleh:
ASMIDA
/ 7617101479
HP:
08127620849
A.
Latar
Belakang Masalah
Tidak
bisa kita nafikan, salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu organisasi
atau lembaga pendidikan, terletak pada kemampuan pemimpin sebagai manager yang
mengetahui berbagai kejadian dilapangan. Seorang pemimpin harus dapat mengukur sejauh mana output
yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan, sehingga konsumen dalam hal ini
pelanggan yang menggunakan hasil lulusan lembaga pendidikan menjadi puas.
Sebuah institusi lembaga pendidikan dimana
siswa akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka lembaga
tersebut akan menilai sejauh mana kualitas pendidikan dari lembaga pendidikan
penghasil lulusan tersebut. Apakah hasilnya sesuai yang disyaratkan oleh
lembaga pendidikan lanjutan didalam penerimaan peserta didik baru.
Para pemakai jasa tenaga kerja akan melihat sejauh mana kualitas
lulusan yang dihasilkan oleh sebuah lembaga pendidikan sehingga ketika mereka
bekerja akan mampu menghasilkan kinerja yang baik,maka dalam hal ini biasanya
pemakai tenaga kerja akan memilih dari lulusan lembaga pendidikan yang sudah
terkenal dan berkualitas.
Untuk itulah, karena tuntutan konsumen atau
pengguna lulusan lembaga pendidikan semakin tinggi dengan persaingan yang
semakin ketat, maka harus diperhatikan kepemimpinan dan mutunya sehingga
lembaga pendidikan tersebut akan menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas
dan berkembang dengan baik.
Tulisan singkat ini mencoba mengangkat tentang
pentingnya kepemimpinan mutu dalam menghadapi persaingan bisnis pendidikan
kedepan.
B.
Kepemimpinan Mutu Pendidikan
1)
Pengertian Pemimpin
Berikut beberapa pendapat para ahli tentang definisi pemimpin yang diambil dari beberapa sumber antara lain:
1. http://kepemimpinan
fisipuh.blogspot.com/2009/03/definisi-pemimpin.html
Diakses 3 Februari 2012, sebagai
berikut:
a.
Jim Collin.
Menurut
Jim Collin, pemimpin memiliki beberapa tingkatan, terendah adalah pemimipin
yang andal, kemudian pemimpin yang menjadi bagian dalam tim, lalu pemimpin yang
memiliki visi, tingkat yang paling tinggi adalah pemimpin yang bekerja bukan
berdasarkan ego pribadi, tetapi untuk kebaikan organisasi dan bawahannya.
b.
Rosalynn Carter.
Menurut Rosalynn Carter, “Seorang pemimpin
biasa membawa orang lain ke tempat yang ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yang
luar biasa membawa para pendukung ke tempat yang mungkin tidak ingin mereka
tuju, tetapi yang harus mereka tuju.
2. Brown (1936) yang diambil dari http://hutantropis.com/gaya-kepemimpinan-dalam-organisasi
Diakses 1 Maret 2012, berpendapat bahwa pemimpin tidak
dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu
posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield
memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia
berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana
kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
2) Pengertian Kepemimpinan
Bicara
tentang kepemimpinan, tidak bisa dilepaskan
dari gaya seseorang dalam perannya sebagai seorang pemimpin.
Menurut
University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002), Lewin dalam
http://jurnal sdm.blogspot.com/2009/10/macam-gaya-kepemimpinan-kepemimpinan.html
Diakses 1 Maret 2012, menyimpulkan ada tiga gaya
kepemimpinan yaitu:
1) Gaya
Kepemimpinan Autokratis
Menurut
Rivai (2003), kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan
metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan
strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi.
Selanjutnya masih dalam sumber yang sama,
Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan autokratis
mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya
sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara
sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan. Lebih lanjut Sukanto (1987)
menyebutkan ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis yaitu:
1. Semua kebijakan ditentukan oleh
pemimpin.
2. Teknik dan langkah-langkah
kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang
akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas.
3. Pemimpin biasanya membagi tugas
kerja bagian dan kerjasama setiap anggota.
Masih
dalam sumber yang sama, menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (1997), ciri-ciri
gaya kepemimpinan autokratis adalah:
1. Pemimpin kurang memperhatikan
kebutuhan bawahan.
2. Komunikasi hanya satu arah yaitu
kebawah saja.
3. Pemimpin cenderung menjadi pribadi
dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota.
4.
Pemimpin
mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan
keahliannya
2)
Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif
Kepemimpinan
demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya
menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah
kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama,
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri (Rivai, 2006)
Menurut
Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan
pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan,
mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan
bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik
sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan.
Jerris (1999)
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan untuk
mendistribusikan knowledge dan kreativitas untuk meningkatkan servis,
mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi motivator
bagi karyawan dalam bekerja.
(Sukanto, 1987), dalam sumber yang
sama, menyatakan beberapa ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis sebagai
berikut:
1.
Semua
kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan
dorongan dan bantuan dari pemimpin.
2.
Kegiatan-kegiatan
didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika
dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih
alternatif prosedur yang dapat dipilih.
3.
Para
anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas
ditentukan oleh kelompok.
Lebih
lanjut (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997) menjelaskan ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis yaitu:
1.
Lebih
memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi
2.
Menekankan
dua hal yaitu bawahan dan tugas
3.
Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded
dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa
dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.
3)
Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)
Gaya
kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan
memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan
menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai
(Robbins dan Coulter, 2002
Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas
sebagai berikut:
1. Kebebasan penuh bagi keputusan
kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
2. Bahan-bahan yang bermacam-macam
disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberi
informasi pada saat ditanya.
3. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin
dalam penentuan tugas.
4. Kadang-kadang memberi komentar
spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai
atau mengatur suatu kejadian.
Sedangkan
(Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997) dalam sumber yang sama menyebutkan ciri-ciri gaya kepemimpinan
kendali bebas adalah:
1. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk
mengatur dirinya sendiri.
2. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan
dan tujuan umum.
3. Bawahan dapat mengambil keputusan
yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.
Dari uraian diatas penulis
berpendapat, dalam memimpin suatu organisasi, seorang pemimpin tidak boleh
menggunakan hanya satu gaya kepemimpinan. Pemimpin harus mampu menjadi pemimpin
yang dinamis, yang mampu membaca hal – hal yang tersirat maupun tersurat dalam suatu organisasi.
Pemimpin harus objektif dalam melihat berbagai persoalan yang terjadi dalam
organisasi maupun diluar organisasi. , Pemimpin
harus mempunyai keberanian untuk berinovasi untuk kemajuan organisasi yang
dipimpinnya.
Hal tersebut memang tidak mudah, mengingat
pemimpin berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, latar belakang
keluarga, lingkungan dan sebagainya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang
dikatakan Sondang (1994)
dalam http://hutantropis.com/gaya-kepemimpinan-dalam-organisasi diakses 1 Maret 2012, menyimpulkan
bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :
- seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan
- bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui
kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya
3. ditopang oleh pengetahuan teoritikal
yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun
yang menyangkut teori kepemimpinan.
3) Pengertian Mutu
1.
Juran
menyebutkan bahwa mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
2.
Crosby
mendefinisikan mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan.
3.
Deming
mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar.
4.
Feigenbaum
mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.
5.
Garvin
dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Dari beberapa pengertian mutu tersebut
penulis berpendapat, bahwa pengertian mutu lebih tepat dikatakan sebagai suatu
proses untuk mencapai suatu hasil, dengan memberdayakan sumber daya manusia
yang terdapat di dalam suatu organisasi
atua lembaga pendidikan sehingga menghasilkan output yang mendekati kebutuhan
pasar.
Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan pemimpin
yang berpikir maju, pemimpin yang berpikir
kedepan. Pemimpin yang berani, tangguh, tidak ragu-ragu dalam mengambil
keputusan, untuk melakukan berbagai inovasi untuk kemajuan lembaga yang
dipimpinnya.
4) Pengertian
Kepemimpinan Mutu
Mutu
merupakan kehidupan organisasi atau dengan kata lain tanpa mutu organisasi akan
lumpuh dan perlahan mati. Dalam rangka era globalisasi pola-pola kepemimpinan
gaya tradisional harus disesuaikan dengan perubahan zaman, dan pola
kepemimpinan yang bersifat dinamis ke arah pencapaian mutu harus diterapkan.
Dalam dunia pendidikan kepemimpinan mutu yang diterapkan oleh pimpinan
pendidikan harus mampu menciptakan iklim sosial yang baik.
Keterampilan-keterampilan dalam memimpin sangat diperlukan.
Setiap
organisasi pasti dihadapkan pada permasalahan dan perbedaan-perbedaan di
dalamnya, misalnya perbedaan antara tujuan perorangan, tujuan organisasi dan
manajemen dalam rangka pengembangan organisasi. Pimpinan dikatakan berhasil
apabila ia dapat mengupayakan secara optimal pencapaian setiap tujuan yang ada
dalam organisasi termasuk prestasi dari pencapaian prestasi organisasi itu
sendiri.
Segala
upaya yang dilakukan oleh pemimpin tergantung kepada komitmen yang dimilikinya
dalam hubungannya dengan organisasi yang dipimpinnya. Kepemimpinan mutu
dikatakan efektif dalam suatu organisasi, apabila pimpinannya kreatif. Inovatif
dengan berinteraksi pada gagasan-gagasan lain atau lingkungan sosial, hal
tersebut berhubungan dengan perilaku kepemimpinan dalam kerangka Total Quality
Management (TQM).
5) Manajemen Mutu
Pendidikan
Bermutu atau tidaknya suatu lembaga
pendidikan, tidak bisa dilepaskan dari kemampuan pemimpin dalam mengelola
organisasi atau lembaga pendidikan yang dipimpinnya untuk terus melakukan
inovasi –inovasi dalam rangka membudayakan mutu. Hal tersebut senada dengan pendapat Peters dan Austin dalam Edwar Sallis
(2011;169:170) yang menyatakan bahwa yang menentukan mutu dalam sebuah
institusi adalah kepemimpinan. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa gaya
kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan institusi pada revolusi mutu yang
disingkat dengan MBWA atau management by
walking about.
Untuk mencapai mutu,
perlu dikerahkan semua pikiran, tenaga dan strategi untuk dapat mewujudkan mutu
tersebut dalam lembaga pendidikan. Pengelola pendidikan selaku pemimpin
pendidikan adalah orang yang bertanggung jawab untuk menggerakan kesadaran
semua pihak, akan pentingnya mutu
pendidikan agar output dari lembaga tersebut mampu berkiprah di masyarakat,
sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
Pemimpin tidak bisa
berpangku tangan menghadapi persaingan yang dalam hitungan detik bisa berubah.
Pemimpin antara lain harus mampu mengatur strategi agar lingkungan belajar
mampu menarik minat pelanggan untuk datang. Selain itu lembaga pendidikan harus
membuka diri menghadapi lingkungan eksternal agar lembaga pendidikan yang
dipimpinnya tetap ada, dan bermutu.
Kegagalan pemimpin setelah
melakukan berbagai usaha yang positif, untuk memberdayakan sumber-sumber daya
manusia yang berada dalam lingkungan internal lembaga pendidikan yang
dipimpinnya, berkemungkinan disebabkan oleh : kemampuan propesional guru,
kemampuan siswa (input), kurikulum, sarana dan prasarana, peran orang tua,
masyarakat dan sebagainya.
Mutu komponen-komponen
tersebut, terutama kemampuan propesional
guru, kemampuan siswa (input) harus menjadi prioritas perhatian pimpinan. Namun
pimpinan tidak akan mampu tanpa adanya sikap proaktif dari elemen dalam lembaga
pendidikan khususnya untuk saling bahu membahu memajukan mutu pendidikan.
Begitu pula guru,
harus mau dan mampu merubah paradigma cara mengajar, sehingga peserta didik (sebagai
input ) yang berkemampuan rendah setelah mengalami proses belajar yang baik
akan mengalami perubahan dengan kata lain adanya peningkatan dari yang mulanya
kemampuannya rendah menjadi sedang, sedangkan yang kemampuannya sedang menjadi baik. Itulah sebenarnya menurut penulis yang
dikatakan pendidikan bermutu.
Hal tersebut senada
dengan http://usmantospdimpd.blogspot.com/2011/04/makalah-kepemimpinan-mutu-pai.html menyatakan Pendidikan dikatakan bermutu jika input,proses dan hasilnya
dapat memenuhi persyaratan yang dituntut bagi pengguna jasa pendidikan. Bila
performance-nya dapat melebihi persyaratan yang dituntut oleh stakeholder (
user )maka suatu lembaga pendidikan baru bisa dikatakan unggul
6) Peran Pemimpin Dalam
Mengembangkan Budaya Mutu
Pungsi utama pemimpin
seperti yang diambil dari adalah sebagai berikut :
1.
Memiliki visi mutu terpadu bagi institusi
2.
Memiliki komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu
3.
Mengkomunikasikan pesan mutu
4.
Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan
praktek institusi
5.
Mengarahkan perkembangan karyawan
6.
Berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain saat persoalan
muncul tanpa bukti-bukti yang nyata. Kebanyakan persoalan yang muncul adalah
hasil dari kebijakan institusi dan bukan kesalahan staf
7.
Memimpin inovasi dalam institusi
8.
Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah
mendefinisikan tanggungjawab dan mampu mempersiapkan delegasi yang tepat.
9.
Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik yang
bersifat organisasional maupun kultural.
10.
Membangun tim yang efektif.
11.
Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan
mengevaluasi kesuksesan
Spanbauer dalam Edwar Sallis (2011; 175:177) telah
menyampaikan pengarahan bagi para pemimpin dalam menciptakan lingkungan
pendidikan yang baru. Dia berpendapat bahwa pemimpin institusi pendidikan harus
memandu dan membantu pihak lain dalam mengembangkan karakteristik yang
serupa,sehingga sikap teresebut mendorong terciptanya tanggungjawab
bersama-sama serta sebuah gaya kepemimpinan yang melahirkan lingkungan kerja
yang interaktif.
Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memandu guru
dan para administrator untuk bekerjasama dalam satu kelompok tim,oleh karena
itu arahan dari spanbauer dapat diartikan bahwa pemimpin harus :
1.
Melibatkan para guru dan seluruh staf dalam aktifitas
penyelesaian masalah dengan menggunakan methode ilmiah dasar,prinsip-prinsip
mutu statistic dan control proses.
2.
Memilih untuk minta pendapat mereka tentang berbagai hal
dan tentang bagaimana mereka menjalankan proyek dan tidak sekedar menyampaikan
bagaimana seharusnya mereka bersikap.
3.
Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu
pengembangan dan peningkatan komitmen mereka.
4.
Menanyakan pendapat staf tentang system dan prosedur mana saja
yang menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada para pelanggan (pelajar,
orang tua dan patner kerja).
5.
Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu para guru
tidak sesuai dengan pendekatan manajemen atas kebawah ( Top-down )
6.
Memindahkan tanggung jawab dan control manajemen tenaga
professional langsung kepada guru dan pekerja teknis.
7.
Mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu
diantara setiap orang yang terlibat dalam sekolah.
8.
Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi dalam
rangka menyelesaikan konflik.
9.
Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua
jawaban dari setiap masalah dan tanpa rendah diri.
10.
Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu seperti membangun
tim,manajemen proses,layanan pelanggan,komunikasi serta kepemimpinan.
11.
Memberikan teladan yang baik dengan cara memperlihatkan
karakteristik yang diinginkan dan menggunakan waktu untuk melihat-lihat situasi
dan kondisi institusi dengan mendengarkan keinginan guru dan pelanggan lainnya.
12.
Belajar untuk berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai
bos.Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko.
13.
Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi
para pelanggan eksternal (pelajar, orang tua dan lainnya) dan kepada para
pelanggan internal (pengajar, anggota dewan guru, dan pekerja lainnya).
Dengan demikian, menurut penulis diperlukan pemimpin yang mampu
membawa organisasi sebagai suatu sistem, beserta eleme-elemen dalam organisasi tersebut
sebagai suatu sub sistem, untuk bersama-sama dalam pencapaian tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
C.
Kesimpulan
1.
Pemimpin tidak bisa berpangku tangan menghadapi persaingan yang
dalam hitungan detik bisa berubah. Pemimpin harus antara lain mampu mengatur
strategi agar lingkungan belajar mampu menarik minat pelanggan untuk datang.
Selain itu lembaga pendidikan harus membuka diri menghadapi lingkungan
eksternal agar lembaga pendidikan yang dipimpinnya tetap ada, dan bermutu.
2.
Kegagalan pemimpin setelah melakukan berbagai usaha yang
positif, untuk memberdayakan sumber-sumber daya manusia yang berada dalam
lingkungan internal lembaga pendidikan yang dipimpinnya, berkemungkinan
disebabkan oleh : kemampuan propesional guru, kemampuan siswa (input),
kurikulum, sarana dan prasarana, peran orang tua, masyarakat dan sebagainya.
3.
Mutu komponen-komponen tersebut, terutama kemampuan propesional guru, kemampuan siswa
(input) harus menjadi prioritas perhatian pimpinan. Namun pimpinan tidak akan
mampu tanpa adanya sikap proaktif dari elemen dalam lembaga pendidikan
khususnya untuk saling bahu membahu memajukan mutu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://kepemimpinan
fisipuh.blogspot.com/2009/03/definisi-pemimpin.html
Diakses 3 Februari 2012
Sallis E (2011). Manajemen Mutu Terpadu
Pendidikan Peran Strategis
Pendidikan di Era Globalisasi Modern. IRCiSoD:
Jogjakarta