Rabu, 27 Juni 2012

Dra. ASMIDA, M. Pd. Analisis Penerapan Inovasi Dalam Manajemen Pendidikan kaitannya dg KTSP


Tugas UTS
ANALISIS PENERAPAN INOVASI DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN  KAITANNYA DENGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)


Mata Kuliah: Inovasi Dalam Manajemen Pendidikan
Dosen: Prof. Wibowo
Oleh:
ASMIDA
Nomor Registrasi: 7617101479



PROGRAM STUDI DOKTOR (S3)
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
ANALISIS PENERAPAN INOVASI DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN  KAITANNYA DENGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Oleh:
ASMIDA / Noreg. 7617101479/S3 MP UNJ
HP: 08127620849


A.  PENDAHULUAN

Dalam tulisan ini penulis mencoba menggugah kesadaran kita  bahwa Ujian Nasional bukanlah akhir dari perjalanan peserta didik, terlepas apakah peserta didik berhasil dengan sebenarnya atau gagal menurut penulis tetap merupakan awal untuk mereka melangkah ke perjalanan selanjutnya ketingkat yang lebih tinggi dan lebih menantang seperti melanjutkan sekolah dan berbaur dengan mayarakat sekolah ataupun terjun langsung ke masyarakat sebagai sub sistem dari sistem masyarakat.  
Sehubungan dengan hal tersebut, bekal apa yang telah disiapkan oleh lembaga pendidikan yang bernama sekolah, sebagai sub sistem dari sistem masyarakat agar peserta didiknya kelak mampu bersaing, dan pada akhirnya akan menumbuhkan masyarakat pembelajar.
Masyarakat pembelajar tidak terbentuk secara instan, tapi melalui proses pembelajaran dilembaga pendidikan (sekolah). Proses pembelajaran yang membiasakan peserta didiknya mampu berpikir kritis, kreative, mampu memecahkan masalah dan sebagainye melalui berbagai inovasi dalam kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru yang mempunyai keunggulan personal, baik dikelas ataupun di luar ruangan kelas.
Beberape pertanyaan yang terlintas “Sudahkah  kepala sekolah membuka wawasan berpikirnye untuk mendukung kearah inovasi tersebut?”. “Sudahkah para pendidik (guru)  membiasakan diri untuk melakukan berbagai inovasi dalam proses pembelajarannya dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya baik lingkungan sekolah maupun lingkungan diluar sekolah?”.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan (sekolah) untuk menjawab pertanyaan tersebut menurut penulis adalah  dengan menerapkan salah satu kebijakan dibidang Pendidikan yaitu tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

B.  LANDASAN TEORI MANAJEMEN

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan diIndonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Selanjutnya masih dalam sumber yang sama dinyatakan bahwa Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian tidak ada alasan lembaga pendidikan (sekolah) beserta unsur-unsur yang berada dalam sistem sekolah khususnya guru untuk tidak melakukan berbagai terobosan dalam proses pembelajarannya. Berdasarkan pengamatan dilapangan masih banyak para pendidik (guru) yang tidak punya kemampuan dan kemauan untuk menyusun KTSP, secara umum mereka lebih cendrung mengambil yang sudah ada. Berbagai alasan dikemukakan antara lain yang sudah rahasia  umum yaitu “yang penting Ujian Nasional” sehingga peserta didik hanya meniru apa yang ditulis oleh guru.
http://l2pts.blogspot.com/2012/04/artikel-pendidikanberbasis-keunggulan.html diakses 6 Mei 2012 menyatakan akibat UN yang salah kaprah ini, kegiatan guru lebih focus menjejali peserta didik dengan materi pelajaran dengan cara menghapal atau meniru apa yang ditulis oleh pendidik (guru).
Hal tersebut menurut penulis mengakibatkan para pendidik (guru) lebih banyak menjejali peserta didik (siswa) dengan berbagai aktivitas yang kering makna, padahal keleluasaan KTSP memungkinkan mereka mampu mengexplore kemampuan peserta didik dalam berbagai bentuk interaksi pembelajaran dikelas maupun dirancang sedemikian rupa diluar kelas. Dari pencapaian - pencapaian  siswa dalam proses belajarnya tersebutlah dapat dijadikan umpan balik oleh pendidik untuk proses pembelajaran selanjutnya dan kemana arah minat dan bakat anak secara umum.

C.  IMPLEMENTASI DARI SISTEM

http://inopend3.wordpress.com/2011/01/11/inovasi dalam-manajemen-pendidikan/ diakses 3 Mei 2012 Manajemen pendidikan ialah  proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan (Biro Perencanaan Depdikbud, 1993:4 ).

Hal senada dalam http://www.taspen.com/files/humas/UUD%201945.pdf diakses tgl 5 Mei
2012 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XIII yang mengatur tentang Pendidikan Dan Kebudayaan Pasal 31  ayat (3) menyatakan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

 Namun kenyataannya Undang-Undang  yang bagus dalam tatanan konsep tersebut menurut penulis tidak mampu disikapi oleh lembaga pendidikan baik Formal, Non Formal maupun Informal. Sudah rahasia umum berbagai kepentingan yang menyebabkan tidak mampunya manajemen sekolah untuk bersikap konsisten menghiasi dunia pendidikan kita menambah semakin buramnya arah pendidikan di negeri ini.

D.  PEMBAHASAN

Menurut Prof. Azis (http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/inovasi pendidikan/diakses 15 januari 2012 ). Inovasi berarti mengintrodusir  suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan. Inovasi dapat berupa  ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Contoh bidangnya adalah : Managerial,   Teknologi, Kurikulum.
Selanjutnya http://l2pts.blogspot.com/2012/04/dra-asmida-m-pd-artikel-isu-isu-penting.html yang diakses 6 Mei 2012 menyatakan inovasi kemampuan seseorang untuk melakukan suatu penemuan (bukan penemuan yang benar-benar murni baru), tapi penemuan yang berawal atau terinspirasi dari penemuan sebelumnya sebagai landasan. Hasil konstruksi yang diperolehnya dapat dipergunakan dalam berbagai kegiatan misalnya: salah satu cara guru untuk menarik minat siswa didalam belajar geometri.

Dengan demikian inovasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang dikemas oleh guru dengan melakukan berbagai ide dalam proses pembelajarannya sehingga kegiatan pembelajarannya mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan kemampuan peserta didik secara umum. Diharapkan dalam proses pembelajaran peserta didik tersebut, mereka terbiasa berpikir menyelesaikan berbagai masalah, bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan  dan sebagainya, diharapkan seiring dengan perjalanan waktu saat mereka menjadi bahagian dari sistem di masyarakat secara utuh, mereka mampu apapun profesinya di masyarakat kelak untuk menyikapi berbagai persoalan secara bijaksana.

Proses pencapaian inovasi  tersebut tidak didapat secara instan tapi  melalui proses dari seorang pendidik (guru) yang mempunyai kemampuan tinggi dalam penguasaan materi pelajaran, kemudian ditambah  pengalaman serta kecintaan terhadap profesinya menyebabkan ia mampu meramu materi pelajaran sesuai dengan kemampuan peserta didik dan kondisi masyarakat tempat sekolah itu berada.

Permasalahan tersebut tidak bisa dijawab secara tunggal, berikut beberapa petunjuk yang dapat dimanfaatkan seperti yang diungkapkan Nachtigal dalam Diah, M, N. Zulkifli (2010:14) sebagai berikut:
1.    Rencanakan secara teliti apa-apa yang harus dipelajari siswa dan bagaimana mereka harus mempelajarinya.
2.    Mulailah dengan hal-hal yang kecil sehingga baik guru maupun siswa merasa senang dengan cara belajar yang baru.
3.    Buat aturan-aturan umum tentang para siswa dan guru sebagai sam-sama pembelajar; dengan begitu guru tidak perlu memiliki semua jawaban terhadap semua pertanyaan.
4.    Jagalah agar masyarakat mengetahui hal ini dengan baik.
5.    Manfaatkan kepemimpinan sekolah untuk membangun iklim yang baik.
Jadi sangatlah tidak tepat bila pendidik (guru) dari suatu lembaga pendidikan (sekolah)  meniru total isi KTSP dalam suatu sekolah apalagi suatu daerah untuk dipakai ditempatnya bertugas, karena masing-masing sekolah kondisinya tidak sama dan tidak akan pernah sama. Berbagai latar belakang pendidikan orang tua, lingkungan masyarakat, budaya yang dianut menyebabkan daya nalar masing-masing individu berbeda. Sekolah yang  memang input dari sekolah tersebut bagus yang sebenarnya, ditambah dengan lingkungan yang kondusif semua sarana prasarana yang dibutuhkan lengkap dan sebagainya, sangat wajar kalau outputnya bagus.

Dengan demikian sudah saatnya kita buang pemikiran yang terlampau mendewakan Ujian Nasional kalau kita mau kelak peserta didik (siswa) kita menjadi generasi yang cemerlang, gemilang dan terbilang. Untuk mencapai hal tersebut memang butuh waktu, dan proses. Sekolah sebagai salah satu sub sistem dari sistem masyarakat harus mampu menjembatani harapan tersebut, sekolah tempat para siswa (peserta didik) mengenal berbagai elemen dari sub sistem disekolah dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Hal senada dalam http://l2pts.blogspot.com/2012/05/dra-asmida-m-pd-artikel-metode.html  tentang Sekolah sebagai suatu sistem merupakan tempat anak didik pertama kali mengenal berbagai perbedaan. Sekolah jugalah tempat siswa mengenal dan belajar berbagai watak manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya, melalui pergaulan sehari-hari antar siswa maupun melalui proses pembelajaran dikelas. Memecahkan berbagai masalah, berpikir kritis yang pada akhirnya muncul kemampuan berinovasi. Semua itu membutuhkan peran guru. Guru yang mau berkorban waktu dan tenaga untuk berpikir apa yang harus ia lakukan untuk bekal anak didiknya, guru yang punya keunggulan personal, guru yang mampu menggali kemampuan siswanya dengan berbagai cara.
 Misal guru dapat menggali materi pembelajaran berdasarkan sumber daya alam atau kekayaan  budaya suatu daerah misalnya: memperkenalkan dan memberdayakan mengenai batik Riau. Sehingga mereka tau, batik bukan hanya ada di Jawa yang selama ini banyak mereka kenal http://www.riaudailyphoto.com/2010/04/batik-tabir-riau.html diakses 23 Maret 2012, menyatakan Batik Riau hadir sejak 1985 melalui ide untuk melestarikan desain dan budaya Riau Melayu melalui kain. Selanjutnya masih dalam sumber yang sama, selain di Kota Pekanbaru, batik Riau juga telah dikembangkan diKabupaten Siak dengan nama Batik Tabir, sedangkan di Kabupaten Kampar dan juga di Kabupaten Rokan Hulu dengan memakai motif khas daerah yang bersangkutan.
Siswa dapat kite suruh mengamati setiap detil khasanah kekayaan Provinsi Riau salah satunye melalui batik dengan segala corak ragamnya tersebut. Munculkan  minat dan bakat peserta didik, dalam hal seni lukis, bisnis dan sebagainya. Bisa kita bayangkan hanya dengan satu budaya batik Riau, selain menambah wawasan siswa akan provinsi Riau, kite juge mampu mengembangkan berbagai peluang kehidupan peserta didik kelak saat menjadi bahagian dari sistem masyarakat.
 Masih dalam sumber yang sama seperti  yang diungkapkan oleh Mohammad Angku Sjafei puluhan tahun yang lalu sejak zaman penjajahan sampai kemerdekaan seperti yang dikutip dari Warta Paudni Tahun XIV Edisi Tahun 2011 halaman 36 menyatakan keterampilan tangan dengan pemanfaatan kekayaan alam adalah kunci utama dalam pendidikan. Masih dalam sumber yang sama, orientasi terhadap pendidikan dengan keterampilan tangan tersebut dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan Angku Sjafei yang pernah belajar pendidikan guru di Belanda, selain itu ia juga mengikuti sejumlah kelas keterampilan, seperti musik, kerajinan tangan dan mengarang.

Gambaran diatas menggambarkan pentingnya melakukan inovasi walau hanya dalam tatanan mikro dari keputusan pendidik (guru) dikelas. Seperti hasil pengamatan beberapa waktu lalu disuatu lembaga pendidikan (sekolah), tidak dinafikan ada satu atau dua orang pendidik (guru) melakukannya, namun keadaan tersebut tidak terlampau didukung oleh pengambil kebijakan disekolah (kepala sekolah). Karene bagaimanepun untuk tatanan makro di  sekolah pengambil kebijakan adalah kepala sekolah. Dengan dukungan kebijakan dari kepala sekolah  diharapkan dapat lebih memotivasi para guru yang merupakan ujung tombak pendidikan di kelas untuk melakukan berbagai inovasi dalam proses pembelajarannya.

E.  KESIMPULAN

1.    Inovasi berarti mengintrodusir  suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan

2.    inovasi kemampuan seseorang untuk melakukan suatu penemuan (bukan penemuan yang benar-benar murni baru), tapi penemuan yang berawal atau terinspirasi dari penemuan sebelumnya sebagai landasan.

3.    Inovasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang dikemas oleh guru dengan melakukan berbagai ide dalam proses pembelajarannya sehingga kegiatan pembelajarannya mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan kemampuan peserta didik secara umum.

4.    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.




















DAFTAR PUSTAKA

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Diah, M, N. Zulkifli (2010) Bahan Ajar Pendidikan Berbasis Masyarakat: Program Studi Manajemen Pendiidikan Universitas Riau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar