Mengenang
Perjalanan ke Negeri Sultan: Catatan kecil, Minggu 28 September 2009
Oleh:
Dra. ASMIDA, M. Pd
Staf Bidang Pengembangan PLS Dinas
Pendidikan Kota Pekanbaru
Minggu,
28 September 2009 Jam 9.30 wib, kami
bertolak dari pelabuhan sungai duku Pekanbaru menuju ke negeri Sultan dengan
menaiki speedboad siak wisata. Setelah menempuh perjalanan lebih dari dua jam karena
banyak singgah untuk menurunkan penumpang, akhirnya kami sampai dikota Sultan.
Setelah berfoto sejenak, kami melanjutkan perjalanan ke balai raja yang hanya
beberapa menit berjalan kaki dari pelabuhan.
Tidak
banyak yang bisa ditemui di Balai Raja, menurut pegawai yang kami temui, balai
Raja baru selesai di renovasi jadi
barang-barang belum dipindahkan. Aku bahagia balai raja yang aku temui sekarang
semakin terawat dengan baik, cuman sayang plang nama belum juga dibuat. Padahal
bagi orang yang mula-mula ke Siak akan sangat sulit mengetahui gedung apa yang
mereka kunjungi atau yang mereka lihat. Aku berharap ini menjadi perhatian dari
pihak yang menangani masalah ini seperti pariwisata.
Sudah hampir 20 puluh tahun lebih aku tidak
menginjakkan kaki di tanah Siak Sri Indra Pura. (Rasanya terakhir aku ke Siak
sekitar tahun 1985 saat kapal yang kami tumpangi untuk balek ke Selat Panjang
singgah beberape saat di Siak, momen itu aku gunekan bersama seseorang untuk naik
jalan-jalan, dari situ juge aku tau pak
Amat (alm) guruku di SMA Negeri 1 Selat Panjang, sudah pindah tugas ke Siak dan
itu juge merupekan pertemuan terakhir aku dengan alm).
Kemenakanku sendiri yang
kebetulan ikut dalam perjalananku kali ini, baru pertama kali kekota ini,
sebelumnya dia hanya mendengar cerita tentang kemegahan serta kejayaan kerajaan
melayu dari datuk dan uwaknye yaitu kedua orang tuaku yang mulia ayahanda H. Raja
Muda Depang (alm) dan Ibund Hj. Tengku
Sribanun (almh). Ya, semase hidupnye kedua orang tuaku selalu menceritekan
tentang kejayaan kerajaan melayu dulu antara lain: kerajaan kunto Darussalam
yang merupekan wilayah dari kerajaan Siak Sri Indrapura, begitu pule tentang
masa kecil, remaja sampai pernikahan sehingga
datangnye penjajahan belanda sampai jepang.
Azan memanggil untuk
sholat zuhur, berkumandang dari mesjid Sultan, kami bergegas menuju kesana yang
lebih kurang tujuh menit berjalan kaki. Tak terasa kami sudah sampai didepan
mesjid sultan, tak lupe kami berfhoto
dulu untuk kenang2xan. Sesampai di mesjid warga sudah mulai memadati mesjid
untuk menunaikan sholat zuhur.
Sayang aku tidak bisa
sholat karena lagi jadi pengamat, aku hanya duduk ditangga mesjid sambil
mengamati bangunan disampingnya. Ya disamping mesjid terdapat makam Sultan Siak
beserta istrinye. Setelah kemenakanku Farida selesai sholat kami berziarah dan
berdoa dimakam sultan dan keluarganye. Lumayan ramai orang dengan berbagai
latar belakang berkunjung kemakam Sultan.
Selesai dari makam sultan
dan keluarga kami meneruskan perjalanan ke Istana Siak. Dengan berjalan kaki
lebih kurang sepuluh menit kamipun sampai ke Istana Siak Sri Indra Pura. Aku tau arah
jalan ke Istana setelah ditunjukkan oleh anak laki –laki (aku rasa masih duduk
dibangku SD) yang selesai menunaikan sholat Zuhur.
Aku berfhoto didepan
istana kemudian kemenakanku farida diatas meriam yang terdapat dihalaman
istana. Selanjutnye kami meneruskan masuk kedalam istana yang merupekan salah
satu peninggalan kerajaan Siak Sri Indrapura. Kerajaaan Siak berdiri selame
lebih dari dua abad, dari tahun 1723 hingga tahun 1946. Akhir kerajaan siak
seiring dengan ikrar sultan terakhirnye, Sultan Syarif Qasim II untuk bergabung
dengan Negara kesatuan republik Indonesia (Koran Riau, 2009).
Memasuki Istana Siak yang
merupekan peninggalan Sultan Siak, yang dikenal juge dengan name Istana
Asseraiyah Hasyimiyah kite terase terbawe pade kejayaan Siak pade mase itu.
Begitu banyak peninggalan sejarah yang merupakan koleksi Eropah dan Siak,
menurut Zainuddin koordinator istana pemandu sewaktu ibu Mufida istri wakil
presiden Yusuf Kalla berkunjung Selasa 6 Oktober 2009 terdapat 1.889 barang
koleksi Eropah dan Siak (Riau Mandiri, 2009).
Kunjungan tersebut juga
didampingi oleh wakil ketua Dekranas Riau Hj Maulida Mambang Mit dan Ketua
Dekranas Siak Hj Hafrita Dara Arwin, yang begitu senang atas terpilihnye Siak
sebagai tempat kunjungan.
Ibu Mufida istri wakil
presiden Yusuf Kalla yang baru pertama kali mengunjungi siak begitu kagum akan
keindahan Istana Siak yang biasa diketahui dari pameran dan sejarah ternyata
setelah dilihat sesuai dengan yang didengarnya. Tapi satu hal yang harus
diketahui oleh ibu Mufida bahwa tenunan siak dibuat menggunakan benang emas
bukan oleh benang yang lain, disitulah letak khasnya tenunan Siak tersebut.
Selain gramophone kuno/antik yang merupekan
salah satu peninggalan bersejarah di istana, juge ditemukan berbagai kristal
antik, cermin permaisuri sedangkan pade bahagian samping kanan Istana terdapat
meriam. Setelah berkeliling dan mengabadikan dengan camera dan handicem kami
bergegas untuk menuju objek wisata lain yaitu jembatan dan danau Zamrud. Dengan
menggunakan becak, rencana kami akan berkeliling kota Siak, tapi karena hari
mulai hujan maka rencana tersebut batal setelah berteduh dan melanjutkan
perjalanan hujan semakin lebat. Mengingat kami balek hari ke Siak, make
perjalanan tidak diteruskan kami segera ke pelabuhan untuk keberangkatan ke
Pekanbaru jam 16.00 wib.
Oh ya, keunikan di Siak untuk
berkeliling kota hanya dapat dilakukan dengan becak yang dikayuh manusia (Warta
Promosi Riau, 2006). Sampai berjumpa lagi Negeri Sultan, mudah-mudahan yang sudah
baik terus ditingkatkan sedangkan yang kurang baik terus digalakkan menjadi
lebih baik. Untuk anak melayu jadilah tuan dinegeri sendiri, jaga kebersihan ,
keamanan , ketertiban negeri Sultan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar