Tugas UTS
ANALISIS PENERAPAN INOVASI
DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN KAITANNYA DENGAN
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
Mata Kuliah: Inovasi Dalam
Manajemen Pendidikan
Dosen: Prof. Wibowo
Oleh:
ASMIDA
Nomor Registrasi: 7617101479
PROGRAM
STUDI DOKTOR (S3)
MANAJEMEN
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2012
ANALISIS PENERAPAN
INOVASI DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN
KAITANNYA DENGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
Oleh:
ASMIDA /
Noreg.
7617101479/S3 MP UNJ
HP:
08127620849
A. PENDAHULUAN
Dalam tulisan ini penulis mencoba menggugah kesadaran kita bahwa Ujian Nasional bukanlah akhir dari
perjalanan peserta didik, terlepas apakah peserta didik berhasil dengan
sebenarnya atau gagal menurut penulis tetap merupakan awal untuk mereka
melangkah ke perjalanan selanjutnya ketingkat yang lebih tinggi dan lebih menantang
seperti melanjutkan sekolah dan berbaur dengan mayarakat sekolah ataupun terjun
langsung ke masyarakat sebagai sub sistem dari sistem masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut, bekal apa yang telah disiapkan
oleh lembaga pendidikan yang bernama sekolah, sebagai sub sistem dari sistem
masyarakat agar peserta didiknya kelak mampu bersaing, dan pada akhirnya akan
menumbuhkan masyarakat pembelajar.
Masyarakat pembelajar tidak terbentuk secara instan, tapi melalui
proses pembelajaran dilembaga pendidikan (sekolah). Proses pembelajaran yang
membiasakan peserta didiknya mampu berpikir kritis, kreative, mampu memecahkan
masalah dan sebagainye melalui berbagai inovasi dalam kegiatan pembelajaran
yang dirancang oleh guru yang mempunyai keunggulan personal, baik dikelas
ataupun di luar ruangan kelas.
Beberape pertanyaan yang terlintas “Sudahkah kepala sekolah membuka wawasan berpikirnye
untuk mendukung kearah inovasi tersebut?”. “Sudahkah para pendidik (guru) membiasakan diri untuk melakukan berbagai inovasi
dalam proses pembelajarannya dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya baik
lingkungan sekolah maupun lingkungan diluar sekolah?”.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh lembaga
pendidikan (sekolah) untuk menjawab pertanyaan tersebut menurut penulis
adalah dengan menerapkan salah satu
kebijakan dibidang Pendidikan yaitu tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
B. LANDASAN TEORI MANAJEMEN
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional
pendidikan yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan diIndonesia.
KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Selanjutnya
masih dalam sumber yang sama dinyatakan bahwa Pemberlakuan
KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala
sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata
lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak
ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional.
Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite
sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan
keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan
sesuai dengan aspirasi masyarakat,
situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian tidak ada alasan lembaga pendidikan (sekolah)
beserta unsur-unsur yang berada dalam sistem sekolah khususnya guru untuk tidak
melakukan berbagai terobosan dalam proses pembelajarannya. Berdasarkan
pengamatan dilapangan masih banyak para pendidik (guru) yang tidak punya
kemampuan dan kemauan untuk menyusun KTSP, secara umum mereka lebih cendrung
mengambil yang sudah ada. Berbagai alasan dikemukakan antara lain yang sudah
rahasia umum yaitu “yang penting Ujian
Nasional” sehingga peserta didik hanya meniru apa yang ditulis oleh guru.
http://l2pts.blogspot.com/2012/04/artikel-pendidikanberbasis-keunggulan.html
diakses 6 Mei 2012 menyatakan akibat
UN yang salah kaprah ini, kegiatan guru lebih focus menjejali peserta didik
dengan materi pelajaran dengan cara menghapal atau meniru apa yang ditulis oleh
pendidik (guru).
Hal tersebut menurut penulis mengakibatkan para pendidik (guru)
lebih banyak menjejali peserta didik (siswa) dengan berbagai aktivitas yang
kering makna, padahal keleluasaan KTSP memungkinkan mereka mampu mengexplore
kemampuan peserta didik dalam berbagai bentuk interaksi pembelajaran dikelas
maupun dirancang sedemikian rupa diluar kelas. Dari pencapaian - pencapaian siswa dalam proses belajarnya tersebutlah dapat
dijadikan umpan balik oleh pendidik untuk proses pembelajaran selanjutnya dan
kemana arah minat dan bakat anak secara umum.
C. IMPLEMENTASI DARI SISTEM
http://inopend3.wordpress.com/2011/01/11/inovasi
dalam-manajemen-pendidikan/ diakses 3 Mei 2012 Manajemen pendidikan ialah proses perencanaan, pengorganisasian,
memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan
manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab
kemasyarakat dan kebangsaan (Biro Perencanaan Depdikbud, 1993:4 ).
2012
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XIII yang mengatur
tentang Pendidikan Dan Kebudayaan Pasal 31 ayat (3) menyatakan Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Namun kenyataannya
Undang-Undang yang bagus dalam tatanan
konsep tersebut menurut penulis tidak mampu disikapi oleh lembaga pendidikan
baik Formal, Non Formal maupun Informal. Sudah rahasia umum berbagai
kepentingan yang menyebabkan tidak mampunya manajemen sekolah untuk bersikap
konsisten menghiasi dunia pendidikan kita menambah semakin buramnya arah
pendidikan di negeri ini.
D. PEMBAHASAN
Menurut
Prof. Azis (http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/inovasi
pendidikan/diakses 15 januari 2012 ). Inovasi berarti
mengintrodusir suatu gagasan maupun
teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan.
Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Contoh
bidangnya adalah : Managerial, Teknologi, Kurikulum.
Selanjutnya http://l2pts.blogspot.com/2012/04/dra-asmida-m-pd-artikel-isu-isu-penting.html
yang diakses 6 Mei 2012 menyatakan inovasi kemampuan seseorang untuk melakukan
suatu penemuan (bukan penemuan yang benar-benar murni baru), tapi penemuan yang
berawal atau terinspirasi dari penemuan sebelumnya sebagai landasan. Hasil konstruksi
yang diperolehnya dapat dipergunakan dalam berbagai kegiatan misalnya: salah
satu cara guru untuk menarik minat siswa didalam belajar geometri.
Dengan demikian inovasi dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang dikemas oleh guru dengan
melakukan berbagai ide dalam proses pembelajarannya sehingga kegiatan
pembelajarannya mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan kemampuan peserta
didik secara umum. Diharapkan dalam proses pembelajaran peserta didik tersebut,
mereka terbiasa berpikir menyelesaikan berbagai masalah, bertanggung jawab
terhadap tugas yang diberikan dan
sebagainya, diharapkan seiring dengan perjalanan waktu saat mereka menjadi
bahagian dari sistem di masyarakat secara utuh, mereka mampu apapun profesinya
di masyarakat kelak untuk menyikapi berbagai persoalan secara bijaksana.
Proses pencapaian inovasi tersebut tidak didapat secara instan
tapi melalui proses dari seorang
pendidik (guru) yang mempunyai kemampuan tinggi dalam penguasaan materi
pelajaran, kemudian ditambah pengalaman
serta kecintaan terhadap profesinya menyebabkan ia mampu meramu materi
pelajaran sesuai dengan kemampuan peserta didik dan kondisi masyarakat tempat
sekolah itu berada.
Permasalahan tersebut tidak bisa dijawab secara tunggal, berikut
beberapa petunjuk yang dapat dimanfaatkan seperti yang diungkapkan Nachtigal
dalam Diah, M, N. Zulkifli (2010:14) sebagai berikut:
1. Rencanakan
secara teliti apa-apa yang harus dipelajari siswa dan bagaimana mereka harus
mempelajarinya.
2. Mulailah
dengan hal-hal yang kecil sehingga baik guru maupun siswa merasa senang dengan
cara belajar yang baru.
3. Buat
aturan-aturan umum tentang para siswa dan guru sebagai sam-sama pembelajar;
dengan begitu guru tidak perlu memiliki semua jawaban terhadap semua
pertanyaan.
4. Jagalah
agar masyarakat mengetahui hal ini dengan baik.
5. Manfaatkan
kepemimpinan sekolah untuk membangun iklim yang baik.
Jadi sangatlah tidak tepat bila pendidik
(guru) dari suatu lembaga pendidikan (sekolah) meniru total isi KTSP dalam suatu sekolah
apalagi suatu daerah untuk dipakai ditempatnya bertugas, karena masing-masing
sekolah kondisinya tidak sama dan tidak akan pernah sama. Berbagai latar
belakang pendidikan orang tua, lingkungan masyarakat, budaya yang dianut
menyebabkan daya nalar masing-masing individu berbeda. Sekolah yang memang input dari sekolah tersebut bagus yang
sebenarnya, ditambah dengan lingkungan yang kondusif semua sarana prasarana
yang dibutuhkan lengkap dan sebagainya, sangat wajar kalau outputnya bagus.
Dengan
demikian sudah saatnya kita buang pemikiran yang terlampau mendewakan Ujian
Nasional kalau kita mau kelak peserta didik (siswa) kita menjadi generasi yang
cemerlang, gemilang dan terbilang. Untuk mencapai hal tersebut memang butuh
waktu, dan proses. Sekolah sebagai salah satu sub sistem dari sistem masyarakat
harus mampu menjembatani harapan tersebut, sekolah tempat para siswa (peserta
didik) mengenal berbagai elemen dari sub sistem disekolah dengan segala
kelebihan dan kekurangannya.
Hal
senada dalam http://l2pts.blogspot.com/2012/05/dra-asmida-m-pd-artikel-metode.html tentang Sekolah sebagai suatu sistem merupakan
tempat anak didik pertama kali mengenal berbagai perbedaan. Sekolah jugalah
tempat siswa mengenal dan belajar berbagai watak manusia dengan segala
kelebihan dan kekurangannya, melalui pergaulan sehari-hari antar siswa maupun
melalui proses pembelajaran dikelas. Memecahkan berbagai masalah, berpikir
kritis yang pada akhirnya muncul kemampuan berinovasi. Semua itu membutuhkan
peran guru. Guru yang mau berkorban waktu dan tenaga untuk berpikir apa yang
harus ia lakukan untuk bekal anak didiknya, guru yang punya keunggulan
personal, guru yang mampu menggali kemampuan siswanya dengan berbagai cara.
Misal guru dapat menggali materi
pembelajaran berdasarkan sumber daya alam atau kekayaan budaya suatu daerah misalnya:
memperkenalkan dan memberdayakan mengenai batik Riau. Sehingga mereka tau,
batik bukan hanya ada di Jawa yang selama ini banyak mereka kenal http://www.riaudailyphoto.com/2010/04/batik-tabir-riau.html
diakses 23 Maret 2012, menyatakan Batik Riau hadir sejak 1985 melalui ide untuk
melestarikan desain dan budaya
Riau Melayu melalui kain.
Selanjutnya masih dalam sumber yang sama, selain di Kota Pekanbaru, batik Riau juga telah
dikembangkan diKabupaten Siak dengan
nama Batik Tabir, sedangkan di Kabupaten Kampar dan juga di Kabupaten Rokan Hulu dengan memakai motif khas daerah yang
bersangkutan.
Siswa
dapat kite suruh mengamati setiap detil khasanah kekayaan Provinsi Riau salah
satunye melalui batik dengan segala corak ragamnya tersebut. Munculkan minat dan bakat peserta didik, dalam
hal seni lukis, bisnis dan sebagainya. Bisa kita bayangkan hanya dengan satu
budaya batik Riau, selain menambah wawasan siswa akan provinsi Riau, kite juge
mampu mengembangkan berbagai peluang kehidupan peserta didik kelak saat menjadi
bahagian dari sistem masyarakat.
Masih
dalam sumber yang sama seperti yang
diungkapkan oleh Mohammad Angku
Sjafei puluhan tahun yang lalu sejak zaman penjajahan sampai kemerdekaan seperti
yang dikutip dari Warta Paudni Tahun XIV Edisi Tahun 2011 halaman 36 menyatakan
keterampilan tangan dengan pemanfaatan kekayaan alam adalah kunci utama dalam
pendidikan. Masih dalam sumber yang sama, orientasi terhadap pendidikan dengan
keterampilan tangan tersebut dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan Angku
Sjafei yang pernah belajar pendidikan guru di Belanda, selain itu ia juga
mengikuti sejumlah kelas keterampilan, seperti musik, kerajinan tangan dan
mengarang.
Gambaran diatas menggambarkan pentingnya melakukan inovasi walau
hanya dalam tatanan mikro dari keputusan pendidik (guru) dikelas. Seperti hasil
pengamatan beberapa waktu lalu disuatu lembaga pendidikan (sekolah), tidak dinafikan
ada satu atau dua orang pendidik (guru) melakukannya, namun keadaan tersebut tidak
terlampau didukung oleh pengambil kebijakan disekolah (kepala sekolah). Karene
bagaimanepun untuk tatanan makro di sekolah
pengambil kebijakan adalah kepala sekolah. Dengan dukungan kebijakan dari
kepala sekolah diharapkan dapat lebih
memotivasi para guru yang merupakan ujung tombak pendidikan di kelas untuk
melakukan berbagai inovasi dalam proses pembelajarannya.
E. KESIMPULAN
1. Inovasi
berarti mengintrodusir suatu gagasan
maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti
perubahan
2. inovasi
kemampuan seseorang untuk melakukan suatu penemuan (bukan penemuan yang
benar-benar murni baru), tapi penemuan yang berawal atau terinspirasi dari
penemuan sebelumnya sebagai landasan.
3. Inovasi dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan pembelajaran yang dikemas oleh guru dengan melakukan berbagai
ide dalam proses pembelajarannya sehingga kegiatan pembelajarannya mencapai hasil
yang diinginkan sesuai dengan kemampuan peserta didik secara umum.
4.
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional
pendidikan yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Diah, M, N.
Zulkifli (2010) Bahan Ajar Pendidikan Berbasis Masyarakat: Program Studi
Manajemen Pendiidikan Universitas Riau